Langsung ke konten utama

Postingan

Benci dan Cinta

Pentigraf: Yant Kaiy Langit tak selamanya cerah. Bintang tak selamanya berkedip.  Ada siang, ada gelap. Demikian pula hidup ini. Hidupku semula menderita ditinggal Ayah ketika masih berusia tujuh tahun. Ayah seorang lelaki jujur penuh tanggung jawab terhadap keluarga kecil kami. Sebagai anak satu-satunya aku sangat dimanja olehnya. Tapi Ayah dibunuh oleh Ayah Debur lantaran cemburu buta. Ayah tak bermaksud menggoda Ibu Debur, Ayah hanya basa-basi padanya sebagai teman sekolah dulu. Saat Ayah menyapanya di jalan, banyak saksi mata yang melihat. Masih tergambar di benak ini, bagaimana Ibu menangis di pembaringan Ayah yang bersimbah darah. Aku tak kuasa mengingat peristiwa dua puluh satu tahun yang lalu itu. Ada dendam yang tak mungkin kujadikan tuntutan, karena Allah Maha Adil. Biarlah semua berlalu seiring waktu. Aku tak mau menoleh ke belakang lagi. Aku tak punya waktu untuk mengenang peristiwa mengerikan itu. Kini Debur jatuh cinta padaku. Aku tidak menolak cintanya,

Kebal Wajah

Pentigraf: Yant Kaiy Sudah tak kurasakan lagi sakit hati akibat fitnah mereka yang bertubi-tubi menyerang. Telah berlalu cemooh yang senantiasa mengepung semua perilaku dan gerak-langkahku. Tak kuhiraukan lagi segala bentuk sindiran, umpatan, dan semacamnya terhadap kehidupan jalinan cintaku bersama Debur. Yang penting aku berjalan pada norma budaya dan agama serta tidak mengganggu kehidupan mereka. Kalaupun mereka terusik, aku tetap pada pendirian semula. Bahkan orang tua Debur tidak setuju kalau hubungan kami terus berlanjut sampai pelaminan. Masa bodoh… Sebelumnya,  aku dan Debur tetap mesra. Kami satu sama lain saling membutuhkan. Tak terbayangkan bakal ada perpisahan diantara kami. Bagiku Debur lelaki penuh tanggung jawab, mandiri, teguh pada pendirian. Tak mudah terombang-ambing karena sebuah kesimpulan orang lain tentangku. Yang kutahu lagi, Debur penuh sikap toleran terhadap segala wujud perbedaan. Inilah yang paling kusuka. Namun setelah perkawinan, De

Dulu dan Kini Masih ada Cinta

Pentigraf: Yant Kaiy Aku menyukai Debur ketika masih duduk di bangku SMA. Kepribadiannya sederhana. Wajahnya lumayan tampan, di atas rata-rata teman cowok sekelasku. Dia juga bukan dari keluarga berada. Yang membuat aku kepincut pada dia yaitu sikap pendiamnya. Ia bicara seperlunya saja.  Walau  demikian aku tak berani mengungkapkan perasaan cinta terhadapnya karena berbagai pertimbangan. Salah satunya wajahku tidak terlalu cantik. Aku juga tidak begitu pintar dan bukan dari kaum jet set. Karena sebuah pertimbangan masa depanku dan keluarga, akhirnya aku menerima lamaran guruku sendiri. Sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) tentu akan bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Aku harus tahu diri dan mencari pendamping hidup yang pasti-pasti saja. Akhirnya aku setengah terpaksa mengambil cintanya, walau getar-getar kasmaran ini masih pada Debur. Munafik, berontak batinku bergemuruh. Kini setelah dua puluh sembilan tahun, antara aku dan Debur tepisah jarak, waktu, dan stat

Kisah Cinta di Ujung Lara

Novel: Akhmad Jasimul Ahyak Jatuh cinta pada siapapun adalah hal yang tidak bisa kita ramalkan untuk menjadi cinta sejatinya, pendamping hidupnya. Kadang cintanya kandas di tengah jalan atau ada pihak ketiga yang tidak mendukungnya. Dalam hidup pasti penuh dengan dinamika teka-teki. Untuk masa depan tentu akan mengarah keujung kebahagiaan, teka-teki pemerintahan pasti menghadiahkan kejayaan, teka-teki pendidikan tentunya akan menghasilkan kelulusan. Dan yang bingung kalau terjadi cinta kasih idaman, terus apa yang aku jawab?. Yang jelas jawaban ini menginspirasikan ingatan aku dimasa beberapa tahun yang silam tentang “Kisah cinta kita yang berakhir di ujung lara”. Kala itu aku adalah orang yang sangat beruntung, karena aku lahir dalam keadaan sempurna. Lebih beruntung lagi sebab benang-benang keberhasilan telah aku raih dari sejak aku kecil sampai lulus sekolah menengah atas atau SMA. Semasa itu aku sendiri masih lugu dan polos sehingga dibalik keluguan itu banyak