Budaya Antri
Catatan: Yant Kaiy
Ketika saya mengikuti
vaksin Covid-19 di Puskesmas Pasongsongan Kabupaten Sumenep, Senin (8/3/2021),
ternyata budaya antri masyarakat kita tidak begitu baik. Ada salah seorang
tanpa sikap berdosa menerobos ke sela-sela antrian panjang. Orang-orang sekitar
tampak kecewa. Walau ada beberapa temannya yang melontarkan kata-kata kasar
padanya, ia tetap tenang dengan senyum mengembang. Bedebah, kata hatiku yang
tersulut emosi.
Padahal kalau dilihat
dari penampilannya, ia dari kalangan orang terpelajar dengan mengenakan busana
kebesaran lembaganya.
Begitu pula ketika
saya ikut antrian di SPBU Bindang Pasean Kabupaten Pamekasan, Rabu (10/3/2021),
ada seorang perempuan paruh baya dengan sepeda motornya menyelinap di depan
saya. Otomatis saya tidak memajukan sepeda motor karena telah didahului.
Tampaknya ia terburu-buru. Sontak di belakang saya yang antri berpanas-panas
marah seraya melontarkan kata-kata tak senonoh.
Mungkin baginya itu
hal sepele. Tapi pengorbanan waktu dan tenaga orang lain sejatinya perlu
dipikirkan. Kita tentu masih ingat akan falsafah nenek moyang orang Madura: Je’ nobian oreng mon abe’na etobi’ sake’.
Artinya, jangan suka mencubit orang lain kalau dirinya dicubit sakit.[]
Yant Kaiy, penjaga gawang
apoymadura.com
Lanjutkan, Pak Yan.
BalasHapus