Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Puisi

Antologi Puisi Fragmen Nasib (23)

Karya: Yant Kaiy Perjalanan mantapkan harapan s ebiru m ungkin impian ter kontaminasi senoktah kegamangan membuntuti segala sengketa di benak menua tanpa kendali, kodratku sebagai manu s ia duri - duri me neror tiap detak jantung kukuatkan hati rapuh pada titian ikhtiar seberapa kuasa diri menelanjangi langkah tak terurai meluap peluh mengukir sekujur bumiku di bingkai emosi   kusarungkan n i at tak be c us menggoda merayu telinga hati terpesona bangkit mimpi men yu suri beragam nostalgia ter c ipta di mata irama sumbang terdengar menderaskan hujan kerinduan permata indah bukit-bukit menghijau kupasrahkan bekal perjalanan terkikis waktu menye sa tkan berbaur lelah sesekali ternatal kecewa mengkristal lepaslah kesu m pekan bergelimang, tak menentu arah...   aku kian menghilang dalam bayangan ilusi panora m a diri merenungi bersama luka terabaikan diantara takdir kuusir duka menerkam bias naluri melepuh nyanyikan lara tentan

Antologi Puisi Fragmen Nasib (22)

Karya: Yant Kaiy Tangis Malam menelanjangi nasib tak bertepi keserakahan tak aus di terkam keheningan berkembang kesendirĂ­an, pasrah segalanya meradang halusinasi menga m puni diri   katelah muak merangkak malam dingin me ngigit s ontak kutersentak men g gali bumi asa ada beragam kenistaan meniti perjalanan ini terbujur raga melayang tanpa jejak l uluh jati diri berhamburan kupejamkan mata sejenak barangkali kutemukan mutiara kasih harta terpendam bagi pelita penerus perjuangan kubuka tirai, kusibak mega -m ega kebimbangan adakah jawab penghilang prasangka tanpa sosok? menara hati yang terkulai merambah   gelap malam kaburkan ib a nyanyikan lara hutanku bersemedi merenungi sengketa airku alirkan darah amis membangkaikan suasana hanya s uara tak menentu melukis i kebimbangan sejenak bersandar pada sebatang pohon   kusudah terku rung bersama tangis naluri tanpa sebatang kuasa tumbuh subur tertancap mematung tak bersemikan de

Antologi Puisi Fragmen Nasib (21)

Karya: Yant Kaiy Tumpa h Air M ataku mengalir ke pori bumĂ­ berjuta asa berbaur jadi bunga bahagia lamunan menghilang sendirinya bersaing beragam keinginan menumpuk kubiarkan saja, terus mengurung ternatal kegamangan mengoreksi liku hidu p tanpa kendali menyusuri pesona dunia meleleh air mata tak darah di raga   kuterus merenungi nasib diri tersiksa diantara kemi s kinan harta apa pun alasannya kutak ma u tahu lagi yang kuharap hanyal ah ketenangan abadi menjadi nuansa cin ta diri meniti hari ke pekan   dan terus kubiarkan kelelahan itu melepuh terjilat ket id aksopanan bunga luka haru s kah kuterus begini? s ikapku menerjang sengketa kabur pandanganku menatap penorama bukanlah maksudku bersikap tak di kehendaki i tu selimut kece w a merampas kesabaranku kendati bagaimana pun aku masih miliki malu sebagai u m at beradab   kini ladangku tanpa rumput kering tumpahan air mataku mengairi ladang hati bersemilah dedaunan, me

Antologi Puisi Fragmen Nasib (20)

Karya: Yant Kaiy Hutan Kesepian meng g unung kekecewaanku tanpa haru batu-batu hanya berdi a m diri seolah hanya menyak s ikanku atau sungai yang mengalirkan hidup bagi keberlang s ungan ; kelestarian hakiki tubuh terserap ilalan g keger s angan   kurasa diri te lah bermandikan hujan meng gelepar diantara beragam kebohongan kuterjungkal menantang semua kesewenang - wenangan dari peng uasa begitu pekat bersiasat kucoba sekali lagi, dan entah keberapakalinya mega tak pernah ramah menyambutku sejumput resah berkobar berkepanjangan kealamian damba kami lenyap dari genggaman musim   bunga - bunga l iar menampakkan senyu m kemenangan berte m ankan duri - duri menghunus raga patah gairah ikhtiar bekalku mengembara s etumpuk perlawanan berbaris rapi dalam angan sia - sialah semuanya, hanya jadi tontonan burung kuterus terbang tanpa kendali melahap sakit mendera halusinasi melebar lagi disambar petir keserakahan   kubaca s emua mata

