Langsung ke konten utama

Ibu Guru Nova

apoymadura.yant-kaiyIlmira Usmanova

Cerpen: Yant Kaiy

Nama lengkapnya Siti Asmanova Mahaputri. Murid-murid di tempatnya mengajar memanggil Ibu Nova. Perempuan anggun dan keibuan ini berdarah campuran Jawa-Arab. Penampilannya sederhana, tapi aura kepintarannya terlihat jelas tatkala ia berada di tengah-tengah masyarakat pedesaan. Sikapnya murah senyum bila bertemu dengan siapa saja.

Maka tidak keliru Pak Kades menempatkan dia di berbagai lini organisasi desa. Banyak solusi cerdas darinya yang Pak Kades aplikasikan dalam banyak program untuk kemajuan desa itu sendiri.
Dalam banyak kesempatan, Nova dan Pak Kades selalu bersama. Sehingga ada gosip di tengah masyarakat, kalau Pak Kades berselingkuh dengan Nova. Gosip itu sumbernya dari para rival Pak Kades terpilih di pesta demokrasi Pilkades (Pemilihan Kepala Desa) yang lalu.

Sementara antara Nova dan Pak Kades tidak ada hubungan special yang mengarah pada dunia asmara. Mereka melakukan segala kegiatan yang berurusan dengan desa tujuannya tulus. Dan hal itu merupakan amanah yang harus dijalankan sesuai dengan petunjuk teknis. Kalau tidak, desa akan tertinggal.

Kabar tidak mengenakkan itu terus berhembus, bahkan semakin santer. Pak Kades bergeming lantaran gosip itu  tidak benar adanya. Sebab Pak Kades tak ada niat secuil pun berselingkuh dengan Nova. Tetapi Nova sebagai seorang perempuan lajang sangat tersulut emosinya. Wajar kalau akhirnya ia mengambil satu keputusan sangat penting demi masa depannya. Demi nama baiknya sebagai seorang guru, panutan bagi murid-muridnya.

“Ada apa Ibu memanggilku?” ucap Debur ketika mendatangi perumahan guru tempat Nova tinggal dengan guru lainnya.
“Kau panggil namaku saja, Bur!” pinta Nova.

Debur memanggil Ibu karena adik bungsu Debur menjadi salah satu murid Nova. Plus usia Debur lebih muda darinya, terpaut tiga tahun.
“Aku mohon bantuan padamu.”
“Bantuan apa yang Ibu, eh Nova, yang mau dariku?” suara Debur datar penuh perhatian.
“Aku mau menikah.”

Debur tersentak. Namun segera Debur merubah sikapnya seperti sediakala.
“Maksudku, aku minta bantuan sama kamu agar aku dicarikan jodoh orang sini. Maaf sebelumnya. Aku benar-benar tidak kuat lagi menahan gempuran fitnah dari masyarakat, kalau aku telah berselingkuh dengan Pak Kades.”
“Maksud Nova, kalau kamu menikah akan menangkis semua fitnah masyarakat.”
“Benar,” sahut Nova meniscaya.

Nova percaya dan tidak malu mengungkapkan itu semua karena ia sudah banyak tahu tentang siapa Debur. Lagi pula Debur sudah memiliki kekasih. Ditambah lagi usia Debur lebih muda darinya.
“Kamu kan seorang PNS, mana ada pemuda di sini yang PNS.”
“Kamu belum mencarinya sudah bilang tidak ada, Bur.”
“Begini. Maksud aku, barangkali ada kriteria khusus. Pemuda macam apa yang kau mau?” teliti Debur.
“Terserah kamu saja, Bur. Yang penting pemuda itu perilakunya baik.”

Debur terdiam sejenak. Nova menunggu ucapan lelaki di hadapannya.
“Kalau aku?”
Nova seperti tidak percaya dengan ucapan pria berkarakter lembut itu.
“Benarkah yang kau ucapkan?”
“Apakah aku diterima?”
“Aku terima. Tapi usia kita?”

Debur menutup bibir merah Nova dengan telunjuknya.
Di luar hujan turun dengan deras. Dua insan berlainan jenis berpelukan. Bahagia menghias diantara cinta instan keduanya.

Pasongsongan. 18/2/2020


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p