Langsung ke konten utama

Postingan

Cahaya dari Langit: Astah Buju' Panaongan

Makam Astah Buju' Panaongan Kecamatan Pasongsongan-Sumenep                 SUMENEP, apoymadura.com - Astah Buju’ Panaongan terletak di Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura. Dari Kota Sumenep berjarak 35 kilometer ke arah barat utara. Kuburan penyebar agama Islam ini sekarang menjadi alternatif wisata religi di Pulau Madura.                 Alkisah, Astah Buju’ Panaongan banyak diperbincangkan oleh beberapa nelayan sebelum dit emukan. Bahwa beberapakali di daerah Panaongan ada cahaya yang turun dari langit kala malam tiba. Peristiwa ini berulangkali  terlihat oleh beberapa nelayan Pasongsongan dan para nelayan sekitarnya. Akan tetapi peristiwa itu tidak membuat mereka punya inisiatif untuk menyelidikinya secara sungguh-sungguh.  Faktor  yang pertama karena para nelayan tidak berani mendekat ke bibir pantai lantaran di situ banyak batu karang. Itu sangat membahayakan bagi keselamatan perahu dan penumpangnya.  Faktor yang kedua karena par

Potret Pelabuhan Pasongsongan

Tengkong (perahu khas Pasongsongan tempo dulu)                  SUMENEP, apoymadura.com - Sejarah tentang pelabuhan Pasongsongan besar kemungkinan telah ada semenjak masa kekuasaan  Raja Arya Bangah yang memimpin Kerajaan Sumenep mulai tahun 1292 – 1301 M. Arya Bangah sendiri adalah Raja Sumenep kedua yang keratonnya berada di Banasareh. Menurut catatan sejarah bahwa dia adalah adik Arya Wiraraja yang merupakan Raja Sumenep yang pertama.                 Sebenarnya kenapa Pasongsongan sudah dikenal pada jaman keemasan Raja Arya Bangah, itu disebabkan oleh sudah adanya pelabuhan di daerah Pasongsongan, dan Raja Arya Bangah pernah ke pelabuhan Pasongsongan menaiki perahu untuk sebuah perjalanan laut.  Menurut Sri Sundari tokoh masyarakat Desa Panaongan,  para nelayan Pasongsongan pada saat itu sudah bisa membuat perahu kecil yang kanan-kiri perahu kecil tersebut ada bambu sabagai pengaman agar tidak mudah tenggelam bila mengarungi samudera luas. Tahan banting kendati omb

Elsa dan Fitri

Cerpen: Yant Kaiy Aku mencintainya lebih dari cintaku pada Elsa. Tapi aku tak mampu mengungkapkan isi hati ini karena ada sekat. Sekat yang mungkin kami tidak bisa menembusnya. Kalaupun memaksakan diri tentu kami akan menanggung akibatnya. Aku mengenal Fitri lebih awal dari pada Elsa. Mereka memiliki kelebihan berbeda. Dan pada sosok keduanya saling melengkapi. Mereka memang bersahabat dari masa kanak-kanak, jauh sebelum aku bertunangan Elsa. Sayang Fitri lebih tertutup dengan laki-laki. Fitri seolah tak memberi ruang cinta untuk seseorang bisa mengungkapkan perasaannya. Dan Elsa lebih terbuka dalam banyak hal. Ia bisa menempatkan dirinya bisa bergaul dengan siapa saja. Tidak memandang itu siapa. Tapi sisi lainnya Elsa kadang keras kepala, tak mudah percaya dengan orang yang baru dikenalnya. Suatu senja di pesisir pantai. Bias senja tersaput awan. “Kau hebat, Fit.” “O ya?” “Mengorbankan diri demi Elsa.” “Dia pantas mendapatkan cintamu. Elsa itu seperti saudar

Pengalaman Menulis Buku Sejarah

Opini: Yant Kaiy Banyak sekali tantangan dan rintangan yang dihadapi saya ketika menulis beberapa buku sejarah. Baik itu sejarah tokoh agama dan tempat-tempat bersejarah. Banyak waktu tersita karena tak jarang  tidak berjumpa dengan nara sumber dan pulang dengan tangan hampa.  Dalam menyelesaikan buku sejarah, saya berkomitmen untuk sebisa mungkin bertatap muka dengan mereka. Demikian pula kehati-hatian saya dalam mendapatkan gambaran yang jelas lantaran nara sumber umumnya menggunakan Bahasa Madura sebagai penyampainya. Ini tentunya menjadi tantangan tersendiri karena bahasa daerah kalau diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia akan menjadi agak sedikit “kacau” ditambah lagi dengan intonasi dan aksentuasi pelafalan yang kadang berbeda makna dari kata yang diucapkan nara sumber.                 Kehati-hatian saya dalam menyajikan buku sejarah dimaksudkan untuk menghindari nuansa labil pada sejarah itu sendiri. Bagaimanpun hal ini bertujuan untuk menjadikan sejarah ters

Keturunan Syekh Ali Akbar Pasongsongan: Lebih Dekat dengan Sang Waliyullah

Astah Syekh Ali Akbar Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura SUMENEP, apoymadura.com - Tonggak sejarah Pasongsongan sangat erat kaitannya dengan Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin (demikian nama lengkapnya). Antara beliau dan Pasongsongan ibarat satu keping mata uang logam, dua sisinya berbeda tetapi tetap satu.  Beliau tidak bisa terpisahkan dengan kemajuan peradaban Islam di Pasongsongan. Beliau telah mendedikasikan seluruh hidpnya untuk masyarakat Pasongsongan khususnya dan masyarakat Kerajaan Sumenep umumnya. Hingga akhirnya Pasongsongan mencapai puncak keemasan yang luar biasa karena adanya pemangku kepentingan yang bahu-membahu dengan Syech Ali Akbar. Ya, Raja Bindara Saod telah memberi ruang kepadanya untuk terus memacu warganya agar senantiasa memanfaatkan waktu sebaik mungkin dalam berbagai aspek hidup yang sangat kompleks. Kenapa demikian, karena Raja Sumenep itu sangat peduli dengan kemakmuran rakyatnya.                 Karena Syekh Ali Akbar nama Pasongsongan