Langsung ke konten utama

Postingan

Hari-hari Kematian di Pasongsongan

Catatan: Yant Kaiy Awal Juni 2021 saat ini, di Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep setiap hari selalu ada orang meninggal dunia. Pengeras suara dibeberapa masjid acapkali menyiarkan pengumuman kematian. Diawali kalimat “innalillahi wainnailaihi rojiun” yang diteruskan penyebutan nama dan tempat tinggalnya.   Masyarakat pun terus berdamai menghadiri acara pemakaman dan tahlil di rumah duka. Tradisi Islami tersebut begitu terawat baik. Mereka meluangkan waktu sebagai tanda penghormatan terakhir bagi si mayat.   Beberapa tokoh berpengaruh setempat menilai, bahwa hari-hari kematian di wilayah Pasongsongan dilatarbelakangi oleh perubahan ekstrem suhu udara. Memang di daerah penghasil ‘petis pancitan’ ini dan sekitarnya seringkali turun hujan. Jika siang kadang panas menyengat dan pada malam hari suasana amat dingin. Otomatis kondisi tubuh seseorang yang tidak prima mudah terserang penyakit.   Plus mental masyarakat belakangan ini rawan down, ketar-ketir akan seran

Antologi Puisi Fragmen Nasib (30)

Karya: Yant Kaiy L autan Pui s i tiap detak jantung mengalir pui s i menu m puk diantara kian tersik s anya raga keberada a n diri s erba pas - pasan berbunga duka se kerat derita bermandikan air mata darah   sampanku diombang-ambingkan puisi menghalau tenggelam kosa kata s epotong rembulan menghias langit mengkristal di lautan angan layar pun mengumpulkan angin dingin mendorong bahtera riak mimpi memainkan bendera di atas tiang ikan - ikanku adalah lukisan nelayan ulung entah akan menepi dimana diri ini nanti atau esok masih belum pasti ?   aku terus terbuai angin melelapkan impian b e rbantalkan keteguhan, ketabahan, kesabaran … dan entah apa lagi bintang bertaburan merupakan kisah seniman tertelan mega - mega penghabus panorama ket id akmengertianku lahir dar i hak i kat ikhtiar berteriak tanpa suara, jauh dari kebisingan   di sinikah aku akan menyele s aikan , bidang penderitaan selamanya? hi dup terasing, terlupa, tersi

Antologi Puisi Fragmen Nasib (29)

Karya: Yant Kaiy Senja Teduh keperkasaan senja ditunjukkannya padaku di ufuk barat menjingga nasibku seorang diri menggantung tanpa selera, resahlah… berbaring tanpa kemampuan menantang kodrat membuiku serentang kebebasan bernyanyi riang   keramahan senja serta kelembutannya mengingatkanku pada masa kanak-kanak yang dipikirkan makan setelah bermain tak pernah terbayangkan masa depan gemilang lepas bebas melayang dengan satu arah   mengembara sesuka raga diantara tawa sampai senja merebahkan tubuhku bergelimangkan keletihan menggempur segala penjuru nostalgia masa lalu menggeliat di perjalananku merenda mimpi jadi kaya, damba tiap insan apa memang begitu semua hidup manusia kini?   kududukkan segala perkara merawat keping senja di bumiku kepasrahan menggalau seketika itu mencambuki amarah lepas dari kandangnya langkah tertatih kuteruskan juga acapkali membeku kepastianku   ada bias-bias kebanggaan ternatal merdeka bersinar tera

