Langsung ke konten utama

Postingan

Senandung Cinta

Pentigraf: Yant Kaiy Aku membenci karena sikapnya. Suka meremehkan arti sebuah persahabatan. Walau aku sendiri tak banyak berharap lebih darinya. Toh,   diantara aku dan dia masih belum ada tambang pengikat cinta sepenuh angan. Sebagai seorang dara, masih panjang waktuku menyulam impian tentang lelaki idaman. Fokusku tetap pada perkuliahan. Prinsip tak bergantung terhadap siapa pun terus melecut asaku, menghampar pada kesibukan sebagai karyawati minimarket. Mambagi waktu dengannya tentu bertambah berat beban kupikul. Tapi aku tak munafik, bahwa aku tetap butuh cinta. Anugerah terindah dari Sang Pencipta, yakni merajut rindu bersama pujaan hati. Entah sampai kapan cinta itu berlabuh.[] Pasongsongan, 1/4/2021

Berenang ke Tepian

Pentigraf: Yant Kaiy Mengarungi laut derita menurut banyak teman, tak membuat hati pesimis mengharap karunia Tuhan. Air mata pasti berhenti mengalir. Kehidupan selalu berubah. Seperti perubahan suamiku. Mulai dari sikapnya, mau menang sendiri. Kadang acuh tak acuh tatkala aku butuh bantuannya. Menyelesaikan pekerjaan rumah yang tersisa. Mulai kukorek kesalahan diri. Tak ada menurutku. Hati terus berdebat, mengungkap pernik dosa padanya. Baru kutemukan titik terang tatkala aku memeluknya dari belakang. “Cinta saling membutuhkan satu sama lain. Kau tidak. Kau hanya bersembunyi diantara tumpukan lelah dan lelah. Tak pernah kau kau memikirkan kebutuhanku. Sedangkan keinginanmu harus kululuskan. Kau hanya meminta hakmu, kewajibanmu menguap. Hilang tak berbekas. Tak mungkin lagi aku mengajarkan cinta padamu,” kicaunya tak berbatas pengertian lagi.[] Pasongsongan, 1/4/2021

Wajah Islam Indonesia

Catatan: Yant Kaiy Sejujurnya, saya bukanlah ahli politik. Juga bukan pakar pemerintahan. Tidak pula dari golongan keluarga terpelajar. Diri ini juga bukanlah alim ulama. Bukan tokoh masyarakat yang mempunyai banyak pengikut, tidak pula punya nama besar dan membanggakan bagi keluarga kecil saya. Terus terang, saya dari keluarga sederhana dengan penghasilan tidak menentu. Serba pas-pasan. Pendidikan terakhir hanya SMA di sebuah kecamatan terpencil. Keahlian hanya bisa menulis sastra: Puisi, novel, cerpen, buku cerita anak, atau artikel. Saat ini saya mengelola website apoymadura.com. Tidak ada sponsor yang mau memberikan dana sebagai ganti pulsa. Mungkin tulisan-tulisan saya tidak bagus. Hehehe… Kendati demikian, saya tetap bersyukur karena Allah SWT telah menganugerahi kemampuan menulis. Belakangan ini saya amat tergelitik dengan pudarnya cahaya Islam di tanah air. Terlihat tidak ada semacam kebanggaan dari umat muslim itu sendiri, lantaran orang-orang yang dipercaya mengemba

Warna Baru Lesbumi Pasongsongan

Akhmad Jasimul Ahyak, Ketua Lesbumi MWC NU Pasongsongan. (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy Lesbumi (Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia) merupakan bagian terpenting dari Nahdlatul Ulama. Keberadaanya sudah teruji waktu dan tidak diragukan lagi dalam menggali potensi seni tradisi nusantara. Sehingga seni tradisi itu hidup dan terus berkembang seiring waktu. Dari dulu hingga kini, Lesbumi merupakan sebuah wadah yang tidak alergi terhadap seni budaya bernuansa kearifan lokal, senyampang muatannya tidak bertentangan dengan syariat Islam itu sendiri. Bahkan Lesbumi mampu mewarnai begitu kuat terhadap seni tradisi di berbagai pelosok bumi nusantara. Secara tidak langsung, masuknya Lesbumi terhadap komunitas-komunitas seni di daerah setempat akan mampu mengeliminasi unsur-unsur negatif berbau maksiat. Suka tidak suka, dakwah lewat seni budaya ternyata lebih efektif membendung atau menghalau budaya luar yang acapkali berseberangan dengan falsafah hidup masyarakat di daerah setempat

Launching Majelis Zikir dan Shalawat Lesbumi MWC NU Pasongsongan

Pementasan Majelis Zikir dan Shalawat Al-Mahabbah Lesbumi MWC NU Pasongsongan. (Foto: Yant Kaiy) Sumenep - Selain perkumpulan Macapat yang merupakan warisan seni budaya lokal Madura yang sudah dimiliki, kini Lesbumi MWC NU Pasongsongan Kabupaten Sumenep mempunyai Majelis Zikir dan Shalawat Al-Mahabbah. Ini merupakan sebuah komitmen dari Ketua Lesbumi Pasongsongan untuk terus menggali potensi seni budaya yang ada di wilayah Kecamatan Pasongsongan. "Pementasan Majelis Zikir dan Shalawat ini sengaja diletakkan di Desa Panaongan karena Kantor MWC NU Pasongsongan ada di desa ini. Minggu depan kita akan menggelarnya di Pelabuhan Pasongsongan. Waktunya malam hari. Insya Allah akan lebih meriah. Saya harapkan kepada kaum nahdliyin di Desa Pasongsongan supaya hadir menyemarakkannya," harap Akhmad Jasimul Ahyak di tengah-tengah menghadiri pelaksanaan Majelis Zikir dan Shalawat. Bertempat di halaman Lembaga Pendidikan Islam Al-Furqon Dusun Benteng Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan K