Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Puisi

Antologi Puisi Fragmen Nasib (10)

Karya: Yant Kaiy Noktah Kebusukan ada bait kegamangan mengapuri jiwa seakan sandiwara ter c ipta begitu saja lelah kuberdiri , j antungku b e rdetak s eketika menelusuri musim, meneguk beragam kebusukan terlontar dari ge tah bebatuan mengalir deras tak berdaya pikiranku   keben c ian bukanlah mak s ud hati, te r miliki... aku semakin beringas melu m at segala keben c ian itu berkali pula kute rlempar, s egelintir nista mengalah aib berkepanjangan mengukir, menoreh debu sepanjang jalan menggambari mobil - mobilan jungkir - balik seolah mengaba dika n kegigihanku t ersiksa dalam kegamangan terbakar asaku, berkobar pantang menyerah dari rimbun kebusukan, terlintas kesombongan menyulut amarah di hati membeku   sungguh, kutak mampu membedah kesesatan menga m bang sesekali angan mengutuk setiap kidung terdengar a da keganjilan di balik senyum mempesona sebuah misteri tak bakal mampu menyanderaku biar angin kencang menyapu harapanku , kutetap

Antologi Puisi Fragmen Nasib (9)

Karya: Yant Kaiy P esona Dara senyum s eperti kemarin itu menggoda gerakku bangki tkan hasrat un tuk mem iliki seutuhnya namun kehíjauan sikapku menggambarkan kekerdilan cinta atau berpikirku tak begitu melambung h anya tinggi impian menerjang apa saja di depan hidung tak sekeras baja t ak seteguh dinding penghalang langka h hanyalah iri membedaki paras berjerawatan aku memang tak mau senyum mengundang b e rahi, kecuali sebatas teman menu m pahkan problema d i gelas persahabatan barangkali takkan pernah ternatal kendati senyu m nya semanis madu berhiaskan kecongkakan serta dengki tak berkesudahan apa boleh buat k elahirannya ber w atak sedemikian   kuganti halusinasí merenda liku hidup yang porak poranda akibat gempa f itnah atas pilihanku menyendiri me m batasi keserakahan, menumpuk beraneka animo berakal bulus kesekian kalinya pada pesonanya, kemudian mengalir kebencian mengerosi bulatnya tekadku runtuh, pudar hasratku . lalu s osok peny

Antologi Puisi Fragmen Nasib (8)

Karya: Yant Kaiy Pulang Sekolah 1 tatapan itu menghujam tanpa batas menusuk relung kalbuku, wajah lembut nya berbibir ranum bercerita tanah gunungnya kepada anganku melepuh segalanya, terurai makn a hidup luaslah hati yang semula su m pek terhibur diri bersihkan raga oleh senyumnya   lautan tak bertepi i alah otaku keokkan tatapan curiganya   2 kubungkus segala lara menyiksa dari perjuanganku menumbangkan waktu berjalan dala m kehinaan , k emiskinan ada kalanya tubuh letih tertusuk persaingan   3 banyak yang t el ah kudapat darí peredaran pagi hingga siang berudarakan panas menilkam batok kepalaku kian membara saja . s epotong kendaraan tak mempedu l ikanku dari dahaga mengopeni sisa - sisa tenaga memudar dipenantian panjang seakan si a - sia kuberdiri mematung di tepi jalan. a ku memang terbiasa pulang sekolah dengan beribu kekecewaan tak terbe li barang sepeser pun meneguk air sawah mengalir di sekujur tubuh setiap asa menumbuhka

Antologi Puisi Fragmen Nasib (7)

Karya: Yant Kaiy Halusinasi J uang lelah kuterjungkal mengiringi titian perjalanan kutidurkan resah pada buaian angin d ari kekalutan har u biru halusinasi menelusuri sungai juangku menindih kesombongan tanpa tedeng aling - aling lagi terbengkalai ci n ta darí galau menumpuk memuai tersiram terik s erba ketidakpastian, s eperti dalam khayal berbalut sebuah kenyataan   mercu yang digerakkan angin adalah aku berhenti tanpa haluan keperkasaan terlanjur kumengambil satu tekad juang membuat hilang kepercayaa n diri h anya membajanya beragam hasrat kudiamkan saja memberat beban tak berkeping lagi terpaksa kuurungkan, biarlah mengalir … menetes bersama waktu terus bernganti musim membasah di sekujur raga tanpa harus berlari membuang luka   kupatahkan segala kebodohan yang tak terimpikan semua insan biarlah halusinasi mengembara sesuka jiwanya kukan tetap disini , b ertarung dengan nasi b kian memburuk lupakan masa lalu begitu menyiksaku

