Tetap Miskin
Catatan: Yant Kaiy
Saya punya seorang
sahabat super sibuk. Sehabis salat subuh bersama suaminya berjualan tape
singkong di pasar berjarak 11 kilometer. Pulang pukul 06.30 WIB mengurus kedua
anaknya yang masih SD. Kemudian ia memasak plus langsung mencuci alat-alat
dapur dan baju. Setelah itu mengupas, mencuci dan memberi ragi pada singkong. Dan
Suaminya menyabit rumput untuk sepasang sapinya. Sehabis salat zuhur, ia
mengajar di madrasah diniyah sampai sore. Pada malam hari, ia bersama suaminya mengajar
anak-anak tetangga mengaji di musalla samping rumahnya.
Begitulah
aktivitasnya. Ia akan bertambah sibuk kalau Senin, Rabu dan Jumat karena
menjadi guru honorer di salah satu SD, tempat kedua anaknya menempuh
pendidikan. Malam hari menggoreng dan mengemas kerupuk untuk dijual hingga
pukul 23.00 WIB.
Dahsyat kesibukannya.
Ia seolah tidak punya waktu untuk bersantai. Tapi kehidupannya tetap miskin,
menempati rumah warisan orang tuanya di kampung.
Di rumahnya yang begitu
sederhana tidak ada televisi, kulkas, lemari, ranjang dan kursi. Kalau saya
bertamu, mereka cukup menggelar tikar. Dari raut wajah mereka tidak saya
temukan gelisah.[]
Yant Kaiy, penjaga gawang
apoymadura.com
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.