Langsung ke konten utama

Gonjang-ganjing BLT


Opini: Yant Kaiy
Pandemi Covid-19 memporak-porandakan sendi kehidupan manusia di seantero dunia. Akibat virus laknat ini telah memberangus kedamaian umat, orang-orang menjadi begitu panik dan khawatir lantaran takut tertular. Dari detik ke menit korban berjatuhan tanpa ampun.

Segala upaya telah dikerahkan oleh banyak pihak dalam membasmi virus bedebah ini dengan melakukan penyemprotan disinfektan, penggunaan masker, stay at home, jaga jarak (psysical distancing), penggunaan hand sanitezer, menghindar dari tempat keramaian. Namun hingga hari ini masih belum ada tanda-tanda virus corona berhenti mengancam jiwa manusia. Virus yang berasal dari Wuhan Cina ini tetap menjadi momok menakutkan.

Perusahaan besar banyak memberhentikan karyawannya, hotel dan tempat wisata tutup sampai batas yang belum ditentukan. Swalayan dan dunia hiburan serta gelanggang olah raga juga menghentikan seluruh aktivitasnya. Demikian pula pondok pesantren dan lembaga pendidikan diliburkan. Orang-orang menjadi miskin karena virus terkutuk ini.

Kini presiden RI akan mengucurkan BLT dalam membantu rakyat miskin selama tiga bulan dari April hingga Juni. Ini tentu sangat menggembirakan banyak pihak terutama warga yang benar-benar miskin. Ketentuannya bukan warga penerima bantuan PKH, tidak memperoleh Kartu Sembako, dan Kartu Prakerja.

Guru Honorer
Sebenarnya masih ada satu terlupa dari Presiden RI, yakni guru sukwan yang keberadaannya dipandang sebelah mata selama ini. Guru sukwan yang hanya mendapat imbalan Rp 10.000,- per sekali mengajar selama bertahun-tahun mengabdi mencerdaskan anak bangsa luput dari perhatiannya.

Selama ini guru sukwan kelimpungan dan gigit jari karena kurangnya atensi dinas terkait memperhatikan kesejahteraan mereka. Mereka kalau dari penampilan seperti tidak miskin karena setiap mengajar pakai busana necis dan sepatu. Bisa dibayangkan bagaimana menderitanya mereka setelah sekolah tempatnya mengajar tidak beroperasi.

Otomatis mereka menjadi benar-benar miskin karena tidak mendapat honorarium dari sekolah. Pandangan orang awam, guru sukwan lebih mudah mendapatkan bantuan karena sangat dekat kaum birokrasi. Faktanya tidak begitu.

Orang lain mendapat bantuan ini-itu, guru sukwan medapat tugas begini-begitu. Mari membuka hati terhadap guru sukwan, jangan membuka mata saja karena terkadang fatamorgana.[]

Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p