Langsung ke konten utama

Postingan

Mencermati Orang Miskin pada BLT

Opini: Yant Kaiy Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Sumenep, Moh. Ramli menginstruksikan kepada semua Kepala Desa di lingkungannya agar Dana Desa dimanfaatkan ‘sebagian’ untuk meringankan himpitan hidup warga miskin. Kriteria penerima bantuan BLT Dana Desa yaitu mantan buruh pabrik yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), pelaku Unit Kauangan Mikro (UKM), buruh harian, buruh tani, kuli, ojek pangkalan/online, sopir angkot, tukang becak, nelayan dan pedagang kaki lima. Presiden RI, Joko Widodo juga mengingatkan kepada semua pihak untuk berlaku adil dan transparan dalam penyaluran BLT DD yang besarnya Rp 600 ribu per Kepala Keluarga (KK). Sebagian besar Kepala Desa yang ada di Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep sudah siap dalam hal penyaluran bantuan tunai tersebut. Namun prosentase dari Dana Desa yang diperoleh setiap Kades tidak bisa mengakomodir semua warga masyarakatnya. Inilah yang menyebabkan lambannya penyaluran BLT. Masing-masing

Lika-Liku Jalan Hidup Ibarat Sebuah Lukisan

Opini: Akhmad Jasimul Ahyak Bagiku hidup itu adalah untaian sebuah cerita perjalanan untuk melangkah sampai ke tempat yang kita tuju. Dan kalau kita kaji bahwa hidup sangat bermakna karena perjalanan hidup manusia di awali dari lahirnya seorang bayi yang lahir ke dunia, dan lambat laun akan tumbuh menjadi seorang mnusia yang tentu mempunyai kepribadian yang ia miliki. Untuk menuju kehidupan yang lebih baik maka kita harus bisa menentukan pilihan karena perjalan hidup ini tentunya penuh dengan lika liku baik dan buruk, sebab kehidupan merupakan hal yang abstrak artinya tidak bisa di tebak apakah nantinya ketemu dengan kesuksesan atau kegagalan. Sebagai contoh pada diri saya sendiri. Saya adalah seorang seniman yang menggeluti di bidang sastra dan melukis. Perjalanan hidup di ibaratkan saya membias sebuah lukisan dalam keseharian di atas kanvas tanpa adanya warna dasar, tapi saya bahagia sebab kanvas itu tentunya akan di warnai dengan tinta warna-warni pelangi yang saya s

Gonjang-ganjing BLT

Opini: Yant Kaiy Pandemi Covid-19 memporak-porandakan sendi kehidupan manusia di seantero dunia. Akibat virus laknat ini telah memberangus kedamaian umat, orang-orang menjadi begitu panik dan khawatir lantaran takut tertular. Dari detik ke menit korban berjatuhan tanpa ampun. Segala upaya telah dikerahkan oleh banyak pihak dalam membasmi virus bedebah ini dengan melakukan penyemprotan disinfektan, penggunaan masker, stay at home, jaga jarak (psysical distancing), penggunaan hand sanitezer, menghindar dari tempat keramaian. Namun hingga hari ini masih belum ada tanda-tanda virus corona berhenti mengancam jiwa manusia. Virus yang berasal dari Wuhan Cina ini tetap menjadi momok menakutkan. Perusahaan besar banyak memberhentikan karyawannya, hotel dan tempat wisata tutup sampai batas yang belum ditentukan. Swalayan dan dunia hiburan serta gelanggang olah raga juga menghentikan seluruh aktivitasnya. Demikian pula pondok pesantren dan lembaga pendidikan diliburkan. Orang-orang menj

Selentingan Dibalik Covid-19

Opini: Yant Kaiy Dampak virus corona bagi kehidupan manusia begitu mengerikan. Disamping tidak terhitung manusia yang terbunuh, banyak pula diantara mereka yang frustrasi, panik, depresi, ketakutan, bahkan ada yang tak punya harapan karena harus berpisah dengan orang-orang tercinta. Roda bisnis stagnan total, pemutusan hubungan kerja tanpa pesangon bukanlah cerita baru lagi, terjadi di setiap negara. Terbayang sebelumnya sebuah perang antar negara menggunakan senjata biologis, membunuh semua makhluk hidup, yang selamat hanya segelintir orang lantaran bersembunyi di bunker (rumah bawah tanah) yang sengaja dibuat dalam menangkis rudal kimia. Tapi mereka akhirnya bingung juga, karena planet bumi jadi kosong, rata bagai padang tandus. Terbayang juga di pelupuk mata, mereka yang keluar dari bunker tak menemukan bahan makanan. Semua tak tersisa akibat cairan buatan untuk saling memusnahkan satu dengan yang lain. Yang bisa dimakan adalah ikan yang habitatnya di dasar laut. Tapi

Irama Gelisah

Opini: Yant Kaiy Banyak waktu yang dihabiskan untuk menuliskan sesuatu yang berarti supaya orang lain dapat memahami isi tulisan yang saya buat. Apalagi ketika mood tidak muncul. Seringkali saya mesti refreshing ke tempat-tempat yang membuat suasana hati jadi rileks. Kendati begitu kadang tidak mempan, suasana hati itu tidak tetap berada di jalur gelisah tak bertepi. Lebih-lebih jika ada permasalahan keluarga, kalau dipaksakan menulis akan tambah kacau dan amburadul. Kalaupun bisa tapi kualitas tulisan menjadi kurang baik dan kurang berkesan bagi pembacanya. Maka saya lebih senang tidak bekerja sama dengan media online milik orang lain. Tidak dikejar waktu. Bebas mencurahkan karya tulis dalam bentuk apa pun. Tidak ada kriteria spesifik yang memberatkan penulis. Cukup bagi saya menelorkan karya tulis ke apoymadura.com saja , media online yang saya gawangi sendiri. Tapi akhir-akhir ini saya gelisah karena tuntutan hidup yang kian meningkat seiring anak-anak butuh bia