Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Pentigraf

Bukan Pengemis

Pentigraf: Yant Kaiy Senantiasa mempertahankan diri dalam kehormatan adalah sikapku terhadapnya. Kendati hal itu bertolak belakang dengan hakikat hidupku. Karena niat hati bukan ingin mengemis sesuap nasi kepadanya. Kuinginkan dia membayar atas hasil karyaku. Puas, tidak kecewa. Dari sisi keuangan keluarga, kebutuhan hidup serba pas-pasan. Untuk apa menggadaikan harga diri, lebih baik bermunajat kepada Tuhan. Bukankah Dia Maha Pemberi segala apa yang dipinta hamba-Nya. Aku menjalin kerja sama dengan perusahaannya tidak hantam kromo mengejar keuntungan materi. Jadi aku merasa tak terbebani sedikit pun. Kalaupun nanti dia memutus hubungan kerja, aku yakin masih terbentang luas harapan lainnya.[] Pasongsongan, 19/12/2021

Terkubur Bersama Waktu

Pentigraf: Yant Kaiy Tak pernah terpikirkan kepergiannya menatalkan beraneka perih tak berpantai. Berkolam-kolam air mata mengalir di pangkuan anak-anak tercinta. Sikap mau menang sendiri, tak mau kalah meski di posisi salah. Lebih parahnya lagi, dia melakukan perbuatan terlarang menurut ajaran agama. Aku memutuskan meninggalkannya. Anak-anakku tanpa dipaksa ikut bersamaku. Dia berpetualang bebas kemana suka. Kendati demikian, aku kerapkali mendoakannya agar selamat sepanjang hidupnya. Benakku bertempur antara masih menyayanginya dengan kebencian atas tingkah lakunya. Kutaburkan bunga di pusaranya. Kupanjatkan doa agar berada di surga-Nya.[] Pasongsongan, 19/12/2021

Terlanjur Merindukannya

Pentigraf: Yant Kaiy Sudah lama aku mengenalnya dalam kegiatan keorganisasian. Aku menganggapnya tidak ada nilai lebih darinya. Gaya bicaranya tidak menonjol dibanding yang lain. Tak ada ide brilian dalam setiap sesi serap aspirasi. Tapi di tangan dia seluruh program kerja organisasi terealisasi amat baik. Rupanya dia lebih suka bekerja di belakang layar. Aku pun mulai kepincut padanya. Sikap bersahajanya membuatku jadi merindukan dia. Suatu ketika aku bertandang ke rumahnya. Aku hendak meminta bantuan menyusun anggaran belanja. Aku tersentak kaget. Dia rupanya telah punya anak dua.[] Pasongsongan, 18/12/2021

Peluang

Pentigraf: Yant Kaiy Kami sama-sama mempunyai kesibukan di tengah kebisingan kota Jakarta.   Kesempatan tidak datang untuk kedua kali. Aku senantiasa memanfaatkan banyak hal agar tidak ketinggalan kereta. Seperti hari ini, aku meluangkan waktu ingin bersamanya di ujung pertemuan sore. Walau dia tidak mengikrarkan ayat-ayat cinta, tapi aku sangat merindukannya jika saling berjauhan. Detik demi detik berlalu dia tidak berkata apa-apa saat aku meminta penjelasan tentang kelanjutan cinta kami. Kutatap matanya dalam. Dia bergeming. Kupegang jari-jemarinya. Ia menarik nafas berat. Yang kutahu dia punya tanggungan di kampung halamannya. Kedua orang tuanya yang tidak bekerja lagi. Ketiga adik perempuannya masih membutuhkan biaya pendidikan. Aku menganggukkan kepala tatkala dia siap menikahiku dengan satu syarat, kami akan bersama-sama menuntaskan perkuliahan ketiga adiknya.[] Pasongsongan, 18/12/2021

Cemburu Berat

Pentigraf:Yant Kaiy Kalau bukan karena dia, mungkin telah kutinggalkan salah satu bagian rencana masa depanku. Rencana jangka panjang, tentang cinta dan kesetiaan. Sebelum terlambat, takkan kubiarkan penyesalan menghampar diantara sungai ketulusan. Kegagalan hal biasa terjadi di alam fana ini. Kadang menjadi pil pahit, tak jarang pula menjadi luka menganga. Bervariasi. Mencari titik permasalahan adalah hal bijak yang dapat kulakukan. Kutak ingin terkapar dan tidak bisa menikmati sisa hidup ini. Dia memang bukan milikku seutuhnya. Namun karena dia hidupku jadi begitu bermakna. Cinta dia masih tersisa untuk yang lain. Demikian aku.[] Pasongsongan, 17/12/2021

Antara Cinta dan Kehormatan

Pentigraf: Yant Kaiy Entah kenapa aku sulit jatuh cinta terhadap lelaki. Ada ketakutan. Bimbang membuncah. Meski aku memiliki nilai lebih. Wajahku cantik berkulit kuning. Tubuhku atletis karena aku rajin berolahraga. Pola makan empat sehat lima sempurna senantiasa terjaga. Aku owner dari tujuh apotek di kota berbeda. Ada tiga tempat wisata yang kubangun dari dana pribadi, hasil kerja kerasku. Sedangkan orang tuaku mewarisi rumah sakit swasta. Aku lulusan terbaik disalah satu universitas luar negeri. Aku bisa berkomunikasi dalam lima bahasa asing. Pergaulanku dengan orang-orang penting di negeri ini. Termasuk pengusaha kaliber international. Namun tetap saja, aku kebal terhadap kalimat romantis mulut lelaki. Sulit mempercayai siapa pun. Kecuali kedua orang tua. Saat usia menginjak 34 tahun. Aku terpesona pada sikap bersahaja sopir pribadiku. Anak pembantu rumah tangga di rumahku. Jujur, tidak menganggapku seperti dewa.[] Pasongsongan, 16/12/2021