Langsung ke konten utama

Postingan

Antologi Puisi “Bunga-bunga Kepedihan” (15)

Karya: Yant Kaiy Mimpi Buruk s eketika aku terjaga dari kejaran api neraka berkobar-kobar dari kejaran ma k hluk menyera m kan lalu kuditangkapny a aku meront a dalam c engkeramannya aku berteriak s ekuat lang i t -bumi n a mun semuanya sia - sia belaka keringat ketakut a nku membanjir   sud a h tig a mal am mi m pi buruk itu menyiksaku gerangan apakah bak a l terjadi bertany a- tanya seorang diri   aku mulai menghubungkannya antar a satu kejadian y a ng terlewati tapi m a sih seja aku kesulitan   a ku pun meraba -raba diantar a keresahan l a ngkah apa yang harus kucetuskan sementara kecemas a n mulai menghantuiku. Pasong s ongan, 26/08/91   Haruskah Hati Membencimu? penyesalan tak bertepi kusempatkan jua untuk mengajinya barangkali kudapatkan kata pasti yang lebih berarti lagi sebab buk a n maksudku mengunci diri kuingin yang terb a ik tersaji biar segalanya tak berubah benci dan i m pian hari esok bersemi se

Antologi Puisi “Bunga-bunga Kepedihan” (14)

Karya: Yant Kaiy Keh a dira n mu d i Kamar Kecewa berulangkali kukemukakan pada mu hujan kecewaku m engetuk pintu hati perlahan kukuak derita ini sebab g ersang mulai menua menggoresken beraga m biru asmara kutakkan mungkin memaksamu lebih jauh sebelum kau bersedi a menj em put luk a   aku sudah d a pat membacany a m a ksud baikmu pun masih belum cukup terh a dap kemelut yang kau bikin karena ku m asih utuh menyayangimu kal a u saj a tidak mungkin telah kau kuleburkan setidaknya kau mau bercermin kuyakin kau tidak but a hati . Pasongsongan, 22/08/91   Jendela Animo persaing a n yang w a jar memukul hasrat membuncah kus a tukan tekad tetap awas konsentrasiku pun melekat kutinggalkan hiasan duni a sementara y a ng senanti a sa membelenggu dan seringkali membuatku terlupa sa m pai k a pan impian terg a pai begitu hati berbi s ik dikala jiw a mulai sadar, sebab kesempatan sudah membentang.                Pasongsongan

Antologi Puisi “Bunga-bunga Kepedihan” (13)

Karya: Yant Kaiy Mengais Peson a mu masih juga kau bertahan ketika goda kutawarkan kau tundukkan kepala ada rasa bersalah mulai m engutukmu   ampunmu mulai menyambut kehadiranku tak menyangka ak a n semudah ini dalam menaklukkan keangkuha n mu yang berpegang di a ntara kemewahan aku pun tak peduli lagi kendati akan berakhir kecewa lantaran pesonamu menyihirku   hanyut seketik a pad a kobar asmara yang menjerat kebebasanku berkidung. P a songsongan, 20/08/91   Yang Terbagi buat lilis   pun aku masih ragu p a da lukisan kemesr a an menggelantung diantara perjalanan pe nu h mi m pi dan kenyat a an pahit lalu kit a r eguk sepuasnya der a an cemooh mereka sampai di titik jenuh serta terjadi se iring kemarau   apa yang m er a gukan hati kit a masa pe n uh kecamuk ini sepanj a ng jal a n usi a kita menyulam hari lelah diman a kita mulai mel a ngkah dewasa seperti petunjuk orang bijak kita pun bersa m a menghorm

Antologi Puisi “Bunga-bunga Kepedihan” (12)

