Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Cerpen

Sungai Rani

Cerpen: Yant Kaiy Sungai yang tercemar karena orang-orang telah membuangi sampah seenak perutnya sendiri, ternyata banyak menyimpan kenangan cukup mendalam bagi Debur. Maka setiap kali Debur pulang kampung, pasti ia menyempatkan diri mengunjunginya. Sungai itu berjarak 5000 meter dari rumahnya. Dua puluh satu tahun yang lalu, Debur pernah bermain bersama di sungai yang dulunya bersih tersebut. Bagi Debur rasanya seperti kemarin. Waktu begitu singkat. Suara Rani masih terngiang bila Debur menyentuh air sungai yang tidak terlalu lebar itu. Di air sungai, kadang ada wajah Rani tersenyum padanya. Maka ia namakan sungai itu dengan Sungai Rani. Rani yang berhidung mancung meninggalkan kampung Debur karena ayahnya dipindah-tugaskan ke daerah Kalimantan Tengah, tepatnya di daerah Sampit. Ayah Rani seorang pegawai negeri di salah satu kantor pemerintah. Kala itu mereka sama-sama duduk di bangku SD kelas 5. Tak pernah terpikirkan dibenak mereka kalau suatu hari nanti akan

Ada Ibu di Matanya

Cerpen: Yant Kaiy Dari sekian ratus wanita yang Debur baui, hanya satu gadis telah memikat hatinya. Debur tak mampu menghalau perasaan ‘aneh’ yang bergelayut di kalbunya. Ia tak bisa menjadikan Yulia mangsa kebejatannya. Padahal Yulia wanita super cantik dan tergolong selebriti papan atas di tanah air. Postur tubuhnya mirip Kareena Kapoor. Wajahnya menyerupai Madhuri Dixit. Sungguh sempurna  Tuhan telah mendesain kecantikan Yulia. Gadis yang menyukai bakso dan mie goreng ini dikarunia suara emas. Banyak lagu-lagu rekamannya meledak di pasaran. Dari sisi keuangan dia cukup mapan. Tapi dia masih belum menemukan pria yang bisa membawanya ke jalan agama yang benar. Yulia menyadari, betapa keinginannya untuk bisa menjalankan kewajibannya sebagai penganut agama yang taat  terus lahir dalam jiwanya. Kerinduan akan hal itu senantiasa ada, menjajah batinnya yang kering akan cahaya iman. Yulia tak bisa mengelak dari pergaulan glamour kalangan artis. Ia hanyut ke lembah du

Sepotong Galau Maya

Cerpen: Yant Kaiy “Aku mencintaimu. Aku tak akan memaksamu percaya. Tapi betapa kejamnya dirimu tidak percaya dengan pengorbanan ini. Aku berkorban perasaan untuk mengemis cintamu. Aku juga telah merelakan waktuku hanya bagimu seorang.” “Debur. Aku bukan tidak percaya dengan ucapanmu. Pengakuanmu memang tulus terhadapku. Tapi statusku bukan seperti dulu lagi. Aku seorang janda cerai mati. Cintaku masih tertinggal diantara puing batu nisan suamiku,” cetus Maya tetap dalam penolakan. “Iya… Aku memahami itu. Lalu pembuktian apa lagi yang harus aku lakukan kepadamu. Tak adakah kesempatan bagiku bersatu dalam cinta bersamamu.” “Sudahlah, Debur! Aku tak mau berdebat lagi soal hubungan kita. Aku tetap pada komitmen semula, bahwa kita tetap akan bersahabat dari sejak dulu ketika kita masih SMA. Bagiku itu lebih baik. Ketimbang kita harus berpisah lantaran sebuah pertengkaran,” Maya berusaha mengakhiri dialog seputar jalinan cintanya. Debur tak bisa memaksanya lagi. Ia tahu s

Senyum Lara

Cerpen; Yant Kaiy Sabtu pagi di Stasiun Bekasi, Debur sedang menanti kereta yang akan membawanya ke Yogyakarta. Pria dengan kaca mata hitam itu menyulut sebatang rokok, sekadar mengusir rasa bosan. Tiba-tiba tas Debur ditarik seorang pemuda dengan keras. Tapi tali tas itu terlalu kuat sehingga tas tersebut tidak lepas dari tangannya. Terjadilah tarik-menarik antara Debur dan penjambret. “Copeeet…” Debur berteriak sekuat tenaga dan perhatian orang-orang di stasiun pun tertuju pada dirinya. Karena takut tertangkap, pencopet pun segera  berlari. Tapi nahas, dari sisi kanan sedang ada kereta akan melintas.  Brukkk… Tubuh pencopet pun tersambar kereta. Semua orang di stasiun menjerit seketika demi melihat peristiwa tragis itu. Debur hanya bisa mengusap dada. Jantungnya serasa mau berhenti menyaksikan kecelakaan maut itu. Tubuh Debur merinding. Spontan perasaannya jadi pilu. Petugas stasiun dibantu orang-orang yang ada situ menyisihkan mayat si penjambret dari rel kereta.

