Langsung ke konten utama

Postingan

Pejuang tak Berarti

Pentigraf: Yant Kaiy Berkat perjuangannya membangun koperasi desa yang bergerak di bidang kerajinan kerupuk ikan mentah, nama Kunti menjadi harum di mata masyarakat luas. Kunti masih lajang sudah bisa berkarya bagi desanya. Ibu-ibu tidak lagi menganggur. Mereka membantu para suaminya dalam sisi ekonomi sehingga kesejahteraan keluarganya mulai terasa. Kunti membangun jaringan dengan para pengusaha sebagai pembeli produk dan nelayan sebagai penyedia bahan baku. Kerja sama yang baik hasilnya juga akan sesuai harapan, demikian keyakinan Kunti. Setiap kesuksesan apa pun pasti ada orang yang iri. Bagiku iri itu hal biasa akan menimpa sebagai bentuk hikmah agar pekerjaan itu bertambah maju. Suatu ketika tokoh muda perempuan ini datang ke rumahku. Tujuannya mau minta bantuan agar aku bisa terlibat dalam koperasi desa. Kami berdua berdiskusi panjang-lebar. Tiba-tiba di luar ada suara banyak orang. Mereka berteriak agar kami keluar. Mereka menganggap kami telah melakukan perbu

Gadis di Simpang Jalan

Pentigraf: Yant Kaiy Kibasan rambut gadis di depanku yang hendak menyeberang jalan mengingatkanku pada Tifa. Gadis blasteran Pakistan dan Jawa. Hidungnya mancung, matanya lebar dengan warna kulit putih. Tapi Tifa dan keluarganya sudah menghilang dari kampung kami. Kala itu aku masih dibangku SMP. Setelah perceraian keluarganya, Tifa lebih memilih ikut ayahnya kembali ke Pakistan. Karena lampu masih menyala merah, aku pun iseng memanggilnya. Ternyata dugaanku benar, ia adalah Tifa yang tujuh belas tahun tidak pernah berjumpa. Kami saling tersenyum dan berbasa-basi. Tapi ketika kami akan menyeberang jalan, ada kendaraan roda empat menabrak kami dari samping. Aaaa… Kami berteriak dan terlempar jauh. “Ada apa, Mas? Kamu sering bermimpi akhir-akhir ini, ” istriku menepuk bahuku berulangkali. Pasongsongan, 25/2/2020

Doktor Durmogati

Cerpen: Herry Santoso Mobil hitam meluncur membelah perkampungan kami siang itu seraya berhenti mendadak.  Terdengar rem mobil itu mencicit-cicit hingga menyita perhatian warga kampung. Tercengang-cengang, mobil siapa gerangan. Sebuah sedan hitam mengkilat, plat nomornya masih putih mengisyaratkan mobil itu baru keluar dari tokonya.      Laki-laki tengah baya segera muncul. Mengenakan setelan hitam. Berdiri kaku. Melempar senyum, dan orang-orang semakin tertegun, bahkan emak-emak yang sedang petan   dan ngerumpi di bawah pohon mangga pun menyudahi kegiatannya itu hanya untuk mengamati laki-laki asing perlente    yang tetap berdiri termangu-mangu. Orang-orang baru bersuara setelah laki-laki misterius itu membuka kacamata hitam yang menghalangi pandangannya.      " Hoalah ....bukankah itu Doktor Durmogati ?" "Durmogati siapa ?" sahut yang lain. "Itu, tuh ...anaknya Kang Sodrun, bakul tape singkong !" jelasnya. "Oh ya, to ? Ayo k

Pada Gelap Malam

Pentigraf: Yant Kaiy Pengembaraan di bumi Kalimantan Tengah menetaskan perenungan mendalam di batin ini. Aku berkenalan dengan Endang, seorang gadis bermata tajam, berambut ikal. Awal persahabatan mencairkan cinta sejati diantara gelap hatiku. Kami tak bisa membendung hasrat diri yang haus asmara. Tak pernah terlintas dalam benakku tentang akhir dari perjalanan cinta kami. Yang kami pikirkan tentang nikmat hidup sebagai insan lemah. Kami mabuk cinta sehingga terbuai tanpa bertepi lagi. Suatu ketika pria berkumis tebal datang ke pondokan kami di tengah rimbunnya pohon sawit. Dia bilang sebagai suami Endang. Akhirnya aku bermalam di pondokan teman. Mengalah dan penasaran karena Endang tidak bercerita kalau punya suami. Hanya tiga hari pria itu tidur bersamanya. Lalu pergi. Aku memarahi Endang habis-habisan. Dia hanya berlinang air mata, selebihnya permohonan maaf terlontar dari bibirnya. Ketika aku membuat keputusan kalau akan berpisah selamanya, Endang memegang kakiku

Keping Cinta yang Indah

Pentigraf: Yant Kaiy Beruntung aku mendapatkan cinta Debur. Ada beberapa lelaki menawarkan cinta dan beberapa iming-iming lain, tapi hanya Debur yang menyentuh hati paling dalam. Dia tidak menyerah menghadapi persaingan ketat. Aku luluh setelah dia kuketahui mencintaiku apa adanya. Tak pernah berdusta dan disiplin waktu. Penyabar dan penuh pengertian. Nuraniku yakin kalau hidup bersamanya akan damai rumah tanggaku. Feelingku ternyata benar. Tapi perjalanan cinta Ibu justru sebaliknya. Setelah Ibu bercerai sama Ayah, ia menikah dengan pria dua kali. Keduanya kandas berkeping-keping. Pertengkaran demi pertengkaran selalu terjadi. Urusan yang sepele menjadi besar. Akhirnya Ibu kumpul bersama kami. Permasalahan di rumah tangga kami menjadi membuncah, setelah kuketahui kalau Ibu diam-diam mencintai suamiku. Aku pura-pura menolaknya ketika Debur mengajak pindah kontrakan. Ia tak mau menjelaskan kalau Ibu seringkali merayunya. Bahkan pernah mengajaknya bersetubuh. Astagfirull