In Memoriam Yuli (VII)
In Memoriam Yuli (VII)
Puisi: Yant Kaiy
masih terngiang di
daun telinga
ketika
sumpah-serapahmu keterlaluan terhadapku
masih terasa nyeri
menusuk kalbu
ketika kesetiaanku kau
khianati
masih tergambar jelas
di lensa mata ini
ketika kemunafikan
demi kemunafikan kau suguhkan
kau belut semua itu
dengan setetes senyum menawan
segalanya terpatri
jelas di sini
di sisi perjalanan
usiaku
dulu kita pernah
berikrar setia
untuk saling
menyayangi dan mengasihi
serta tidak bertepuk
sebelah tangan
namun mengapa kau
hancurkan
hanya demi materi
hanya demi isi perut,
lalu
kau menghilang tanpa
bekas
dulu kau pernah
berangan-angan
untuk punya dua anak
saja
dengan rumah yang
mungil
dengan siraman kasih
suci saban hari
namun mengapa kau lari
tanpa pesan
kau menghilang bagai
ditelan perut buni
kau terbang tenpa
alasan
tinggallah daku
seorang diri
sembari merenungi
lukisan hari
yang terlalu hitam
untuk dikenangkan
selebihnya
kelicikanmu telah
membuat sungai luka
Pasongsongan, medio 1993
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.