Tanggapan Wakil Rektor INSTIKA Atas Keterlambatan Ijazah

Dr. Damanhuri, M.Ag, Wakil Rektor (WR) 1 INSTIKA. (Foto: Yant Kaiy) Sumenep – Salah satu Perguruan Tinggi Swasta terkemuka di Kota Keris Sumenep, yaitu INSTIKA (Institut Ilmu Keislaman Annuqayah) Guluk-Guluk Sumenep, untuk tahun ini penerbitan ijazah bagi para mahasiswanya mengalami keterlambatan. Hal ini erat kaitannya dengan situasi pandemi Covid-19.   “Biasanya ijazah keluar beberapa bulan setelah mahasiswa diwisuda. Tapi tahun ini sedikit ada keterlambatan. Kita tahu bersama, sekarang dalam situasi pandemi Covid-19. Kami telah berusaha semaksimal mungkin supaya para mahasiswa bisa segera mendapatkan ijazah,” terang Wakil Rektor (WR) 1 INSTIKA, Dr. Damanhuri, M.Ag. Kamis (8/7/2021).   Selain dari Rektor dan Dekan INSTIKA, proses pengesahan ijazah itu ditandangani juga oleh Koordinator Kopertais Wilayah IV Surabaya. Ini penting untuk diketahui oleh semua pihak.   “Kami kemarin secara khusus bertatap muka secara langsung dengan salah seorang mahasiswi bernama Sundari dar

Antologi Puisi Fragmen Nasib (28)

Karya: Yant Kaiy Tak Rela seringkali kutertipu oleh beragam buaian tidurku pun dibuat tak nyenyak karenanya kadang merasa bersalah mengiringi detak jantung kubangkitkan protes menjejali keyakinan banyak mata kejeraannyalah yang kuharapakan selama ini, lain tidak lantaran dendamku masih berkecamuk tak mau padam   amarah meletup-letup ingin cepat hempaskan segala menyiksa sekujur atma tanpa ampun tanpa celah kesabaran menjelma menenggelamkan harga diri   kutengadahkan wajah atas segala khilaf terpapar terik menghujam pori kususun segala sengketa, lepaslah aib merajalela saling bunuh asa sesama bias keangkaramurkaan kita atau potret kesewenang-wenangan menghias suasana liku hidup   kemudian, perutnya yang buncít jadikan iklan di media massa atau mulutnya seperti harimau dipakainya jadi senjata rayu ketakikhlasanku begitu menggunung kefrustasianku membara hak asasiku seolah lenyap tertelan ombak politik nista nafsunya membaj

Antologi Puisi Fragmen Nasib (27)

Karya: Yant Kaiy Angin Cinta kulabuhkan segala pandangan mengukir pantai sesekali angin menjelma dalam ilusi cinta tersisa diterpa mentarí hiaskan langit berjuta burung pemangsa ikan riuh terbang rendah menyentuh laut ombak menghamburkan buih lamunanku mengkristal lazuardi mengiringi asmara menghijau kalbu berbunga-bunga tanpa himpitan lara   seorang dara menghibur diriku seakan tak ada keresahan tersembul dukanya terpolesi bedak memikat hati anak adam ingin menerkam bulat-bulat pandangannya seketika kubulatkan tekad tertatih langkah menuju rimbun impian bertaburan cinta hadir terkulai   berbicara setinggi langit tanpa horison angan-angan kesemuan semata dari gerak tubuhnya isyarat sandiwara anak manusia abad ini tak mustahil mereka bersaing mengeruknya hanya sepotong kepuasan jadi tujuan kebusukannya sungguh menyakitkan hati kutak suka asmara dara itu   biarlah kesendirianku tetaplah abadi meski topan mengancam sejuta rayu

Antologi Puisi Fragmen Nasib (26)

Karya: Yant Kaiy Mata Wanita mata itu menikamku dalam tak mampu diri menepisnya meski hasratku senantiasa bergejolak cengeng rasanya tunduk tanpa syarat   bagi banyak teman itu kesempatan aku disimbolkan sebagai lelaki banci tak berani mengambil mawar berduri apalagi menguraikan kalimat manis seolah tumpul segala pisau cinta   perbuatan tabu teman sekolah walau keping rindu acapkali meruah luruh semua mimpi di taman hatiku hanya dedaunan bersemi menghíburku   aku bersyukur diciptakan Tuhan begini jadi manusia serba penakut dosa kuakui karunia terindah ini   memang, cinta terpendam membara di sekujur raga kadang ada berjuta penyesalan tak ternilai kutak sanggup menahan luapan asmara namun bagaimana kumenuangkannya terlalu bodoh, sumpahku seringkali terlontar rasa minder tak berkesudahan   aku jadi pemurung ditengah pergaulan sekali lagi bola mata itu menelanjangiku seolah ia ingin menyelami dasar hatiku paling dalam