Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Pentigraf

Persetan

Pentigraf: Yant Kaiy Persekongkolan salah satu teman kerja telah melemparkan aku sebagai aparatur sipil negara ke pulau terjauh. Suamiku tak ikut karena dia statusnya sama denganku. Kedua anakku bersamanya. Sebab mereka akan lebih baik. Segalanya tidak harus membangun dari awal. Menginjak masa triwulan pertama aku mulai merasakan ada sesuatu yang kubutuhkan. Sesuatu sangat mendesak. Kehangatan belai tangan lelaki. Saban malam nafsu bejat menerjang sekujur raga. Tanpa ampun. Tanpa bisa kualihkan pada lainnya. Kehausan berganti nikmat sesaat. Kesadaran di otak itu ada. Tapi gatal di tubuh butuh digaruk.[] Pasongsongan, 7/12/2021

Rindu di Ujung Tanduk

Pentigraf: Yant Kaiy Aku selalu mengkhawatirkannya. Dalam rindu tergambar jelas segalanya. Tak tersisa. Tentang gerak matanya, nada bicaranya, senyumnya… Semua itu lantaran jarak memisahkan kami. Menempuh pendidikan di luar kota. Memang dia telah beranjak dewasa. Gemar bergaul dengan siapa saja. Tanpa pandang bulu. Tak pernah curiga terhadap orang yang akan berbuat curang. Menaruh pikiran positif. Menanggalkan amarah tatkala ia tertipu. Sikapnya masih labil menetapkan suatu keputusan. Dia acapkali mengambil pilihan salah, kendati ia menyukainya.[] Pasongsongan, 7/12/2021

Impian tak Berujung

Pentigraf: Yant Kaiy Berpuluh-puluh tahun aku mengimpikan punya rumah sederhana. Tapi impian itu terus mengembara di langit-langit kamarku. Ikhtiar rajin menabung, tidak boros   dalam membelanjakan hasil kerja, tak pernah jajan di luar, semua itu adalah bentuk perilaku mengarah tergapainya sebuah impian. Kedua orang tuaku sakit bergantian hingga meninggal dunia. Begitu pula kedua mertuaku. Atau ketikatabungan dirasa hampir cukup, tiba-tiba anakku sakit dan menjalani rawat inap. Ketika semua kubagikan cerita itu, mereka mengatakan kalau hal tersebut merupakan suatu proses menuju impian. Namun sampai kapan? Mereka menjawab: “Bersabarlah!” [] Pasongsongan, 3/12/2021

Dia dan Dia Sama Saja

Pentigraf: Yant Kaiy Dalam hidup manusia acapkali dihadapkan pada banyak pilihan. Tentu semua tak mau salah memilih. Termasuk diriku. Kali ini aku menjalani hidup tanpa pegangan. Sebagai mantan pramugari dari sebuah maskapai penerbangan, pertamakali aku menikah dengan pengusaha perkapalan. Aku diceraikan olehnya lantaran aku bersikukuh terus menyusui anak kedua. Rupanya dia tak mau terganggu menyusu padaku. Suami kedua, aku memilih meninggalkannya. Kelakuannya bejat, suka berjudi dan mabuk-mabukan. Harta gono-gini suami pertama terkuras, ludes.[] Pasongsongan, 3/12/2021

Pergi Sebelum Fajar

Pentigraf: Yant Kaiy Kematiannya meninggalkan luka mendalam di hatiku. Tercecer berjuta kenangan manis diantara perjalanan usia. Begitu dahsat merubah peta hasratku, hingga lama kiblat tujuan hilang tanpa bekas. Sekian lama terkurung sunyi. Terus saja aku menyibukkan diri pada kegiatan kemanusiaan. Namun tetap saja bayangan indah bersamanya mengapuri ruang gerak mataku. Aku berontak sekuat tenaga, melepaskan diri dari ikatan kenangan. Baru berhenti siksa setelah kudapatkan penggantinya. Dari suatu seminar budaya kutemukan paras ayu menggoda. Awal berkenalan kami saling jatuh hati.[] Pasongsongan, 27/11/2021

Kandas Berkeping

Pentigraf: Yant Kaiy Dia tidak tampan. Anak buruh pabrik. Sikapnya pendiam. Penampilannya biasa-biasa saja. Tidak pernah muluk-muluk mengimpikan sesuatu. Jalan hidupnya mengalir. Dia telah mengajarkan banyak tentang hakikat cinta terhadapku. Ketika di kampus kami sering bersama. Dia tidak sekalipun melontarkan kata cinta. Meski dari sinar matanya menguraikan ketertarikannya. Kemudian kami berpisah; aku melanjutkan pendidikan keluar negeri dan mendapatkan jodoh bule hingga punya anak. Pulang ke tanah air menjadi desainer para artis. Aku menakhodai sebuah acara di stasiun televisi swasta, penggemarku banyak. Kesuksesanku kandas. Suamiku selingkuh. Kami bercerai. Disaat kesepian, entah kenapa pikiranku teringat dia. Aku pergi ke rumahnya. Kata istrinya, dia sudah meninggal dunia.[] Pasongsongan, 26/11/2021

Mendung Berarak

Pentigraf: Yant Kaiy Sontak dendamku mencair demi melihatnya tak bisa berbuat apa-apa lagi. Pilu berbaur iba menyapu bersih butir-butir congkak. Inilah hakikat hidup. Kemenangan hanya sesaat menghinggapi langkah diri. Aku tak bisa melontarkan kata-kata di hadapannya. Diatas kursi roda ia didorong oleh anak perempuannya menuju acara bakti sosial: Pengobatan tradisional gratis. Ia menyapaku begitu lirih. Hampir tak terdengar. Tangannya tak bisa digerakkan. Dulu ia sering menggendongku. Setelah basa-basi sebentar, aku segera meninggalkan mereka. Dari ujung mata dapat kutangkap, bahwa ia ingin berbicara banyak.[] Pasongsongan, 25/11/2021

Lagu Pecundang

Pentigraf: Yant Kaiy Jodoh, Tuhan yang menentukan. Aku dan dia gagal menikah karena persoalan Pilkades (Pemilihan Kepala Desa). Ayah menang atas bapaknya. Periode selanjutnya, Ayah dikalahkan oleh dia. Sekarang aku yang bertarung dan dia yang terjungkal. Kuberjanji dalam hati, pada Pilkades yang akan datang, kuingin menghentikan permusuhan ini. Kami menggiring massa, mengompori mereka sedemikian rupa untuk membenci kubu dia. Segala cara kami tempuh demi satu tujuan: Kemenangan. Politik uang terbungkus bantuan sudah menjadi tradisi dalam pemilihan apa pun. Demi sepotong gengsi, apa pun dilakukan.[] Pasongsongan, 25/11/2021