Langsung ke konten utama

Postingan

Biografi Hairul Anwar Masa Kecil (Bagian 2 dari 8 Tulisan)

Hairul Anwar, owner Goa Soekarno Pasongsongan-Sumenep Catatan: Yant Kaiy Hairul Anwar lahir pada, 18 Agustus 1980, di Dusun Benteng Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Ia menjalani masa kecilnya seperti anak-anak lazimnya. Ia dari keluarga yang biasa-biasa saja dalam hal perekonomian. Anak bungsu dari tiga bersaudara berdarah Madura, Arab dan Cina ini memiliki kecerdasan lumayan baik, terbukti ia selalu masuk tiga besar sebagai murid terbaik di sekolahnya. Ia cukup menonjol dalam hal kecerdasannya. Lingkungan pesisir tempat tinggal Hairul Anwar telah memupuk jiwanya menjadi anak bermental baja, pantang menyerah dalam banyak hal. Lingkungan nelayan padat penduduk tempat tinggalnya mengajarkan banyak hal tentang arti perjuangan hidup yang sesungguhnya. Tidak cengeng karena satu wujud rintangan menghantui pikirannya. Tidak surut meski tantangan menghadang di hadapannya. Baginya tantangan harus ditaklukkan jika sukses menjadi cita-citanya. Ia teringat

Pembelajaran Agama pada Murid SD

Opini: Yant Kaiy Di akun sosial yang saya miliki akhir-akhir ini dijejali oleh foto dan teks tentang keluh-kesah para wali murid. Kebetulan anak saya kelas 4 di SDN Pasongsongan V Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Saya dan mereka selalu menanyakan kapan akan dimulainya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Para wali murid ada yang khawatir kalau dampak Covid-19 bisa merubah karakter mental anaknya. Walau para guru menerapkan pembelajaran daring, namun tetap itu tak membuat tenang kami sebagai wali murid. Sebab tentu berbeda belajar daring dengan belajar berhadapan langsung sama gurunya. Belajar secara langsung melahirkan kesan mendalam lewat sentuhan rasa kebersamaan sehingga tercipta nuansa kemanusiaan yang menumbuhkan jalinan psikologis antara guru dan murid. Beruntunglah anak kami masih bisa belajar mengaji secara langsung pada ustadznya. Saya tidak bisa membayangkan kalau musholla tempat anak saya mengaji ditutup juga. Kami berkeyakinan bahwa pendidik

Pelaku Wisata di Sumenep Mengajukan Protes

Goa Soekarno Pasongsongan Sumenep Opini: Yant Kaiy Pandemi Covid-19 menjadi babak baru “pelemahan” sebagian para pengusaha di Sumenep, terutama di sektor pariwisata. Karena total destinasi wisata di Kota Keris ini menghentikan aktivitasnya. Otomatis karyawan tempat wisata dirumahkan dan menjadi orang miskin baru. Sungguh miris memang, tapi itulah realita yang terjadi. Para pengusaha pariwisata ternyata agak keberatan dengan pemberlakuan kebijakan ini. Nyatanya pusat-pusat perbelanjaan modern, kafe dan pabrik rokok nasional  masih saja terus beroperasi. Pasar tempat berkumpulnya orang dari berbagai pelosok juga dibiarkan beraktivitas seperti biasanya. Suasana tidak “adil” ini menyebabkan para pelaku usaha wisata di Sumenep yang tergabung dalam “Paguyuban Pelaku Usaha Pariwisata Sumenep” melayangkan nota keberatan kepada pemerintah, dalam hal ini Pemda Sumenep. Berikut petikan lengkap nota keberatan itu: Press Rilis “Paguyuban Pelaku Usaha Pariwisata Sumenep”

Puisi: Akhmad Jasimul Ahyak

Dialog Laut Pasang Pada laut, Terangkai pulau jejak Dari hati ke hati Di sana memekik senja yang bersemedi, Dalam lintasan semesta Ombak pun berteriak berpesta-pora kata Terombang-ambing di pelataran laut menjingga Pada laut, Mataku bicara, tentang syair yang menenggelamkan kata Sedang kalimat menciumi aksara di bibir pantai, Karena tidak ada lagi pelukan para si nelayan Yang kini lidahnya terpasung lautan pasang Di sini pantai menyendiri Berselendangkan syair di pucuk pasir Yang lagi menggigil . 2020 Tangis Siul Sang Betina Aku menjalar di setiap sudut jalan gelap Gemuruh langit pun meregang Mengikuti ke mana laju kakiku melangkah Sedikit ada rasa yang menakutkan Karena hujan... Sebentar lagi datang Tiba-tiba Hujan pun membasahi tubuhku Aku gemetar... Takut oleh getaran kilat menyambar Laksana blitz kamera menyinari wajahku Aku keburu mencari keteduhan Menuju rumah lokasi gang buntu Suar

Pasongsongan Miliki Tempat Wisata Potensial

Mohammad Ali Al Humaidy (kanan) bersama Yant Kaiy dari apoymadura.com. Apoy Madura, Sumenep – Wilayah Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura yang terkenal dengan penganan “petis pancitan” mempunyai tiga destinasi wisata yang berprospek cerah mendatangkan banyak pengunjung. Imbas dari banyaknya pengunjung tentu akan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitarnya. Karena mereka akan membelanjakan uangnya di tempat pariwisata tersebut. Ketiga tempat itu adalah: Yang pertama Astah Buju’ Panaongan, berlokasi di Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Sumenep yang keberadaannya ditemukan dalam timbunan pasir setinggi kurang lebih 17,5 meter pada 13 september 1999. Di nisan makam para arifbillah ini tertulis Syekh Al-Arif Abu Said (wafat 1292) dan Syekh Abu Suhri (wafat 1281). Yang kedua Astah Syekh Ali Akbar, terletak di Dusun Pakotan Desa/Kecamatan Pasongsongan Sumenep. Tokoh penyebar agama Islam ini wafat 14 Jumadil Akhir 1000 H dan merupakan paman dari Raja