Ciuman di Bawah Hujan

Cerpen : Herry Santoso Mendung pekat  bergayut. Mengantar senja yang kian menua. Orang-orang bergegas mencari perlindungan di antara hujan yang mulai jatuh dan kian melebat. Sungguhpun demikian jalanan tetap marak bahkan menimbulkan kemacetan di ruas jalan di depan tempatku berteduh. Maklumlah malam Minggu. "Mau menyeberang ya, mbak? " tanyaku pada perempuan tengah baya yang termangu-mangu di trotoar sedari tadi. "Mari kuseberangkan..." lanjutku  tanpa basa-basi sembari mengambil alih payung yang ada di tangannya. Setapak demi setapak kami pun melangkah di antara padatnya arus lalu lintas yang merayap. Kurengkuh pundak perempuan itu agar ia tak basah oleh air hujan. "Terima kasih..." ucapnya lembut setelah kami sampai di seberang. Ia pun tersenyum. Manis sekali dengan deretan gigi bak untaian mutiara, indah dan rapi. Sesaat aku tertegun menatap wajahnya. Ada tahi lalat di dagu kiri

Luka Tina

Cerpen: Yant Kaiy Habis mengisi acara seminar di salah satu gedung di perguruan tinggi swasta, Debur langsung menuju hotel tempat ia menginap. Ia memang harus beristirahat karena besok akan mengisi seminar lagi tentang kesehatan ibu dan anak. Debur adalah seorang dosen terbang di beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Lelaki muda energik ini sudah selesai menempuh pendidikan S3 di universitas  Negeri Paman Sam. Maka wajar kalau jam terbang Debur sangat padat. Seolah ia tak punya waktu untuk sekadar berhibur diri. Tapi malam ini Debur tak bisa memejamkan matanya. Ia berusaha sekuat tenaga untuk bisa tidur. Tapi bayang-bayang Tina tak bisa hilang di ruang pikirannya. Ia merasakan kalau hatinya sedang ingin bercinta. Tapi Tina tentu sudah beristirahat. Tina adalah dosen juga. Ia sudah punya suami. Tadi juga menjadi pemateri dalam seminar. Tina dan Debur sama-sama mempunyai anak. Mereka berdua adalah sepasang kekasih gelap. Sering berhubungan badan sejak Tina belum me

Syair Cinta Sinta

Cerpen: Yant Kaiy Wajib hukumnya bagi seorang mahasiswa untuk melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata). Debur dan kesebelas rekannya ditunjuk melakukan KKN di sebuah pulau di wilayah Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Perjalanan laut ditempuh selama lebih 12 jam dari daratan Pelabuhan Kalianget menuju pulau itu. Dalam perjalanan laut dengan ombak sedang, ternyata ada dua orang rekan Debur mengalami muntah sehingga badannya lemas. Kepalanya terasa pusing yang membuatnya harus berbaring. Debur dibantu yang lain mengusapkan minyak angin ke perut, dada, dan punggung. Tujuannya agar mabuknya tidak semakin parah. Akhirnya rombongan KKN itu berlabuh dengan selamat. Mereka langsung menuju Kantor Balai Desa setempat. Pak Kades menyambut mereka penuh kehangatan. Ia juga diperkenankan menempati salah satu ruang di sisi belakang kantor sebagai asrama. Lalu Pak Kades pergi meninggalkan mereka. Teman-teman Debur mulai membersihkan ruangan sebagai tempat beristirahat. Mereka juga membong

Ratna

Cerpen: Yant Kaiy Debur pemilik sebuah orkes dangdut di salah satu kota di Jawa Barat. Di kediamannya yang sangat luas, saban Senin dan kamis digelar latihan. Lelaki berusia 36 tahun ini kehidupannya dikelilingi artis-artis lokal yang belum tenar. Kendati begitu, dari orkesnya juga ada penyanyi yang masuk dapur rekaman dan melejit namanya. Setiap bulan pasti ada job manggung. Bahkan kalau musim pesta pernikahan group orkesnya full satu bulan dapat job. Suatu hari ada biduanita melamar mau menjadi penyanyi di group musiknya. Duda beranak satu ini tidak sembarangan menerima penyanyi. Kualitas suara penyanyi itu sangat berpengaruh pada pamor orkesnya. Selain suara, gerakan atau joget menjadi standar tes bagi pelamar. Biduanita berpostur sekitar 169 cm diantar masuk oleh salah seorang personil musiknya. “Namanya Siapa?” tanya Debur santai sambil meletakkan puntung rokoknya di asbak. “Ratna, Om.” “Usia?” “Dua satu,” jawab gadis berkulit kuning langsat. “Dar

Dewi

Cerpen: Yant Kaiy Kebimbangan telah menghancurkan segala harapan yang pernah terlintas di pelangi impian Debur tiap malam. Kebimbangan pula yang telah menjadikannya terlunta-lunta, apakah mau kembali pada Dewi yang dulu pernah menghiasi hari-hari bahagianya, atau mengubur nama Dewi dalam-dalam agar kecewa tidak lagi ternatal. Andai saja Debur tidak bimbang, mungkin ia telah mendapatkan cinta Gita. Debur tetap menganggap Gita sebagai sahabatnya sedari kecil. Ia teman bermain Debur. Sedangkan Gita sangat mengharapkan Debur bisa berada dalam dekapan cintanya. Tapi gayung tak bersambut. Akhirnya Gita mendapatkan cinta dari Aria. Walau Debur kini membenci Dewi, namun dalam hati kecilnya masih ada kristal-kristal cinta buat mantannya. Tapi api cemburu Debur telah membakar jalinan cinta mereka. Dengan mata kepala sendiri Debur mengetahui kalau kekasihnya itu punya pacar lain. “Kau masih juga tak percaya, Bur! Semua yang kau tuduhkan itu tidak benar. Tomy itu teman kerjaku