Langsung ke konten utama

Antologi Puisi Fragmen Nasib (17)



Karya: Yant Kaiy

Elegi Pagi

pantang bagiku persembahkan kebohongan

menenggelamkan sesama pada danau kenistaan

kendati derita terus mendera tanpa iba

menelanjangi nasib terang-terangan

rasa bersalah seringkali menikam jantung

membuntuti liku hidup saban pagi tiada jenuh

kodratkah barangkali semua ini

aku tak mengerti topan menghantam jiwa

aku jadi serba salah

 

kusering bertanya pada kesalahan itu

siapa tahu kumbang bisa jelaskan semua

lewat untaian nyanyían pengobat susah

tanpa harus berbasa-basi

tanpa pertanyaan menusuk kalbu

 

kemudian akan kubawa kemana lagi

menumpuk kebimbangan diantara belati

yang kian membelenggu langkah diri

tertumpah duka, kukuatkan asa

 

kusujudkan banyak dosa dikeheningan malamku

barangkali karma dari nenek moyangku?

dirí tak bisa berbuat apa-apa

karena pikiran telah terkuras

tertelan keganasan puting beliung

 

berserah diri ke hadirat Ilahi

mungkin kudapatkan segenggam kedamaian

berlomba seakan melapuk menggerogoti usiaku

galaulah segenap impian melambung

kucoba tetap setia menanti

mengerti serta memahami akan keberadaanku

 

lagu lama jika mimpi tetap mimpi

lalu untuk apa aku hidup bersama rindu

lebih baik riwayatku lenyapn tanpa jejak

terhapus dari percakapan dunia

kecuali nyanyianku tetap terdengar

 

mulut sudah berbusa-busa

raga lelah meski tak menyerah kalah

sejatinya perjuangan tetap meniti tangis

bergelinding di padang sabana ceria.

        Sumenep, 06/08/1988 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p