Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Cerpen

Teledek

Get Google   Cerpen: Herry Santoso Malam semakin menua tetapi Solebo belum juga beranjak dari tempat duduknya, bersandar ke tembok dingin dengan kaki selonjor ke depan. Matanya mengamati anak-istrinya yang lelap tergolek di lantai beralaskan tikar dan kasur kapuk kumal tanpa lapisan seprei. Bola lampu 5 watt di kamar pengap itu tidak cukup terang tetapi lumayan kentara untuk mengamati butir-butir peluh yang menempel di kening Resmi, istrinya, sekaligus bilur-bilur tulang rusuk di dada Panjul dan Jingga, anaknya.      Sungguh, hati Solebo merasa tersayat lantaran sesekali terdengar suara kemerucuk perut kedua bocah itu.      Di luar rumah hanya ada sepi ditingkahi suara hujan yang belum juga reda masih menebar renai gerimis. Agaknya suasana lockdown terbatas Covid 19 sangat terasa membuat perih hati laki-laki paruh baya itu.      Betapa tidak. Pekerjaannya sebagai kuli angkut di pasar induk turut tercerabut, kini Solebo tidak tahu lagi akan kerja apa. Padahal kedu

Jelaga Hati si Janda

Cerpen: Akhmad Jasimul Ahyak Bias senja jiwa membingkis ranum pada wajah mentari jingga. Dialah perempuan yang baru mekar di atas semak daun-daun beraroma bunga melati, dan aku baru tahu itu adalah si Aminah, perempuan janda yang baru dipulangkan dari perantauan karena adanya wabah virus yang terjadi saat ini. Dalam hati aku bertanya baru kali ini aku melihatnya. Iseng-iseng aku bertanya pada tetanggaku tentang pekerjaan selama di perantauan. Ternyata si janda Aminah kerja di salah satu restoran ternama di Malaysia. Lengkung pelangi indah di kala senja. muncul sosok tubuh si janda itu dari dalam rumahnya dengan masker dimulutnya, dan duduk di kursi terasnya sambil memainkan HP di tangannya. Aku pandangi dari kejauhan, wajahnya menghias elok pada dinding yang menjadi sandaran dikepalanya, tubuhnya indah semampai pada sosok yang menggoda. Lelaki mana yang tidak suka sama si Aminah, walau janda tapi tidak punya anak. Bisa dikata 'janda ia perawan ia'. Entah sudah bera

Mbah Sodrun

Cerpen :  Herry Santoso Begitu keluar dari kantor pos, wajah Mbah Sodrun tampak sumringah . Ia segera mendekati sepeda onthel yang tersandar di bawah pohon kersen yang rindang di depan kantor itu. Sekali-sekali wajah orang tua itu pun mendongak ke atas, seolah mengamati cuaca yang kurang bersahabat di penghujung musim. Ada mendung hitam  bergayut di angkasa, menandakan kemungkinan sebentar lagi akan turun hujan. Orang tua yang rambutnya bagaikan kapas itu pun tersenyum seolah memamerkan gusinya yang menghitam tanpa gigi yang tertinggal satu pun di sana. Mbah Sodrun sangat bahagia pagi itu. Dikayuhnya sepeda merek Gazelle di jalan hotmix sembari bersiul mendendangkan langgam Yen ing Tawang Ana Lintang . Kebahagiaan itu bukan tanpa sebab, gaji pensiunannya baru saja ia terima. Utuh tanpa potongan sepeser pun. Dengan begitu, ia bisa menanam jagung hibrida sesampainya di rumahnya nanti. Biibitnya ia dapat dari koperasi kelompok tani. Mbah Sodrun sungguh