Antologi Puisi Fragmen Nasib (6)

Karya: Yant Kaiy Lagu u ntuk Sahabat kurasakan sesak nafasku merenda langkah duduk menyendiri menghitung bintang seringkali tertangkap panca indera keinsyafanku jadí mualim p erjalanan ini memanggilku segala aral mematangkan tekad bulatku berderai usia membuih di ling karan mimpi, ada nyanyian merajuk sikapnya k utak mengapa terbiasa tak enak dudukku menanti kekaribanmu   mungkin ci n taku terlalu tinggi menggapai impian barangkali terlalu menjulang gunung niatku semestinya kau mengerti tentangku d ari sekian l ama kita bergandeng tangan b erdiri bak arca tanpa haluan sesekali kita beda persepsi membuncah, d a n kau tak pernah berhenti melempark u bukankah dari semula kita sama - sama menderita cakrawala menundukkan kelopak bunga kita seolah kau bangga m enyaksikan ku terpuruk berlumur darah, air mata tak ternilai membanjir. Sumenep, 24/07/ 19 88

Antologi Puisi Fragmen Nasib (5)

Karya: Yant Kaiy Ladang menghampar tandus bumiku tertiup angin lenyap kefrustasian diri, s eru memburu asa bergoyang segala yang ada kusak s ikan n yata, air mengalir sisa hujan semalam ke pori bumi gersangku membasahi segalanya , rambut jagung berzikir sesekali membuai naluri pada kesenduan kutidurkan kekecewaan di s epanjang jalan takdir tereguk benak riang , l egalah kerongkonganku   panas udara menyelinap suasana ruang belajarku me nganugerahi beragam perjuangan , terpendam d u ka acapkali runtuh keger s angan berganti kidung desa ler... sa'aler… ler... s a'aler… aler-aler kong… tumbuhlah tongkat tertancap disela bebatuan bersemilah dedaunan , l enyaplah derita kegamangan punah di terkam embun pagi sketsa musim di dada t ak gentar m elawan siksa   kambing mengunyah reru m putan anaknya tertidur pulas di sampingnya seperti halnya diriku mengembara merdeka senantiasa lenyapkan keraguan namun ladangku takkan pernah

Antologi Puisi Fragmen Nasib (4)

Karya: Yant Kaiy M adura Na fas ku bukit-bukit berjajar tandus berbatu kapur gersang terhampar tanah kelahiranku , meski banyak orang bilang tentang kampungku panora m a mengagumkan , bagi mereka acapkali kuberka c a pada c emin retak k uber so lek s epuas hati berulangkali kurias wajahku, tanah tu m pah darahku   gersang mil i k per s ep s i orang tetan gg a tak s emudah menguoapkan ; m elimpah gara m ku men gh idup i in s an, menerangi j alan p ikiran lentera itu takkan pernah padam diterpa angin kemarau semasih kedzaliman tak menjamah , memang kumasih terbelakang di lensa m ata banyak oran g tak pernah menyelami dasar kolamku . biarlah je m batan S urabaya -Madura menyatukan harapan agar mereka dapat menyak s ikan , b etapa ramah kami menyambutmu   jangan ang g ap kami keras kepala dalam kisahmu penyelesaian ka m i lewat musya w arah dan mufakat , bukan c arok berdarah-darah titik penghabi s an s ikap kami   kau terlalu r

Antologi Puisi Fragmen Nasib (3)

