Langsung ke konten utama

Postingan

Pilkades dan Money Politik

Catatan: Yant Kaiy Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) di Kota Keris Sumenep, kemarin telah selesai dihelat. Kamis (25/11/2021). Suka-duka pun menghiasi proses pemungutan suara secara langsung tersebut. Bahkan perang mental jauh hari sebelumnya sudah dimulai. Tahapan demi tahapan yang melibatkan warga masyarakat desa menguras energi, waktu dan biaya tidak sedikit. Nuansa pemilihan apa pun dibeberapa pelosok negeri ini mulai meninggalkan hakikat mendapatkan pemimpin berkualitas. Bukan rahasia umum, bahwa money politic menjadi urgen bagi seorang kandidat supaya bisa melenggang ke singgasana kekuasaan. Kalau tidak mempersembahkan angpao bisa dipastikan sang kompetitor akan terjungkal. Entah kenapa hal ini menjadi tabu dibicarakan oleh pemangku kebijakan. Padahal mafsadat dari Pilkades lebih besar ketimbang maslahatnya.[]

Hari Guru Nasional dan Pilkades Sumenep 2021

Catatan: Yant Kaiy Dua agenda penting bersamaan terjadi di Kota Keris Sumenep, yakni Hari Guru Nasional (HGN) dan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak. Kamis (25/11/2021). Yang pasti, HGN diperingati oleh seluruh lapisan masyarakat di pelosok nusantara setiap tahun. Salah satu tujuan dari peringatan ini, menghargai pengorbanan dan jasa para guru yang memiliki andil besar dalam mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Sedangkan Pilkades mencari pemimpin baru bagi desa. Skalanya sebatas di Sumenep, bukan nasional. Kita tahu, namanya kompetisi apa pun, pasti ada kalah-menang. Kelompok kalah jelas berduka. Sedang bagi tim juara akan bergembira-ria. So pasti masyarakat larut pada pesta demokrasi tersebut. Kalau kita takar, peringatan HGN tahun ini tersaput perhelatan Pilkades. Apalagi Pilkades Sumenep sebelumnya pernah mengalami penundaan. Suka tidak suka, jika ditelisik lebih dalam, Pilkades Sumenep sesungguhnya telah mengurangi esensi peringatan HGB. Entah, ini disengaja atau

Mendung Berarak

Pentigraf: Yant Kaiy Sontak dendamku mencair demi melihatnya tak bisa berbuat apa-apa lagi. Pilu berbaur iba menyapu bersih butir-butir congkak. Inilah hakikat hidup. Kemenangan hanya sesaat menghinggapi langkah diri. Aku tak bisa melontarkan kata-kata di hadapannya. Diatas kursi roda ia didorong oleh anak perempuannya menuju acara bakti sosial: Pengobatan tradisional gratis. Ia menyapaku begitu lirih. Hampir tak terdengar. Tangannya tak bisa digerakkan. Dulu ia sering menggendongku. Setelah basa-basi sebentar, aku segera meninggalkan mereka. Dari ujung mata dapat kutangkap, bahwa ia ingin berbicara banyak.[] Pasongsongan, 25/11/2021

Lagu Pecundang

Pentigraf: Yant Kaiy Jodoh, Tuhan yang menentukan. Aku dan dia gagal menikah karena persoalan Pilkades (Pemilihan Kepala Desa). Ayah menang atas bapaknya. Periode selanjutnya, Ayah dikalahkan oleh dia. Sekarang aku yang bertarung dan dia yang terjungkal. Kuberjanji dalam hati, pada Pilkades yang akan datang, kuingin menghentikan permusuhan ini. Kami menggiring massa, mengompori mereka sedemikian rupa untuk membenci kubu dia. Segala cara kami tempuh demi satu tujuan: Kemenangan. Politik uang terbungkus bantuan sudah menjadi tradisi dalam pemilihan apa pun. Demi sepotong gengsi, apa pun dilakukan.[] Pasongsongan, 25/11/2021

Pengembaraan

Pentigraf: Yant Kaiy Hampir satu bulan terombang-ambing di tengah lautan lepas. Aku bersama lima orang perempuan dan tiga laki-laki dewasa dalam satu perahu. Terpaksa kami melarikan diri dari kampung halaman karena ada konflik berdarah. Suami dan kedua anakku tewas. Kedua orang tuaku dan semua orang di desaku dibantai habis. Sedangkan satu anakku yang selamat masih berusia tujuh bulan Beruntung kami membawa bekal makanan ala kadarnya. Memancing ikan tiap hari supaya bekal tidak cepat habis. Kami berlayar meninggalkan negeri tercinta sejauh mungkin. Hari demi hari mulai tumbuh harapan hidup di negeri orang. Siang-malam kami memanjatkan doa pada Tuhan agar jiwa kami diselamatkan dari maut. Dia Maha Mendengar permohonan hamba-Nya. Perahu kami mendekat pada sebuah pulau.[] Pasongsongan, 23/11/2021