Antologi Puisi Fragmen Nasib (19)

Karya: Yant Kaiy Denting Gitar aku kian tak peduli menembus pekat halimun mengurungku begitu perkasa senantiasa k utiti beragam aral hidup tiada tekanan diri me rawat pelepas dahag a ber kidung tentang diri terlempar dari peradaban pilu menyayat jiwa kerontang ikhtiarku tersangkut di ranting kering terlupa dari ingatan riwayat masa silam k ian j auh pengembaraan dari mereka suaraku serasa jauh dari tan g kapan pendeng a rannya melaralah sekujur   benak tenggelam iba memupuri sanubari tak pernah angkara   barangkali nyanyianku bagi mereka buah durhaka tapi buat apa mencela mereka tak senada m emang tradisi lebih kuasa bertahta   saban malam merangkai cahaya rembulan bintang bertaburan menemaniku di peraduan ber c anda lewat pantun dan bahasa ibu sucikan diri di telaga b iar kutu lenyap tertikam dosa, sampai s enar - senar g itarku mengendor tak bersemangat lagi r e s ahlah j iwa berbanggal ah mereka diantara kegagalan   k

Antologi Puisi Fragmen Nasib (18)

Karya: Yant Kaiy Sampan Kebimbangan kupeja m kan mata darĂ­ tamparan terik kar e na kebimbangan s udah menghadang langkah angin mohon ampun h ingga langkah kian tak pasti melebar cinta m embuncah aroma impian melecut segala keinginan begitu memanas sekali l agi kubiarkan menge m bara di alam surga sa m pai tak ada sisa m enggantung dan menyendiri penantian meng g iring jauh ke cakrawala khayal kupaksakan jua hati menendang kebencian kendati aku harus menyandang kekalahan pembawa aib namun tak mengapa , a ku te lah terbiasa aku tak terkejut lantaran aku bisa mengantisipasi dari sekĂ­an banyak lara lumuri ragaku tanpa batas   pada kebimbangan yang seringkali ternatal sendiri berjalan tanpa teman pelipur duka tak ternilai berjatuhan kesepian m enyusuri pantai hati k eteguhan ya, keteguhanku serta kesabaran amat meniscaya berlomba mengalirkan asa nan hampir suram cemerlang nuansa kalbu dari kebimbangan terus berakhir kebimbangan kudapat mel

Antologi Puisi Fragmen Nasib (17)

Karya: Yant Kaiy Elegi Pagi pantan g bagiku persembahkan ke bohongan menenggelam k an se s ama pada danau kenistaan kendati derita terus mendera tanpa iba menelanjangi nasib terang - terangan rasa bersalah seringkali menikam jantung membuntuti l iku hidup saban pagi tiada jenuh kodrat k ah barangkali semua ini a ku tak mengerti topan menghantam jiwa aku jadi serba salah   kuserin g bertanya pada kesalahan itu siapa tahu kumbang bisa jelaskan semua lewat untaian nyanyĂ­an pengobat susah tanpa harus berbasa - basi tanpa pertanyaan menusuk kalbu   kemudian a kan kuba w a kemana lagi menumpuk kebimbangan diantara belati yang kian membelenggu langkah diri tertumpah duka , k ukuatkan asa   kusujudkan banyak dosa dikeheningan mal am ku barangkali karma dari nenek moyangku ? dirĂ­ tak bisa berbuat apa -apa karena p ikiran te lah terkuras t ertelan keg ana san puting beliung   berserah diri ke hadirat I lahi mungkin kudapatkan se

Antologi Puisi Fragmen Nasib (16)