Karya: Yant Kaiy Kegamangan Menumpuk pagi ceria harí baruku di gerbang pendidikan kadang ta w a tak terkendalikan meluncur dari gendewanya sepotong asa bergayut pada pohon sepanjang lorong mesra tiada bandingnya , lucu terpapar di lingkup desahnya s esekali luruh pergaulan semusim merendahkan diri s elalu, lepas keyakinanku be r mandikan resah tiap langkah . t erantuk lara gelap terasa merenungkan nasib, acapkali dengki l ahir ke benak selaksa suram pandanganku bagi masa depan . d uh, rasanya peri h lupa semua pijakan kaki, dimana s emula kuberdiri mematangkan beban mendekap cita menampar atma lemah   tersusun rapi dalam lemariku lembaran gundah me raup beragam suasana sekolah . t ak nyenyak tidurkan angan padahal, selimut tel ah kuhadangkan menangkis serangan gundah p ikiranku berbaur penderitaan tak kunjung aus tersiram hanya keteguhan iman barangkali . k utak terbiasa bersikap begitu darí sekian baris kegamangan berceceran di lantai bumiku

Antologi Puisi Fragmen Nasib (2)

Karya: Yant Kaiy B ingkai T angi s ku lu as derita mendempul pada kenyataan terus berl a lu mengerang jiw a, tak ubahnya mati muaraku tertelan halimun terbakar darah emosi ke puncak gunung tangi s ku ber s imbah duka, kumencoba menghal au rintik luka . s enyu m mengiris kalbu buram angan ku? s eolah be s tari s ikapnya membasahi s ekujur persendian terulang beraga m kebimbangan meneta s , senyu m nun jauh menghinaku   pe r lahan n al uriku men un tun . g oyang keyakinanku meski angin tak mena m par, sebait hori z on mengambang penuh keteguhan, mengalir pe rl ahan runya m kian kura s a mengapuri detak nadi tiap langkah kutatap sek a li lagi .   a da kabut menghalangi pandang bola mataku seutas s enyu m m empesona menggalau ke sekujur raga tiada berdaya, deras tawa memenuhí suasana malamku ; tangis mengiringinya derita terus menyiksa, sem akin rental ah keteguhanku bagaikan kapas diterbangkan kemana saja . m engukir jalanku dipengembaraa

Antologi Puisi Fragmen Nasib (1)

Karya: Yant Kaiy Pengantar Penulis Puji s yukur tak terhing ga s aya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan nikmat-Ny a sehingga s aya dapat mengumpulkan beberapa puisi kembali dengan judul " Fragmen Nasib ". Harapan saya hanya seg e lintir, semoga puisi ini menjadi prasasti bagi keturunan saya kelak. Saya yakin hal ini akan menjadi kenyataan. Kendati   barangkali kumpulan pui s i ini tak berarti apa - apa di peta ke s usastraan tanah air , tapi paling tidak sudah bisa mewarnainya.   Tegur dan s apa tetap s aya nantikan apabila dalam kumpulan puisi ini ada banyak kekurangan dan kesalahan. Semoga kita berada dalam lindungan-Nya.[] Pa s ongsongan - Su m enep, akhir Juli 1988   Pelita Kecewa kekecewaan membanjiri s ungai harapan lalu ladang k u porak - poranda berantakan terukir di jatidiriku sepanjang jalan kecewa terpuruk di sela -s ela terang kesepian keresahan menca m buk benak , s edih melanda kuterja g a kala mentari meny

Kumpulan Puisi “Cintai Dia Sepertiku” (4)

Karya: Yant Kaiy Gelegak Ikhtiar tak terhitung waktu terlampaui tak kenal hujan dan panas percaya diri menggunung menumpuk di malam impian sebab awal kegagalan berujung bahagia seperti banyak kisah orang terdahulu   dari penerbit kelas kaki lima hingga bergedung megah kumasuki dari sudut ke pintu berhari-hari bermandi asap knalpot senyum sinis bos berkaos oblong senyum manis penerima tamu tawar-menawar seenak perutnya mereka lupa derita berkarya berdarah-darah melahap usia   percaya Tuhan Maha Pemurah tak ada yang tersia-sia dari segala pengorbanan dan cucuran air mata tapi sampai kapan? dalam buku harianku lebih besar pasak dari tiang. Jakarta, 7/3/1996   Biduan Malam kau cantik semua mata melirik mengimla gemulai tubuh mulusmu di hamparan musik mengalun lembut membelai sukma membangkitkan gairah keperkasaan mereka   aku pun kepincut meski cintaku tak jatuh hanya iba ternatal tentang masa tuamu