Antologi Puisi Fragmen Nasib (17)
Karya: Yant Kaiy
Elegi Pagi
pantang bagiku persembahkan kebohongan
menenggelamkan sesama pada danau kenistaan
kendati derita
terus mendera tanpa iba
menelanjangi nasib
terang-terangan
rasa bersalah seringkali menikam jantung
membuntuti liku hidup saban pagi tiada jenuh
kodratkah barangkali semua ini
aku tak mengerti topan menghantam jiwa
aku jadi serba salah
kusering bertanya pada kesalahan itu
siapa tahu kumbang bisa jelaskan semua
lewat untaian
nyanyían pengobat susah
tanpa harus berbasa-basi
tanpa pertanyaan
menusuk kalbu
kemudian akan kubawa kemana
lagi
menumpuk
kebimbangan
diantara belati
yang kian
membelenggu langkah diri
tertumpah duka, kukuatkan asa
kusujudkan banyak
dosa dikeheningan malamku
barangkali karma
dari nenek moyangku?
dirí tak bisa
berbuat apa-apa
karena pikiran telah
terkuras
tertelan keganasan puting beliung
berserah diri ke
hadirat Ilahi
mungkin kudapatkan
segenggam kedamaian
berlomba seakan
melapuk menggerogoti usiaku
galaulah segenap impian melambung
kucoba tetap setia
menanti
mengerti serta memahami akan keberadaanku
lagu lama jika mimpi tetap mimpi
lalu untuk apa aku
hidup bersama
rindu
lebih baik
riwayatku lenyapn
tanpa jejak
terhapus dari percakapan dunia
kecuali nyanyianku tetap terdengar
mulut sudah berbusa-busa
raga lelah meski tak menyerah kalah
sejatinya perjuangan tetap meniti tangis
bergelinding di
padang sabana
ceria.
Sumenep, 06/08/1988
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.