Langsung ke konten utama

Elsa dan Fitri

Hasil gambar untuk dua gadis artis india hitam putih
Cerpen: Yant Kaiy

Aku mencintainya lebih dari cintaku pada Elsa. Tapi aku tak mampu mengungkapkan isi hati ini karena ada sekat. Sekat yang mungkin kami tidak bisa menembusnya. Kalaupun memaksakan diri tentu kami akan menanggung akibatnya.

Aku mengenal Fitri lebih awal dari pada Elsa. Mereka memiliki kelebihan berbeda. Dan pada sosok keduanya saling melengkapi. Mereka memang bersahabat dari masa kanak-kanak, jauh sebelum aku bertunangan Elsa. Sayang Fitri lebih tertutup dengan laki-laki. Fitri seolah tak memberi ruang cinta untuk seseorang bisa mengungkapkan perasaannya.

Dan Elsa lebih terbuka dalam banyak hal. Ia bisa menempatkan dirinya bisa bergaul dengan siapa saja. Tidak memandang itu siapa. Tapi sisi lainnya Elsa kadang keras kepala, tak mudah percaya dengan orang yang baru dikenalnya.

Suatu senja di pesisir pantai. Bias senja tersaput awan.
“Kau hebat, Fit.”
“O ya?”
“Mengorbankan diri demi Elsa.”
“Dia pantas mendapatkan cintamu. Elsa itu seperti saudara kandung. Ia masih memiliki ikatan darah denganku. Jagalah cinta kalian sampai ke pelaminan. Kebahagiaannya membuatku merasa nyaman berada di kampus. Kalau dia terluka karena kau mengkhianati cintanya, mungkin ceritanya kegiatan KKN kita amburadul,” tukas Fitri sambil melihat ke arah toilet di mana Elsa sedang buang air besar.
“Kau tak adil terhadap dirimu sendiri. Kau mengalah mendapatkan cintaku, karena Elsa lebih dekat denganku. Padahal hatiku padamu. Kau menyiksa dirimu. Kau hebat,” ujarku tanpa basa-basi lagi.
“Aku tidak tersiksa… “
“Bohong,” selaku dengan mengontrol nada suara agar tidak terdengar jauh.
“Aku sudah memiliki tambatan hati sekarang, kenapa aku mesti tersiksa. Dari dulu aku memang punya perhatian padamu, tapi perhatianmu lebih banyak sama Elsa. Aku harus tahu diri, dong,” sahutnya sambil menyedot air kelapa muda yang kami beli di pantai itu.
“Karena kau tertutup sama cintaku.”
“Siapa bilang? Kau saja yang tidak paham. Masak aku yang harus nembak duluan,” sahut Fitri dengan seutas senyum.

Pembicaraan kami terpotong seketika demi melihat sosok Elsa keluar dari toilet. Spontan kami membenahi diri dengan sikap normal.

Dalam hati kecilku berbisik. Tak selamanya cinta harus dimiliki.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p