Antologi Puisi Fragmen Nasib (19)
Karya: Yant Kaiy
Denting Gitar
aku kian tak peduli
menembus pekat halimun
mengurungku begitu perkasa
senantiasa
kutiti beragam aral hidup
tiada tekanan diri
merawat pelepas dahaga
berkidung tentang diri terlempar dari peradaban
pilu
menyayat jiwa kerontang
ikhtiarku
tersangkut di ranting kering
terlupa dari
ingatan riwayat
masa silam
kian jauh pengembaraan dari mereka
suaraku serasa jauh
dari tangkapan pendengarannya
melaralah sekujur benak tenggelam iba
memupuri sanubari
tak pernah angkara
barangkali nyanyianku
bagi mereka buah durhaka
tapi buat apa
mencela mereka
tak senada
memang tradisi lebih kuasa bertahta
saban malam
merangkai cahaya
rembulan
bintang bertaburan menemaniku di peraduan
bercanda lewat pantun dan bahasa ibu
sucikan diri di
telaga biar kutu lenyap tertikam dosa,
sampai senar-senar gitarku mengendor
tak bersemangat
lagi resahlah jiwa
berbanggal ah
mereka diantara
kegagalan
kususun bermacam rahasia serentang gerakku berlumur kemaksiatan
rantai kesusahan dan entah
apa lagi
namanya
ketidakpastian bersyukur pada
Tuhan penguasa jagad raya
atas nikmat yang
dilimpahkan ke alam penuh peperangan
ya,
peperangan membunuh sesama
kepalsuan politik kekuasaan natalkan kemelaratan jelata
lalu untuk apa
semua sama-sama menyusun kehidupan?
karena kehidupan hakiki dapat
dicari di akhirat
berbanggalah insan pecinta seni dan keindahan
saelalu bebaskan
kami dari jerat
pasung kepentingan
mengasah kehidupan
kami, lantaran kami tak meminta banyak
hanya sebuah
kebebasan meneriakkan keadilan
semestinya
ditancapkan tegak di tengah penindasan
kita butuh kedamaian, damba umat pelosok negeri
adalah kelumrahan
jika kelaparan minta disuapi
begitu juga diriku, biarkan kami bernyanyi sepuas hati
diiringi gitar malam
menggelapkan langkahku.
Sumenep, 07/08/1988
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.