Elegi Rindu buat Utari…

Cerpen: Herry Santoso Abimanyu tampak gelisah. Ia hanya terpaku di meja kerjanya. Sesekali ia mendengus seakan ada yang menyesakkan dadanya.      Dipandanginya tubuh  Siti Sendari, istrinya, yang tergolek seksi di atas ranjang. Betapa kau cantik, Siti..., batin Abimanyu. Kau sungguh istriku yang amat setia mendampingiku, pikirnya. Tubuhmu molek, rambutmu legam tergerai. Menunjukkan dirimu tipe wanita sejati. Ya, sejatinya wanita yang cantik luar dalam. Ada   inner beauti   yang menyembul di aura wajahmu. Tapi sayang, kau wanita mandul, Siti. Haruskah aku menikahimu dengan tanpa menurunkan gen satria pinunjul ? Duh..., lenguh batinnya kian menjadi-jadi.      Malam semakin beringsut. Abimanyu pun beranjak ke jendela. Dilongoknya pendapa kasatrian. Hanya ada empat perajurit peronda yang sedang asyik bermain kartu ceki . Selebihnya di luar kasatrian hanya ada gulita yang menyelimuti alam semesta. Malam tanpa rembulan, kecuali kerlipan gemintang di antara kabut bima s

Doktor Durmogati

Cerpen: Herry Santoso Mobil hitam meluncur membelah perkampungan kami siang itu seraya berhenti mendadak.  Terdengar rem mobil itu mencicit-cicit hingga menyita perhatian warga kampung. Tercengang-cengang, mobil siapa gerangan. Sebuah sedan hitam mengkilat, plat nomornya masih putih mengisyaratkan mobil itu baru keluar dari tokonya.      Laki-laki tengah baya segera muncul. Mengenakan setelan hitam. Berdiri kaku. Melempar senyum, dan orang-orang semakin tertegun, bahkan emak-emak yang sedang petan   dan ngerumpi di bawah pohon mangga pun menyudahi kegiatannya itu hanya untuk mengamati laki-laki asing perlente    yang tetap berdiri termangu-mangu. Orang-orang baru bersuara setelah laki-laki misterius itu membuka kacamata hitam yang menghalangi pandangannya.      " Hoalah ....bukankah itu Doktor Durmogati ?" "Durmogati siapa ?" sahut yang lain. "Itu, tuh ...anaknya Kang Sodrun, bakul tape singkong !" jelasnya. "Oh ya, to ? Ayo k

Dara Lintah

Cerpen: Yant Kaiy Devi di mata teman-teman sekantornya dikenal sebagai gadis penjilat. Mau enaknya sendiri, tidak peduli orang lain terluka. Tak acuh para sahabat dekatnya kecewa atas tingkahnya.Yang penting dirinya sendiri selamat, orang lain bodoh amat. Hampir tak ada empati pada sisi kehidupannya. Penyakit sosial ini didasari karena kurangnya kasih sayang dari kedua orang tuanya. Ayah dan ibunya bercerai ketika Devi masih berusia tiga tahun. Ia diasuh oleh neneknya karena kedua orang yang menyebabkan lahir ke dunia ini kawin lagi. Bahkan ia pernah disiksa oleh saudaranya sendiri lantaran Devi kecil mencuri makanan di salah satu toko di kampungnya. Devi kecil juga sering mengalami perlakuan kasar dari orang-orang terdekat. Orang-orang yang semestinya memberikan perhatian lebih kepadanya, justru menjerumuskan Devi ke lembah nestapa. Paling tragis Devi pernah diperkosa oleh pamannya sendiri. Hidupnya pun semakin kelam. Harapannya hancur berkeping-keping. Masa dep

Noktah Tulus Melati

Cerpen: Yant Kaiy “Kau mau ikut, Mel?” tanya Farah teman kuliah Melati. “Ke rumah sakit, membesuk Debur,” terang Nisa. “Boleh.” Bersama dengan para teman mahasiswi lainnya Melati ikut mereka, walau ia sendiri tak mempunyai apa-apa untuk diberikan sama Debur. Sedangkan teman-temannya pada membawa bingkisan sebagai oleh-oleh. Meski demikian, Melati tetap percaya diri. Demi melihat teman-temannya datang, Debur tampak bergairah sekali. “Terima kasih, kalian sudah meluangkan waktu.” “Semoga kau lekas sembuh, Bur. Tanpa kamu di kampus jadi sepi.” “Yang lain pada kemana?” canda Debur berusaha tersenyum. Debur dimata kawan-kawannya adalah mahasiswa yang bisa beradaptasi dengan situasi dan kondisi. Supel dalam bergaul. Selalu terselip humor dalam setiap perbincangannya. Tak jarang Debur berpantun kalau sudah tak punya ide buat melucu. “Keluargamu tak kau beritahu, Bur?” “Nggak. Wong hanya penyakit maag. Kalau mereka ke sini, biaya transportasinya cukup tra

