Langsung ke konten utama

Postingan

Miris, Pagar SMPN 1 Pasongsongan

Catatan: Yant Kaiy Bangga jadi alumni 1988 SMPN 1 Pasongsongan Kabupaten Sumenep walau beberapa hari yang lalu saya dapat pertanyaan menyedihkan dari Riza Pahlevi, direktur PT Panin Infrastruktur Mediakom. “Awal berdiri SMPN 1 Pasongsongan sekitar 37 tahun yang lalu, lengkap dengan pagar besi. Tapi mulai beberapa tahun belakangan ini, pagar besi sisi barat sudah tidak ada, hanya tinggal sebelah timur. Ini menjadi keprihatinan kita semua. Seharusnya pihak terkait peduli, tidak sekadar prihatin. Mengupayakan semaksimal mungkin agar ada pagar,” terang Riza Pahlevi di kantornya, kawasan Jalan Basuki Rahmad Sumenep. Senin (15/2/2021). Ia menambahkan dengan raut wajah serius, bahwa pagar sekolah itu penting, mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Keprihatinan itu wajar lantaran dirinya juga alumni SMPN 1 Pasongsongan.[]

Kepercayaan

Pentigraf: Yant Kaiy Sukar sekali aku bisa menundukkan keputusannya untuk bisa bersanding dengan keinginanku. Tapi kebersamaan kami terus terjalin walau ada beda pandangan tentang arah politik dan arah hidup. Aku tak pernah sekalipun mempengaruhinya. Toh, tidak ada untungnya bagi karierku selama ini. Lantaran risiko dari pilihan hidup itu pasti ada. Semua berlaku hukum alam demikian. Yang makan dia, tentu bukan aku yang kenyang. Prinsip instan tersebut terus aku pegang supaya marwah diri tetap bersinar terang. Begitu pula membangun kepercayaan orang lain. Sudah banyak cermin yang bisa dipakai agar tidak tersesat jalan.[]

Kenapa Madura Sulit Jadi Provinsi

Catatan: Yant Kaiy Pulau Madura terkenal dengan sebutan Pulau Garam. Ada empat kabupaten di pulau ini: Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Sudah berpuluh-puluh tahun warga masyarakat di pulau yang mayoritas penduduknya muslim menghendaki menjadi provinsi tersendiri, “bercerai” dengan provinsi Jawa Timur. Tapi entah kenapa keinginan kuat tersebut senantiasa gagal. Beraneka opini pro-kontra mengemuka manakala seorang tokoh publik mengetengahkan wacana mau “talak” dari Pulau Jawa. Hingar-bingar tersebut bagai embun pagi. Timbul-tenggelam. Awalnya saja berapi-api, namun pada ujungnya terbentur pada aturan main; kalau syarat menjadi provinsi harus begini dan begitu. Masyarakat luas jadi bertanya-tanya, kenapa cita-cita mulia dari penghuni pulau tanpa gunung ini selalu kandas? Terlepas dari kepentingan politik dan kekuasaan, selama ini orang-orang di Pulau Madura merasa kalau pembangunan proyek fisik cukup lamban ketimbang di Pulau Jawa. Baik itu proyek fisik dari pembangunan

Kustomisasi Macapat Tempo Dulu di Pasongsongan

Ahmad Tohari (kiri) bersama Ketua Lesbumi NU Pasongsongan. (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy Menarik benang merah sejarah pementasan kesenian Macapat masa lalu, semua tidak terlepas dari kustomisasi dari individu seniman itu sendiri. Dan itu telah menjadi pakem dalam setiapkali pagelaran kesenian Macapat. Menurut cerita dari Ketua Perkumpulan Macapat Lesbumi NU Pasongsongan Kabupaten Sumenep, Ahmad Tohari kepada saya, bahwa setiap seniman Macapat ketika sudah duduk bersila maka seolah ada pantangan untuk merubah posisi. Kecuali ada halangan mau ke kamar kecil. Bahkan soal busana yang dikenakan pada umumnya berlengan panjang, seperti jas atau batik. Selasa (16/2/2021). Masih menurut Ahmad Tohari, penampilan dari individu seniman Macapat sangat menjunjung adab moral. Dari sini pula ada nilai pendidikan karakter dalam adat ketimuran. Sisi sosial lainnya terkandung nilai saling memberi teladan terhadap yang lebih muda, bahwa hidup tidak hanya mencari makan dan kerja semata.[]

Launching Macapat Lesbumi NU Pasongsongan

Akhmad Jasimul Ahyak (kanan) adalah Ketua Lesbumi NU Pasongsongan. (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy Macapat sebuah kesenian bertutur/bercerita yang ditembangkan. Biasanya satu orang berkidung dan satu lagi memaknainya dengan bahasa Madura. Kesenian ini sudah lama jarang terdengar. Boleh juga kesenian Macapat ini keberadaannya sudah mulai punah. Atas dasar keprihatinan inilah, tadi malam (Senin,15/2/2021), MWC NU Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep melaunching Perkumpulan Macapat Lesbumi NU Pasongsongan. Bertempat di Kantor Sekretariat MWC NU Pasongsongan, Jalan Kiai Abubakar Sidik Desa Panaongan, sebagian besar pengurus MWC NU hadir memberikan masukan dan usulan. Minggu depan, Ketua Lesbumi NU Pasongsongan, Akhmad Jasimul Ahyak akan mengambil giliran pertama dimulainya perkumpulan ini. Ketua MWC NU Pasongsongan, Ahmad Riyadi menyambut baik akan digelarnya kesenian Macapat tersebut. Ia punya atensi besar kalau eksistensi kesenian ini bisa kembali hadir di tengah-tenga

Tentang Tembang Macapat

Catatan: Yant Kaiy Macapat atau orang di kawasan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep bilang Mamaca adalah kesenian bertutur yang ditembangkan. Kesenian ini sudah ada sejak jaman dahulu. Ketika saya masih kecil (era 80-an), kesenian Macapat setiap minggu selalu terdengar lewat loudspeaker (pengeras suara). Pada saat itu di setiap desa pasti ada satu bahkan lebih perkumpulan Macapat. Biasanya pelaksanaan perkumpulan Macapat bergilir dari rumah ke rumah para anggotanya. Kini perkumpulan Macapat di Desa Pasongsongan dan sekitarnya sudah tidak ada. Sedangkan kaum muda tidak ada yang mau belajar tembang Macapat. Ini menjadi keprihatinan kita semua. Hilangnya kebudayaan peninggalan para leluhur.[]

Beruntung Banyak Anak

Pentigraf: Yant Kaiy Ayahku seorang guru di SD Negeri. Aku bungsu dari tujuh bersaudara. Kehidupan masa kecil kami amat getir. Gaji Ayah tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari kami. Terpaksa Ibu berjualan gorengan keliling kampung. Kami anak-anaknya membantu apa saja yang bisa diperbuat. Ketika aku lulus SMP, ayah dipanggil Tuhan lebih dulu. Bertambah beratlah kehidupan kami. Terus terang, kami kasihan terhadap Ibu karena harus lebih keras lagi berjuang. Aku paling sering mengutuki Ayah karena mempunyai banyak anak. Tidak memikirkan masa depan kami. Andai hanya dua bersaudara, tentu ceritanya berbeda. Ya, andai saja… Tapi ketika Ibu sakit parah, mendekati ajal. Saya merasa beruntung mempunyai banyak saudara. Keenam kakakku bergantian menjaga dan merawat Ibu.[] Pasongsongan, 14/2/2021