Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Pentigraf

Cemas

Pentigraf: Yant Kaiy Dalam jiwa manusia normal, perasaan cemas selalu ada. Tinggal bagaimana individu itu sendiri mengendalikannya. Begitu kira-kira orang bijak berpetuah. Dulu aku bagai burung malam terbang merdeka. Membunuh cemas lewat berpetualang kemana kusuka. Tak ada rancangan masa depan pasti. Kuikuti kata hati. Menyulam ilham jadi baris puisi. Membongkar kosakata jadi prosa. Tidak mengenal hari. Yang ada raihan jati diri atas segala peristiwa dari Sang Kuasa. Terus saja cemas bertahta seiring inspirasi mengalir lewat kata-kata.  Entah sampai kapan ketenangan menyapu bersih jiwa berkarat ini? Aku tak sanggup meraba luka. Biarlah sembuh oleh kemarau dan hujan.[] Pasongsongan, 9/11/2021

Migrasi Asmara

Pentigraf: Yant Kaiy Sebagai wanita aku tak mau diduakan. Aku sudah menyerahkan semua cinta, kesetiaan dan baktiku padanya. Perjuanganku mempertahankan kesucian diri dari zina dan maksiat tidak main-main. Aku menjunjung norma agama demi akhirat, bukan hanya dunia. Kurawat tubuhku untuk suamiku agar tidak pindah kelain hati: Berolahraga pagi di halaman rumah, minum jamu pada malam hari, merangsang suami lebih dulu di ranjang, berkata-kata lembut dengan senyum merekah, meletakkan wewangian di sudut kamar, mengenakan baju tipis, bermake up secantik mungkin, seminggu sekali merubah suasana ruang tidur agar tidak monoton. Berbagai cara aku lakukan supaya suami tidak melirik wanita lain. Aku tak mau seperti tetangga sebelah rumah, istrinya dicampakkan setelah suaminya sukses berbisnis.[] Pasongsongan, 9/11/2021

Burung Malam

Pentigraf: Yant Kaiy Suara burung malam menjadi sebuah isyarat adanya musibah. Aku takut hal itu menjadi kenyataan. Aku sadar, kalau yang ada di dunia tidak mutlak. Bisa saja terjadi atau tidak. Namun kesadaran itu lebur seiring ketakutan membuncah. Jantung berdegub kencang. Trauma itu terus menghantui ketika ada suara-suara burung malam terdengar. Teringat kematian istriku akibat dianiaya oleh orang tak dikenal. Kematian dia tidak terungkap hingga kini. Aparat kepolisian seolah kehilangan jejak. Setiap habis sembahyang, aku mendoakan dia agar mendapat ampunan-Nya. Aku tak sanggup membayangkan, detik-detik nyawanya berpisah raga.[] Pasongsongan, 8/11/2021

Bangga Diri

Pentigraf: Yant Kaiy Tubuh seksi dambaan wanita. Kaum Adam sangat menyukainya. Ia akan berfantasi lebih dalam pada kesunyian. Di sosial media Tonah mengupload foto dan video liar. Payudara besar, pinggang ramping, bibir sensual senantiasa ia tonjolkan. Kutang kecil sengaja ia pilih agar pria kian kesengsem. Dahsyat. Berjuta komentar pun menghampirinya. Kalimat gombal datang silih berganti di akunnya. Sindrom bangga diri melumat habis syukur di hatinya. Tatkala sakit menghinggapinya. Tubuhnya mulai kurus. Jiwa Tonah terguncang. Waswas berhamburan di jalan pikirannya. Ia tidak cantik lagi.[] Pasongsongan, 8/11/2021

Bunga-bunga Penyesalan

Pentigraf: Yant Kaiy Bagi orang bijak, menyesali segala apa yang telah terjadi dalam kehidupan ini termasuk perbuatan merugi. Perilaku mubazir. Berarti orang semacam itu tergolong tidak paham akan arti hidup sesungguhnya. Kira-kira begitu pidato para pakar agamawan. Aku sendiri masih mampu melintasi lembah demi lembah derita. Aku tidak ambruk kendati kebutuhan hidup serba kekurangan. Kerja siang-malam tidak menjamin sejahtera. Semua tahu itu. Namun sedikit orang yang ikhlas menerima kenyataan pahit sebagai anugerah dari-Nya. Menakar sukses seseorang bukan dari kulit luarnya. Bukan penampilan. Istriku terperosok pada pemahaman keliru. Mencoba menyentuh hatinya agar dia kembali pada hakikat hidup sebenarnya memang tidak mudah.[] Pasongsongan, 5/10/2021  

Penyakit

Pentigraf: Yant Kaiy Semua orang tak menghendaki sakit. Tapi sedikit orang yang bersusah-susah untuk sehat. Makan berlebihan, jarang berolahraga dan kurang tidur karena lembur kerja. Itulah sisi hidup suamiku sebelum jatuh sakit.   Jujur, aku terharu karena perjuangannya sungguh luar biasa. Keluarga kecil kami makmur berkat kerja kerasnya. Segala keinginan kami terpenuhi.   Tapi kini sebaliknya. Tubuh suamiku tidak bisa digerakkan akibat kadar gula tinggi. Kami menderita jiwa-raga. Harapan sembuh mungkin tidak ada. Hanya mukjizat-Nya.[]   Pasongsongan, 2/11/2021

Puncak Kegagalan

Pentigraf: Yant Kaiy Banyak orang bilang, kalau aku sukses melibas tantangan. Lolos sebagai kampiun. Keluarga besarku mengelukan namaku di sudut-sudut kota. Termasuk para pendukungku.   Nurani berontak. Kemenangan itu bagiku sebenarnya kekalahan. Perolehan suara dalam pemilihan penuh kecurangan terselubung. Timku terdiri dari orang-orang penjilat, keji dan penuh kepalsuan. Semua dilakukan demi kemenanganku dijabatan politik.   Tatkala pertama kali duduk di singgasana, aku tak tahu harus berbuat apa. Tidak punya hasrat. Diam. Merenung di ruang ber-AC, bagaimana cara modal bisa kembali. Kalau bisa lebih dari apa yang dibelanjakan.[]   Pasongsongan, 2/11/2021

Aib Mengapuri Langit

Pentigraf: Yant Kaiy Kurang dua tahun jabatan Tonah berakhir. Sebagai Kepala Desa dirinya tegas kalau berbicara. Tapi desanya tidak mengalami kemajuan berarti. Ia selalu berkelit tatkala ada rakyatnya protes tentang ini-itu. Bahwa segala sesuatunya menunggu anggaran pemerintah.   Jika ada insan pers dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) ingin mengorek kebijakannya, Tonah menggunakan duit sebagai senjata untuk menghalau mereka. Kecerdikannya bersiasat rupanya tak mampu lepas dari jerat hukum. Ia mendekam di balik jeruji penjara.   Di depan hakim pengadilan ia berteriak, tidak hanya dirinya yang berbuat begitu. Banyak pemimpin desa lebih kotor dari dirinya. Ia memohon keadilan.[]   Pasongsongan, 30/10/2021

Mendamba di Negeri Orang

Pentigraf: Yant Kaiy Ada satu hal yang saat ini aku butuhkan. Dalam kesunyian hati tak berpantai, kata ‘setia’ menjadi harapan indah di tanah rantau. Kendati ada handphone android sebagai peretas batas jarak antara kami. Tapi tak menjamin kekhawatiran terbunuh begitu saja. Tidak sedikit godaan menghampiri saban waktu.   Menyadari akan keimanan diri juga mengalami pasang-surut tiap harinya. Aku terus membentengi cemburu agar tidak senantiasa membakar jiwa.   Banyak teman bilang, aku terlalu cengeng menghadapi persoalan ini. Semua yang ada di dunia adalah fana. Kalau jadi penyakit jiwa, harus dioperasi. Dienyahkan. Namun aku bukan wanita seperti itu.[]   Pasongsongan, 30/10/2021

Berkorban

Pentigraf: Yant Kaiy Orang-orang kampung memandangnya sebelah mata. Tonah terima dengan lapang dada. Mau tidak mau. Percuma berontak. Setelah kekuasaannya lepas sebagai Kepala Desa.   Tonah Sebenarnya pemimpin bijak, jujur, dan berani. Tingkat kemajuan desanya lebih baik dari para Kepala Desa sebelumnya. Pembangunan jalan menjadi perhatian dirinya.   Nilai lebih yang dimiliki Tonah rupanya tidak berarti. Ia terbukti kalah dalam putaran pemungutan suara. Ia terjungkal karena tak cukup uang membeli suara mereka.[]   Pasongsongan, 29/10/2021

