Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Pentigraf

Tak Terhalau

Pentigraf: Yant Kaiy Baru kali ini Debur jatuh cinta mati terhadap janda anak satu. Siang-malam alam pikirannya tertuju padanya. Walau Debur hanya tahu lewat foto yang terpampang disalah satu sosial media. Tapi bayang wajah dia tiap detik menghias kelopak matanya. Untuk mengobati gejolak hatinya yang menggelegak, Debur menghubungi sang wanita pujaan via sosial media. Tapi cintanya bertepuk sebelah tangan. Dia masih ingin tetap sendiri. Tidak ada potongan alasan darinya. Debur tidak sakit hati. Tidak pula kecewa terhadap keputusan darinya. Debur tidak menyerah. Segala upaya dilakukan. Ia punya waktu tiga bulan sebelum hengkang dari bayang-bayang dia.[] Pasongsongan, 12/12/2021

Berkelit

Catatan: Yant Kaiy Keberhasilan seseorang bukan hanya diukur dari banyaknya duit. Masih ada beberapa bagian lagi bahwa seseorang itu sukses. Tapi bagian-bagian itu seolah lepas dari bidikan perhatian orang lain. Seperti kekayaan Tonah. Rumah besar, mobil pribadi berharga miliaran, baju dan aksesories yang melekat di tubuhnya made in Eropa. Masyarakat tidak menoleh riwayat masa silam Tonah. Kedua orang tuanya meninggal dunia ketika masih di bangku SMP. Ia menumpang hidup di rumah kakaknya. Kemudian takdir menghantarkan dia menjadi penemu ramuan kanker. Perusahaan luar negeri membeli hak patennya. Tapi Tonah tidak sukses dalam membina rumah tangga. Lima kali menikah, lima kali pula bercerai-berai.[] Pasongsongan, 12/12/2021  

Sempat dalam Sempit

Pentigraf: Yant Kaiy Seperti kebanyakan orang-orang masa kini. Tonah senantiasa menyibukkan diri pada banyak hal agar waktu tak terbuang percuma. Bagi mereka menganggur adalah bakteri penghalang sukses. Tonah pun terkontaminasi pandangan hidup kaum snob. Mau tak mau wanita bertubuh sintal itu masuk dalam pusaran budaya masyarakat sekitar. Ia tak berkutik. Sebagai wanita karier, bangun pagi ia langsung mempersiapkan diri berangkat ke kantor. Masuk kamar mandi, sikat gigi, keramas, menyabun tubuh dan mengguyurnya dengan air hangat. Setelah berdandan ala kadarnya, langsung meluncur naik bis kota. Sampai di kantor, ia menuju kantin, sarapan pagi terburu-buru. Begitulah aktivitas Tonah saban hari. Akhir-akhir ini nuraninya berontak. Ia jenuh luar biasa. Alam pedesaan menjadi tujuan menghibur diri. Tonah tersadar, sedikit manusia yang sungguh-sungguh bersahabat dengan alam hijau.[] Pasongsongan, 12/12/2021

Biarlah Dia Pergi

Pentigraf: Yant Kaiy Begitu menumpuk kekecewaan Tonah terhadap Debur. Dia bukanlah pria idaman Tonah. Di matanya, semua yang dilkerjakan Debur keliru. Tidak mempan lagi bujuk rayu dari siapa pun. Hati Tonah tidak cair oleh petuah kebajikan. Walau dia telah melahirkan dua anak, tetap saja Tonah berkeinginan melepaskan diri dari suaminya. Namun rantai pertalian kekerabatan amat kuat mengikat pernikahan mereka. Puncaknya, Tonah minggat. Ia kumpul kebo dengan lelaki pujaan hatinya. Hanya sebulan Tonah pulang kembali. Alasannya, tidak ada kecocokan. Debur tak mau memaafkannya.[] Pasongsongan, 11/12/2021

Tanggalkan Dendam

Pentigraf: Yant Kaiy Aku sudah memberikan yang terbaik bagi mereka. Tak tersisa. Semua tanpa pamrih. Tanpa embel-embel mengambil hati. Ikhlas karena Tuhan. Mereka senang, aku puas. Itu prinsip hidupku. Tapi semua sia-sia pengorbanan kami. Karena sejumput kesalahan menurut mereka, bukan menurut hukum agama, lalu mereka membuangku. Mengucilkan keluargaku. Bahkan, mereka terang-terangan mengancam akan menghabisi kami. Tidak main-main. Dahsyat intimidasi mereka. Kami lari terkencing-kencing. Dari satu kota ke kota lain. Mencari selamat dunia. Tak peduli hujan-panas menghiasi liku pengungsian. Memanjatkan doa pada Tuhan, semoga kami bisa memberangus dendam dalam kalbu.[] Pasongsongan, 10/12/2021

Tak Sanggup

Pentigraf: Yant Kaiy Satu sisi aku membutuhkan pekerjaan seperti yang kutekuni selama ini. Satu sisi lagi aku mesti menerima berat jiwa tradisi salah kaprah. Tradisi yang benar-benar dilarang agama. Aku harus menebusnya dengan berpuluh-puluh juta rupiah supaya ditetapkan sebagai aparatur negara. Bukannya aku tak mempunyai duit sejumlah itu. Harta warisan kedua orang tua cukup membeli jabatan yang kumau. Bukan sok suci. Lebih baik kujadikan modal usaha saja. Mungkin akan lebih barokah rezeki yang kuperoleh. Teman-teman menyalahkan keputusanku. Tidak memanfaatkan peluang bagus. Mungkin akan datang sekali seumur hidup, protes mereka serempak.[] Pasongsongan, 10/12/2021

Setetes Surga Dunia

Pentigraf: Yant Kaiy Beratus-ratus pria telah membauiku. Sedari SMA aku telah berhubungan badan dengan teman-temanku. Aku begitu menyukainya. Puas. Nikmat tereguk. Ada semacam ketagihan menyeruak di jiwa. Kata ‘dosa’ dan ‘neraka’ bukan jadi penghalang atas kelainan bejatku. Keimanan diri luluh-lantak tak tersisa oleh hasrat membuncah. Lewat seks karierku di dunia intertaimen melejit. Rekan kerja dan atasan tidak luput mencicipi keelokan tubuhku. Power inilah yang membuat jalan hidupku sukses meraih mimpi masa silam. Menyejajarkan namaku dengan artis dunia. Penggemarku terhampar luas di belahan benua. Ketika jalan hidup terbentang luas. Segala kebutuhan mudah kurengkuh. Tiba-tiba terbersit keinginan untuk memiliki keturunan, penerus sejarah hidup. Aku harus memilih imam terbaik. Namun itu tidak mudah.[] Pasongsongan, 10/12/2021

Membangun Masa Depan

Pentigraf: Yant Kaiy Kulepaskan masa lajangku setelah lebih satu tahun kami mengenal satu sama lain. Menyadari bahwa diri ini banyak kekurangan, mungkin bisa diisi olehnya nanti. Kuterima dia jadi imamku di pesta pernikahan sederhana. Dari beragam perbedaan, kami terus merawat cinta agar tidak pecah. Kerikil tajam selalu datang menghampiri. Itulah tantangan normal membangun mahligai rumah tangga. Semua butuh perjuangan dan pengorbanan. Tapi saat aku terjangkit kanker serviks, pupuslah impian semusim. Kurelakan dia mencari bunga pengganti.[] Pasongsongan, 2/12/2021