Karya: Yant Kaiy Surat dari Sahabat bila kerinduan menjelma jadi puisi alangkah riangnya suasana malamku berhiaskan rembulan tanda persahabatan kita badai sering mengsuncang pengembaraan, tirai tradisi berbeda terus saja tegak tak goyah berdiri menara di tengah samudera rasa setia berkepanjangan k eabadian yang senantiasa kita harapkan bukan hanya angan merobek kegersangan tanahku   kita sama-sama anak sekolah kita sama - sama senasib-seperjuangan kita sama - sama punyai tujuan dan harapan hanyalah rasa amat berbeda namun kita sama - sama menghargai itu paling kita sukai sebagai sebangsa   perjalanan musim kutempuh selama ini buahkan kemelaratan waktu b erbahagialah kau sahabat ! kejernihan telaga adalah lukisan kita mengalirkan beragam pesona jati diri terkuaklah s elubung , m enerjanglah kedengkian semata jalan kita tetap satu menuju pagi cerah tak mungkin tergelincir disepanjang perjuangan lantaran kita berbekal ma w as

Antologi Puisi Fragmen Nasib (15)

Karya: Yant Kaiy Duduk Merenung tanpa ada kalimat mengurai beragam sengketa kian me ruah seiring keserakahan kita kesengsaraan jadi bahan pembicaraan saja air mata begitu setia . m anusia tanpa cela, gumanku terus melintas renung an di pembaringan pikiranku angin bertiup di pengembaraan, kekecevaan ternatal ulah tangan tak bertanggung jawab meniti hari melelahkan , t enaga terkuras sia - sia kutergesa membenahi kebencian mendera ledakkan kemarahan tak terarah h anya inginkan lenyap kan baris-baris kecewa tak lebih . barangkali terlalu kerdil menurut banyak hati? terserah mereka menilaiku apa ! a sal jangan binasakan asaku menganga luka, menggerogoti jiwa tanpa ampun   kulabuhkan segala sengketa dari tak berharga diri meski bukanlah tujuan dari segala luka hati tak lebih sekadar dorongan keping nafsu   kusegera basuh muka dari tamparan debu iri yang membuatku tersiksa serentang kebebasan bersembunyi keterusteranganku f ana belaka,

Antologi Puisi Fragmen Nasib (14)

Karya: Yant Kaiy Angin barangkali kebenciannya semua ini berantakan sampai tak ada lagĂ­ sisa dayaku sanggup membendung tamparannya ibarat gempa mengguncang ragaku kupasang segala mantra paling ampuh biar berlalu segala kebusukan yang tak kukehendaki mendera sekujur raga ditebas tiada henti sampai darah menetes mengalir… melimpah tak terasa basahi bumiku kian subur saja   ada bait-bait ketidakpastian pijakkan kakiku di persimpangan jalan menuju cinta semua sudut-sudut rindu angin terus mambawa bidukku mengembara melebar pengalaman hidup penuh cobaan bersyukur atas keselamatan menyertai liku hidupku penuh penderitaan tanpa sebatang tongkat di tangan hanyalah keteguhan hati nan membaja kudapat merangkai serat liku jalan meniti hari penuh misteri tak menetan… berakhirlah penantian kesekian kalinya perjuanganku tumbang bersama duka-luka menoreh kegamangan ditiap dengus napasku ada saja sisa asa   setiakah kau menidurkanku dimalam ini? suaramuk

Antologi Puisi Fragmen Nasib (13)

Karya: Yant Kaiy Rahasiaku peluh berkolam-kolam mengairi ladang gersangku kusucikan segala bentuk kemaksiatan tanpa beban lagi gemercik embun rerumputan bergoyang vignetku dalam bingkai segudang tanya kuraba kemana langit sesungguhnya membawa impian sebatas kebebasan yang masih terbelenggu dosa, tidak segalanya hidup berbau comber hanyalah tuduhan menyakitkan menikam asa   kehidupanku penuh misteri, sukar terlacak bola mata liar, hanyalah seutas senyum manis penggoda iman tak menandingi keras batu karang disepanjang napasku, sesekali rahasia terkuak dalam keheningan malam bersama halimun, bersama bertabur bintang bangkitkan kobar asaku dibalik rimbun lamunan terasa menyeruak, membasahi rambut mengguyur tidurku   lalu untuk apa aku berdiam diri tanpa nyanyian aku telah penat menatap panorama memuakkan itu, jangan biarkan daku terus terbui begini barangkali semua mata akan merasa iba acapkali mereka menatapku penuh kebimbangan mengalir ai