Karya: Yant Kaiy Kesendirianku pada keheningan yang teduh merenung terny a ta lebih damai ketimbang mengumbar emosi dan pad a kesendirian tertentu terbalut kekecewaan yang bersemi   tiada si a pa -siapa yang menggangg u kecuali desah angin mala m berhalimun membuat semua lebih menentramkan jiwa terluk a ku … Pasongsongan, 19/08/91   Pad a Ger s ang Hati dedaunan luruh ke hatiku mengering g a ring di permukaan bu m i asa h a nya beb a tuan angkuh menemaninya tak dap a t berbuat lebih banyak selain kepasrahan kep a da pancaroba m engant a rku di gerbang impian angin berhembus lirih di kamar sempitku tempat dimana aku berpantun   kusadari perjalanan diri ini melata p ada impian me nggunung . Pasong s ongan, 19/08/91

Antologi Puisi “Bunga-bunga Kepedihan” (11)

Karya: Yant Kaiy Liku Pen a ntian kuhormati segala pengorbananmu mungkin takkan musnah hanya karena selisih perbed a an yang tak terlalu runcing t id ak senantiasa menyakitkan biarlah mengering seiring tawa sebab kita senantiasa bersam a   suka d a n duk a kita jelajahi ad a lah penantian membikin resah tentang dunia kerja y a ng menghasilkan b a nyak duit demi m a sa depan nan cerah   akankah sela m any a kita menanti nasib baik menghampiri kit a ? Pasongsongan, 17/08/91   Secawan Anggur Merah tatkala kau suguhi aku secawan anggur merah kuminum jug a di hadapan m u seperti kurasakan nik m at kecup m u seperti kehangatan peluka n mu melayanglah angan waktu   kali ketiga kureguk tatapanku seketika berubah kau tak ubahny a bidadari kita pun hanyut p a da kecabulan hingg a titik puncak kelelakianku   t a k terbayangkan sebelumnya saat kudil a mbungkanmu di langit biru sejut a kenik m atan mul a i m eru a h

Antologi Puisi “Bunga-bunga Kepedihan” (10)

Karya: Yant Kaiy Jalan Pikiran barangkali terlalu kerdil aku memba c a jalan pikira n mu namun inilah kenyataan se s ungguhnya yan g s eng a ja kupertaruhkan selalu sebab kau sulit mau mengerti diriku kecuali desah napa s mu me n yad a rkanku setelah s ebelumnya kau memohon dari sikap baik y a ng kutaw a rkan kau berge m ing sekali lagi masih kuing a t jelas   mungkin kau jug a takkan melupakannya paling tidak ak a n mengangguk setuju meski hatimu n a nti ternodai. P a songsongan, 15/08/91   Sang Pengecut buat lail i   kurnsa kau ma nus ia terpelajar hatimu bukan terbuat dari batu takkan pern a h membeku pada kedinginan tertentu apalagi kau m as ih normal berpi k ir   entah mengapa kau s pontan kurang ajar menukar air su s u dengan tub a sungguh, d a ku tak banyak berharap dari s egala kebaikan yang kuberik a n tak lebih k a sih terhadap s es a ma kuharap kau bisa memb aca peras aa nku p a ling tidak hanya untuk

Antologi Puisi “Bunga-bunga Kepedihan” (9)

Karya: Yant Kaiy Pancaroba Langit B iru kau le mpar aku di per s impangan jalan ada nyeri meng a lir liar di jantung menyanyikan kidung keni s ta a n aku terpaku menatap lang i t ber s ih tanpa mendung menyelimuti harapan lantaran tak pernah terbayangkan sebelum semua menjadi tai busuk, menjijikkan sebegitu mud a h kau hempaskan d irik u seolah bagai d a lam bara neraka s aja   sulit dimengerti kesetiaanmu secepet kilat berub a h tanpa m emberi kesempatan lagi k au finalk a n kemesraan kita tertutuplah ruang langkahku kini. Pasong s ongan, 13/08/91   Em bun Pag i sekian lama kutak meni k m a tinya kerj a m al a m menumpuk s unyi ternyata lebih mengasyikkan karena aku lebih merdek a merenung diri kendati rasa bo s an menyembelit membikin hujan puncak harapan menu m pahkan kecewa di sehelai kertas disitu semua dapat kukup a s habis   ad a lah duniaku semat a sehingga kuting g alkan sang embun pad a g a ris kerinduan