Langsung ke konten utama

Postingan

Sejarah Pasongsongan: Lebih Dekat dengan Syekh Ali Akbar

Foto: Surat tanah pemberian Raja Bindara Saod SUMENEP, apoymadura.com - Sejarah Pasongsongan erat kaitannya dengan Syekh Ali Akbar. Antara beliau dan Pasongsongan ibarat satu mata uang logam; dua sisinya berbeda tetapi tetap satu. Karena Syekh Ali Akbar nama Pasongsongan ada. Bermula dari seringnya berkunjung Raja Bindara Saod ke daerah tempat tinggal Syekh Ali Akbar, maka tercetuslah nama daerah itu menjadi Pasongsongan. Bindara Saod adalah seorang raja adil bijaksana yang merupakan keponakan Syekh Ali Akbar. Bindara Saod memerintah Sumenep pada tahun 1750 sampai 1762 dan termasuk raja yang ke-29. Kedekatan Syekh Ali Akbar dengan Bindara Saod dilatarbelakangi oleh kesetiaan Syekh Ali Akbar sebagai rakyat kepada rajanya (pemimpin). Ditambah lagi dengan adanya hubungan darah pada keduannya. Filosofi hidup orang Sumenep: Bepa’-bebu’-guru-ratoh sudah tertanam dan mengakar kuat di dadanya sejak usia dini. Maksud dari filosofi ini, untuk menjadi manusia berbudi luhur, ia

Pagelaran Budaya dalam Rokat Tasek di Pelabuhan Pasongsongan

Foto: Rokat Tase' di Pasongsongan-Sumenep Rokat berasal dari kalimat moro-moro dhumateng berkat (Bhs. Jawa) yang terjemahan luasnya adalah seseorang yang mendekatkan dirinya pada hal-hal yang mendatangkan keberkahan dalam kehidupannya. Sedangkat kata tasek (Bhs. Madura) adalah laut.  Singkatnya rokat tasek bermakna meritual laut agar hasil tangkap ikan para nelayan memberikan keberkahan (barokah) pada rejeki yang diberikan Allah SWT. Terutama dalam Rokat Tasek ini bertujuan, memohon kepada Yang Maha Kuasa agar para nelayan selamat dari musibah/bencana laut. Acara tahunan serupa sebenarnya beberapa bulan yang lalu sudah terlaksana. Karena ada inisiatif dari pemangku kebijakan yaitu Pemkab Sumenep, maka pihak UPT Pelabuhan Perikanan Pantai Pasongsongan memberikan ruang untuk pagelaran tradisi masyarakat dalam Festival Nelayan ini. Sebenarnya gelar budaya masyarakat pesisir ini menitik beratkan pada permohonan berjemaah kepada Allah. Wajib hukumnya bagi seorang

Sejarah Singkat Syekh Ali Akbar, Tokoh Ulama Abad XV dari Desa Pasongsongan Kabupaten Sumenep

Foto: Daun pintu  Astah Syekh Ali Akbar SUMENEP, apoymadura.com -  Nama Pasongsongan tak lepas dari beberapa kunjungan para Raja Sumenep dalam rangka hendak bepergian dengan menggunakan sarana perahu. Transportasi antar pulau menggunakan perahu ketika abad ke-11 hanya di Pasongsongan-lah yang paling maju. Jenis perahu yang digunakan nelayan Desa Pasongsongan adalah tengkong, yaitu perahu yang kanan-kirinya ada bambu sebagai penyeimbang sehingga tahan ombak dan tak mudah tenggelam Nelayan Pasongsongan terkenal tangguh dalam mengarungi lautan lepas. Di samping itu jaminan keselamatan bagi para penumpangnya menjadi prioritas. Pada saat itu pelabuhan terbesar yang ada di Kerajaan Sumenep hanyalah pelabuhan Pasongsongan. Menurut beberapa tokoh sejarah, disinyalir bahwa nama Pasongsongan menjadi tersohor ketika jaman Raja Bindara Saod. Raja Sumenep ke-29 ini merupakan keponakan dari Syekh Ali Akbar. Adanya ikatan darah ini pula yang membuat hubungan keduanya menjadi sangat de

Merapi Tak Pernah Ingkar Janji…

  Cerpen Remaja  : Herry Santoso Kabut masih menguap di ruas  Malioboro. Hari masih terlalu pagi. Hanya satu-dua lapak yg mulai buka menggelar dagangannya. Sungguhpun begitu kakiku sudah hilir-mudik  menapaki street tours   terindah di Asia itu.  Semua memang menarik. Tetapi yg paling menarik bagiku justru perempuan yg tengah termangu-mangu sendirian di depan *Pangestu Butik*  itu. " Mahal ya, Mbak ?" gumamku di belakangnya tatkala ia mencermati blus motif abstrak di tangannya. Ia hanya menoleh dan tersenyum manis. Manis sekali. Ada tahi lalat menempel di antara kedua alisnya  mengingatkanku pada Patricia Mallini gadis blesteran India-Italy  yg nembintangi Twilight Lost In Rome (Senja Tersesat di Roma) itu. Sungguh aku tertegun melihatnya... " Kukira Anda lebih cantik lagi jika kenakan blus yg biru itu..." gumamku sok kenal sok dekat ketika ia menenteng dua potong pakaian ke kamar pas. "Oh ya ? Tak cobain dulu ya...." katanya semb

Mengenal Herry Santoso

Herry Santoso Opini: Yant Kaiy Satu cerpen Herry Santoso dipublikasikan di apoymadura (29/1/2020) dalam judul “Perempuan di Malam Tahun Baru”. Sebagai penulis kawakan yang telah malang-melintang di dunia sastra, beliau terus berkiprah meski dalam balutan usia yang tidak muda lagi. Di era 1980-an beliau memulai kiprahnya di media massa cetak. Dari tangannya telah lahir beberapa karya sastra yang fenomenal. Seabrek penghargaan telah disabetnya. Saya sungguh mengaguminya. Beliau tak pernah vakum dalam berkarya. Seolah tak ada ruang baginya pindah ke lain bidang kerja. Saya sangat mengenal gaya penulisan Herry (begitu sapaan sehari-harinya), karena saya telah banyak belajar kepada beliau dalam hal dunia tulis-menulis. Ya, saya bergabung dengan Sanggar Adinda asuhan beliau ketika masih menjadi guru di salah satu SDN di Kecamatan Pasongsongan. Dia bersama anak-istri menyewa rumah di Dusun Pakotan Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura. Diantara sekian anak