Pertemuan Ujung Senja

Pentigraf: Yant Kaiy Ingin berlama-lama bercerita tentang perjalanan hidup masing-masing. Sebuah itikad melepas kerinduan. Bukan berdasar cinta untuk saling memiliki. Diantara kami sudah punya ikatan perkawinan. Tapi istri dia telah meninggalkannya. Maut memisahkan mereka.   Aku terharu mendengar kisah rumah tangganya. Dia jatuh miskin. Lantaran istrinya menjadi sumber kesejahteraan mereka.   Lalu kami sering berkomunikasi via sosial media. Benih-benih keprihatinan menyeruak. Tanpa sadar aku jatuh kepelukannya di rumah mungil dia. Aku diterkamnya berkali-kali. Buas. Aku menggelepar di lingkaran dosa.[]   Pasongsongan, 28/10/2021

Tak Ingin

Pentigraf: Yant Kaiy Hati Tonah terus berontak tatkala bayang sosok dia ada di alam pikirannya. Semua kenangan indah bersamanya sengaja dilemparkan ke kawah gunung berlahar panas. Biar semuanya lebur tak tersisa lagi.   Secara hukum agama, ikatan perkawinan mereka masih sah karena suaminya masih belum menjatuhkan talak. Tonah hengkang darinya. Ia tidak kuat lagi menahan siksa. Dirinya selalu menjadi kambing hitam dalam tiap permasalahan rumah tangganya. Ia juga diposisikan jadi sapi perah bagi mahligai rumah tangganya.   Malam-malam Tonah diisi melihat video dan foto cowok muda berotot kekar di handphone androidnya. Semua bertujuan mengusir dia di benaknya.   Pasongsongan, 27/10/2021

Pria Impian

Pentigraf: Yant Kaiy Melamunkan dia membuat malam-malam kesunyianku terasa indah. Seringkali lewat sosial media aku menggodanya. Dia menanggapinya walau hanya beberapa kata. Aku tidak kecewa karena dia sibuk kerja di salah satu bank swasta.   Bukan tak ada pria lain yang mendekatiku beberapa bulan terakhir ini. Tapi aku tak sanggup berpaling darinya. Rasanya nafas jadi sesak ketika aku tidak mendengar suaranya via sambungan telepon.   Ketika dia beranjangsana ke rumahku, dada ini berdebar-debar tak keruan. Walau kutahu dia ingin menemui adikku, tunangannya.[]   Pasongsongan, 25/10/2021

Bimbang Menghampiri

Pentigraf: Yant Kaiy Acapkali ternatal keinginan meninggalkannya. Membabibuta menyerangku. Kemunafikannya meruntuhkan impian masa silam. Pernik-pernik balutan kemesraan layaknya sepasang kekasih luntur seiring waktu. Aku mulai terkurung muak. Aku mulai berfantasi pada pria lain, menenggelamkan puing-puing berharga pada lumpur kecewa. Aku tak bisa lagi berpikir normal.   Menghormatinya tidaklah bermakna ingin memiliki seutuhnya. Salah satu penyebabnya lantaran dia tidak sejalan alam pikiran. Bahkan wawasannya terlalu kerdil dalam satu persoalan. Mau menang sendiri kendati dirinya tersudut.   Puncaknya, aku kembali ke pelukan tanah kelahiran. Aku tak kuasa membendung keputusan yang kuanggap benar.[]   Pasongsongan, 25/10/2021

Berkorban dan Selalu Mengalah

Pentigraf: Yant Kaiy Mereka selalu meminta lebih dari apa yang kupunyai. Terjatuh ke jurang pa ling dalam rasanya tatkala semua yang kukorbankan menguap ditelan malam. Memang, semua perbuatanku ikhlas adanya. Mereka melupakan hasrat orang lain. Mengedepankan kepentingan diri ketimbang cinta.   Tidak menghiraukannya merupakan jalan terbaik. Barangkali menjaga jarak, mengaburkan kebencian, menenggelamkan diri pada kesibukan kerja apa saja yang mesti kusikapkan.   “Untuk apa memikirkannya. Kau bisa sakit sendiri. Kendati dia orang terdekat sekalipun. Bukankah dia yang mengkhianati cintamu,” tegas sisi hatiku.[]   Pasongsongan, 24/10/2021