Api Cemburu

Cerpen: Yant Kaiy Satu pukulan tangan Herman tak mengenai sasaran. Ia lalu menendang Debur sekuat tenaga , sayang juga luput sasaran. Justru Debur bisa menangkap kaki Herman. Satu dorongan Debur membuat Herman terjatuh. Herman tambah geram karena usahanya untuk membuat Debur celaka sia-sia. Dengan amarah memuncak, Herman kembali bangkit dan menyerang membabi-buta. Namun semua pukulan dan sepakan kaki Herman bisa dimentahkan. Malah sebaliknya, dua tinju Debur mendarat di wajahnya. Darah segar mengalir dari hidung Herman. Pertarungan antar dua pelajar SMA itu terhenti ketika salah seorang guru melerainya. Kedua pelajar itu di sidang di ruang Kepala Sekolah. Penyebab pertengkaran itu lantaran cemburu Herman pada Debur. Herman menganggap kalau Debur telah merebut cinta Najwa. Padahal Debur sering ke rumah Najwa untuk belajar. Peristiwa itu terjadi sembilan tahun yang lalu. Peristiwa menegangkan itu muncul di alam pikiran Debur saat ini,  ketika Najwa ada di hadapanny

Kidung Derita

Cerpen: Yant Kaiy Derita akan senantiasa merenda hari demi hari dalam hidup manusia. Ia akan menjadikan seseorang bertindak dewasa dalam mengambil keputusan lantaran makhluk termulia di alam semesta fana ini adalah manusia. Kalau bukan kepada manusia lantas pada siapa derita akan Tuhan berikan? Sebab manusia punya akal untuk berpikir, menggali, dan mengaji semua bentuk rasa yang ada. Debur menyadari kalau derita dirinya masih ada yang lebih berat dan lebih pelik dipikul orang lain. Maka ketika penderitaan itu ternatal di benaknya, ia senantiasa menyandarkan hatinya pada Sang Khalik. Ia selalu membandingkan dengan orang lain yang lebih sengsara dari dirinya. Ia selalu berlama-lama sujud ke hadirat Allah memohon ampun atas khilaf yang diperbuatnya. Kadang tak jarang dalam hatinya terlintas satu kalimat, bahwa ‘Tuhan tidak adil’. Tapi segera Debur istighfar. Justru Tuhan itu Maha Bijaksana, kalau hanya siang yang ada, berarti tidak akan ada musang, kalong, pungguk, dan se

Ibu Guru Nova

Cerpen: Yant Kaiy Nama lengkapnya Siti Asmanova Mahaputri. Murid-murid di tempatnya mengajar memanggil Ibu Nova. Perempuan anggun dan keibuan ini berdarah campuran Jawa-Arab. Penampilannya sederhana, tapi aura kepintarannya terlihat jelas tatkala ia berada di tengah-tengah masyarakat pedesaan. Sikapnya murah senyum bila bertemu dengan siapa saja. Maka tidak keliru Pak Kades menempatkan dia di berbagai lini organisasi desa. Banyak solusi cerdas darinya yang Pak Kades aplikasikan dalam banyak program untuk kemajuan desa itu sendiri. Dalam banyak kesempatan, Nova dan Pak Kades selalu bersama. Sehingga ada gosip di tengah masyarakat, kalau Pak Kades berselingkuh dengan Nova. Gosip itu sumbernya dari para rival Pak Kades terpilih di pesta demokrasi Pilkades (Pemilihan Kepala Desa) yang lalu. Sementara antara Nova dan Pak Kades tidak ada hubungan special yang mengarah pada dunia asmara. Mereka melakukan segala kegiatan yang berurusan dengan desa tujuannya tulus. Dan hal it