Tersimpan
Pentigraf: Yant Kaiy
Aku memang tak mau
mengenalnya. Tidak ada keinginan sejumput pun. Toh, dia cowok biasa-biasa saja.
Di mataku, dia lelaki muda luntang-lantung. Tak menjanjikan hidup sukses.
Sebagai teman adikku,
suatu ketika dia ke rumah. Lama dia menunggu adikku seorang diri di belakang
rumah. Lewat smart-phone, ia asyik berselancar di dunia maya. Kubawakan minuman
buatnya. Ia tersenyum. Senyum penuh arti. Aku menemaninya. Bercerita apa saja.
Tiba-tiba ada getar
aneh menjalar ke jantungku. Tidak menyangka kalau dia berani mengungkapkan isi
hatinya. Walau usianya lebih muda dariku.[]
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.