Ada yang Hilang

Pentigraf: Yant Kaiy Hatiku benar-benar merasakan, bahwa ada sesuatu yang hilang dari dirinya. Takut wibawaku menguap tersapu angin, lebih baik diam. Pura-pura tidak tahu. Sikap ini terus saja menjadi kebiasaanku selama tujuh belas tahun. Mengelabui dia dengan menyibukkan diri merupakan jurus jitu menangkal kemarahannya.   Namun kali ini senyum dan tegur-sapanya juga mulai luntur. Dari kilat matanya tersimpan kebencian. Situasi mulai tidak nyaman. Meski tidak mengkhawatirkan. Aku tahu, seperti kebiasaannya, dia akan kembali ke pangkuan cintaku tatkala bisik rayu menghampirinya.   Tapi kali ini prakiraanku meleset. Saban hari ada saja sikap benci terhadapku. Dia mulai berpindah ke lain hati. Aku kira tidak bermain cinta di ranjang malam takkan mempengaruhi ikatan rumah tangga kami.[]   Pasongsongan, 23/10/2021  

Roda Sepeda

Pentigraf: Yant Kaiy Merenda impian hidup nyaman tergambar dalam benak sejak kecil. Semenjak aku bisa membaca hitam-putih kehidupan. Meski acapkali Ayah meredam hasrat membuncah, kalau hidup manusia seperti roda sepeda berputar. Sebuah kalimat bijak; adanya perputaran siang-malam sehingga kehidupan ada di mayapada.   Kuacuhkan kata-katanya. Semangat juangku tetap berkobar-kobar. Apalagi setelah aku lulus SMA. Masa menganggur mengapuri dinding hati berwarna-warni. Mencari peluang kerja sesuai panggilan jiwa. Tapi semua tidak semudah mengedipkan.   Ayah meninggalkan aku di tengah jalan. Sebelum aku bisa merengkuh cita-cita.[]   Pasongsongan, 19/10/2021

Rindu Malam

Pentigraf: Yant Kaiy Tidak kutemukan lagi wajah malam masa lampau; ketika aku dininabobokan tembang-tembang Macapat; dikeloni Ibu lewat cerita raja-raja di Pulau Garam Madura. Atau suara jangkrik, lenguh sapi, bunyi burung hantu. Sekarang, semua berganti suara-suara mesin, menyelusup ke bawah bantal.   “Selera kampung!” Kurang-lebih selalu begitu kalimat terucap dari bibir anak-anakku. Mafhum. Mereka menapaki dewasa di kota besar. Terpapar polusi, terkontaminasi sikap kepalsuan, terseret arus hedonisme dan konsumerisme. Semua butuh proses untuk mengembalikan kesehatan jiwanya.   Rindu malam kian menindih habis kebebasanku. Uang tergenggam di tangan tak habis tujuh turunan. Kesuksesan karierku tak mampu mengobati luka rindu.[]   Pasongsongan, 18/10/2021

Tak Salah Pilih

Pentigraf: Yant Kaiy Kebenciannya terus mengejarku. Seperti api menyambar minyak bumi. Melenyapkan hasrat orang lain. Meski kau terjebak, tetap saja kau tidak mau mengakui kelemahan diri. Atau sengaja agar orang lain bisa meninggikan nama baikmu.   Maka kutinggalkan saja jejakmu. Tiada guna berlama-lama bercerita tentang musim. Tak bisa aku menampakkan gerak wajah, bahwa aku sosok yang mudah kau pengaruhi setiap saat.   Sebelum kau jadi orang hebat kata banyak orang, hampir saja aku jatuh hati kepadamu. Beruntung rekam jejakmu terbaca diantara tumpukan berjuta nama.[]   Pasongsongan, 18/10/2021

Aku Bukan Nabi

Pentigraf: Yant Kaiy Aku bukan manusia super yang bisa memenuhi segala dahagamu. Kamu harus sadar itu. Aku memiliki banyak sisi kelemahan. Tuhan telah menutupinya oleh kelebihan yang kadang orang lain tidak memilikinya.   Kau mengharapkan lebih dari apa yang kau persembahkan padaku selama beratus-ratus hari. Berjuta impian telah kita renda menapaki langit mendung. Ikrar pun lenyap seiring hasrat membuncah untuk menumbangkan persaingan di lingkungan kita. Kau tiba-tiba kagum oleh gemerlap dunia. Tidak seperti saat kita mengawali alunan tembang cinta dan kerinduan.   Aku manusia biasa penikmat kopi penuh kedamaian bersama sebatang rokok. Kau sebenarnya bisa menghidangkan secangkir senyum. Aku tak ingin memaksa yang kau tak bisa.[]   Pasongsongan, 17/10/2021