Langsung ke konten utama

Postingan

Gondomadu Liar dan Gondomadu Klanceng

Gondomadu Klanceng. (Foto: Yant Kaiy) Apoymadura, Bondowoso – Therapy Gondowangi berlokasi di Desa Mengok RT.04/RW.01 Pujer-Bondowoso merupakan sebuah pengobatan alternatif yang menggunakan ramuan natural dipadu dengan pijat refleksi sebagai jalan kesembuhan. Ribuan pasien telah merasakan manfaat dari produk terapi ini. Umumnya pasien yang datang ke tempat praktek Therapy Gondowangi adalah golongan penyakit kelas berat yang sudah berobat kemana-mana, tapi penyakitnya tak kunjung sembuh. Setelah menjalani pengobatan dan perawatan di tempat Therapy Gondowangi berhasil pulih seperti sediakala. Gondomadu Liar. (Foto: Yant Kaiy) “Kami saat ini menyediakan Gondomadu Klanceng. Rasanya agak kecut. Gondomadu Klanceng sangat bagus bagi pengidap penyakit kanker atau tumor. Ada juga Gondomadu Liar, madu asli yang dipanen dari hutan. Kalau berminat langsung pesan di nomer hand-phone 085233790060 juga bisa kalau tidak mau datang langsung,” terang Supriyadi, owner Therapy Gondowangi. Selasa (1/12

Peran Plus Aparatur Desa Pasongsongan

Ahkmad Samhaji sedang membersihkan pinggir  Jalan Lapangan Sawunggaling (Foto: Yant Kaiy) Apoymadura, Sumenep – Lingkungan bersih adalah dambaan segenap warga masyarakat, utamanya orang-orang yang bertempat tinggal di sekitarnya. Perilaku hidup bersih harus dimulai dari diri kita sendiri. Lebih bagus lagi kalau satu kelompok warga secara bersama-sama melakukan kegiatan bersih-bersih itu di tempat tinggalnya. Seperti dilakukan Akhmad Samhaji, Kepala Dusun Pakotan dan para perangkat Desa Pasongsongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep, beberapa hari yang lalu. “Kalau ada waktu luang, saya bersama aparatur desa sering melakukan kegiatan bersih-bersih lingkungan. Kepala Desa Pasongsongan, Ahmad Saleh Harianto tidak pernah membebankan ini pada kami. Ini murni inisiatif sendiri dan tulus adanya,” ucap Akhmad Samhaji ketika secara tidak sengaja apoymadura.com   melintas di jalan Lapangan Sawunggaling Pasongsongan. Ahad (29/11/2020). Dirinya berharap agar kesadaran masyarakat

Tembang Santet (Bagian XIl)

  Cerpen: Yant Kaiy Rasanya saya mau mati saja apabila tak ingat akan dosa. Tapi, istri serta anak saya satu-satunya akan selalu menunggu kehadiran saya. Bagaimana nanti nasibnya kalau saya tiada? Apalagi orang-orang di desa ini banyak yang tidak menyukai kehadiran saya lagi. "Sekian dulu ya, Mas! Dari isterimu yang selalu kangen!” Begitulah istri saya mengakhiri oretannya di atas kertas putih yang sudah lusuh. Ya Allah, mengapa rindu ini harus terpendam lagi? *** Adzan isya telah berkumandang lewat pengeras suara di masjid-masjid. Serasa jiwa dan raga ini terpanggil buat shalat berjamaah di masjid tempat saya ketika masih belum dipenjara. Mungkin di sana akan dapat saya temukan penyejuk hati di tengah gundah, rindu, waswas, kecewa menyelimuti sukma. Insya Allah di sana akan saya dapatkan kedamaian tak berpantai. Saya tumpahkan beribu-ribu penyesalan di pundak yang kian sarat saja. Karena saya yakin Sang Khalik akan mendengar keluh-kesah hamba-Nya. Apalagi saat ini s

Tembang Santet (Bagian Xl)

  Cerpen: Yant Kaiy   "Teruntuk suami yang saya cintai," begitulah istri saya mengawali kata-katanya pada lembaran surat itu. "Semenjak Mas meninggalkan kami, saya selalu mendapat tamparan celaan serta hinaan yang bertubi-tubi datangnya setiap hari. Saya tak mampu membendung rasa malu yang datangnya setiap detik itu, Mas!" Saya mencoba membayangkan raut wajah istri dan anak yang telah lama terpisah. Wajah-wajah yang senantiasa memompa semangat saya untuk terus hidup dan tak berputus asa sebelum maut menjemput rasa. Ingin rasanya saya memeluk tubuh mereka berdua andai ada di depan mata. "Secara terpaksa pula, akhirnya saya jual gubuk kita. Di tengah-tengah kekalutan itu, saya dan anak kita satu-satunya, dengan niat mencari ketenangan hidup, akhirnya saya bertransmigrasi ke Sulawesi. Saya berharap Mas mau mengerti akan orang tua kita. Mereka yang saya, jadikan tempat berlindung malah tidak mengakui kita sebagai anaknya. Bahkan lebih menyakitkan, merek

Tembang Santet (Bagian X)

  Cerpen: Yant Kaiy "Apakah benar Bapak yang bernama Pak Andi?" tanya perempuan setengah baya itu. Ia mempersilakan duduk. Saya merasa kikuk, bimbang, ragu, kecewa berbaur sedih menjalar seluruh pori-pori tubuh ini. "Betul, sayalah orangnya!" Anak perempuannya keluar dengan membawakan segelas minuman. Lalu mereka mempersilakan saya minum. "Sebelumnya jangan terkejut, Pak Andi. Sebenarnya rumah ini telah dijual oleh Bu Andi," paparnya datar dengan sikap penuh perhatian. "Betulkah itu? Lantas kemanakah istri dan anak saya?" pertanyaan saya memburu jawaban dari wanita setengah baya itu. "Benar! Sekarang istri dan anak Bapak berada di Sulawesi. Ikut transmigrasi. Tepatnya, setahun setelah Bapak dipenjara." "Oh," gumam hati kecil yang meluncur tanpa dikomando lewat mulut. Berdesis! Hampir tak terdengar di daun telinga. "Sepuluh tahun yang lalu istri Bapak menulis surat ini. Istri Bapak mewanti-wanti untuk men