Langsung ke konten utama

Dara Lintah

apoymadura.yant-kaiy/artis india Kajol

Cerpen: Yant Kaiy

Devi di mata teman-teman sekantornya dikenal sebagai gadis penjilat. Mau enaknya sendiri, tidak peduli orang lain terluka. Tak acuh para sahabat dekatnya kecewa atas tingkahnya.Yang penting dirinya sendiri selamat, orang lain bodoh amat.

Hampir tak ada empati pada sisi kehidupannya. Penyakit sosial ini didasari karena kurangnya kasih sayang dari kedua orang tuanya. Ayah dan ibunya bercerai ketika Devi masih berusia tiga tahun. Ia diasuh oleh neneknya karena kedua orang yang menyebabkan lahir ke dunia ini kawin lagi.

Bahkan ia pernah disiksa oleh saudaranya sendiri lantaran Devi kecil mencuri makanan di salah satu toko di kampungnya. Devi kecil juga sering mengalami perlakuan kasar dari orang-orang terdekat. Orang-orang yang semestinya memberikan perhatian lebih kepadanya, justru menjerumuskan Devi ke lembah nestapa.

Paling tragis Devi pernah diperkosa oleh pamannya sendiri. Hidupnya pun semakin kelam. Harapannya hancur berkeping-keping. Masa depannya hilang ditelan malam. Dalam situasi sangat menyakitkan itu, malah dirinya yang disudutkan. Ini sungguh keterlaluan.

Suatu ketika Devi pernah melakukan percobaan bunuh diri di kamarnya dengan menggantung lehernya. Beruntung adiknya mengetahui, sehingga Devi bisa selamat.

Demikian fragmen Devi tentang masa lalunya. Begitu pahit untuk dikenang

Kini Devi sudah berusia 27 tahun. Kehidupan Devi berubah total. Dari sisi keuangan ia tergolong sangat mapan. Mobil dan rumah pribadi telah dilikinya. Bahkan saudara-saudaranya, termasuk familinya, banyak menerima bantuan darinya.

Ia bekerja di salah satu kantor ekspedisi di Jakarta Pusat. Sukses Devi itu lantaran bosnya, Wahyu. Kemudian Devi dijadikan istri simpanan oleh Wahyu.

Menurut kabar terbaru dari teman dekatnya, ternyata Devi juga sering gonta-ganti pacar meski ia masih berstatus selir Wahyu.

Ketika Devi merayakan ulang tahun di rumahnya, semua teman kantornya diundang. Tak terkecuali Debur sebagai sopir pribadi Wahyu turut hadir mengantar majikannya. Sebelum acara selesai, Wahyu pulang lebih dulu.

“Kau nanti pulang naik taksi, Bur! Aku pulang duluan karena istriku sedang di rumah sakit,” ujar Wahyu sambil menyodorkan uang padanya.
“Terima kasih, Pak!”

Debur kembali ke acara pesta ulang tahun Devi. Acara itu selesai jam sebelas malam. Ketika Debur hendak pulang, tiba-tiba Devi memanggilnya. Devi meminta tolong untuk memasukkan mobilnya ke garasi. Selesai itu Debur buru-buru ingin berpamitan, namun Devi tak ada. Debur tetap menjaga etika tidak masuk sembarangan ke rumah orang. Apalagi Devi sebagai istri bosnya. Berkali-kali Debur memanggil namanya, tapi tak ada sahutan.

Debur jadi bingung, sebab pintu rumah dan pintu pagar Devi belum ditutup. Terpaksa Debur menerobos mencarinya. Mulai ruang tamu sampai kamar tidak ada Devi. Ia pun ke lantai atas, juga tidak ada.

Di tengah kepanikan itu, Debur ternyata melupakan pencariannya di kamar mandi. Ternyata benar, Devi sedang tak sadarkan diri di kamar mandi. Segera Debur mengangkat tubuh Devi.

“Kok, kamu ada di sini, Bur?”  kata Devi sambil mengucek matanya.
Debur terbangun. Ia pun menceritakan kejadian yang sebenarnya.
“Mungkin kamu terlalu banyak minum anggur, di bajumu kotor tuh,” beritahu Debur.

Devi yang melihat ke bajunya jadi jijik. Debur tak menggantinya karena ia menghormati Wahyu.
“Terima kasih, Bur! Kau baik sekali.”
“Oke, aku pulang ya.”
“Tunggu, aku minta tolong mau ke kamar mandi. Kepalaku masih pusing.”

Sampai di kamar mandi Devi melepaskan bajunya. Tinggallah kutang dan celana dalamnya. Terlihat mulus tubuh Devi di mata Debur. Pria yang agak kebingungan itu hanya bisa menelan air ludah.

Akhirnya mereka mandi berdua tanpa sehelai benang di tubuh.

Pasongsongan, 19/2/2020


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p