Langsung ke konten utama

Postingan

Antologi Puisi “Lazuardi Asa” (7)

Puisi Karya Yant Kaiy Menangis di Tengah Hinaan gerakku memang lamban otakku tak main bertengkar aku takut mati dan membiarkan kekalahan terus menindih tanpa ampun seujung kuku pun tiada kalimat puitis yang ada rintih menembus mega kehinaan bagiku dari orang ini tak ubahnya sampah berterbangan mencari keburukan sifat orang lain yang lebih mulia duh, nasib... jangan biarkan diriku lebih sengsara lagi menempuh jalan berliku ini! Sumenep, 14/02/90   Sembahyang Malam halimun berguguran menerpa. genting bilikku terpatri tobat atas kekhilafan sehari angan melayang pada Allah sujud meluruskan segala keinginan, yang berpulang pada karunia - Nya aku diam seribu kalimat hanyalah hati menancapkan kelemahan diri pada sebuah penyesalan tak berujung lantas terlupa pada asal kita. Sumenep, 14/02/90

Antologi Puisi “Lazuardi Asa” (6)

Puisi Karya Yant Kaiy Dermaga Penantian kulambaikan rasa bangga menggunung ditumbuhi kenyerian akibat fitnah luka alirkan darah perjuangan datang dan pergi terbawa emosi sampanku lenyap pandangan terhalang mendung ombak bergelimangan membanting muatan bak kapas melayang kutanggalkan ketakutan menggerogoti kalbu gagallah kebencian bermandikan peluh asa tak terbayangkan penantian akhir silih berganti mengurung resah ditampar, diterjang badai berlomba menyerang keyakinan kutanam. Sumenep, 13/02/90   Kebuntuan Pikiranku bertumpu pada peristiwa masa lalu membakar sebagian amarah terpendam sempat untung aku berlari membawa beban kehidupan tersiram kebimbangan membuncah menua seiring embun pagi luruh ke tanah terbawa keinginan berlapis baja. Sumenep, 13/02/90

Antologi Puisi “Lazuardi Asa” (5)

Puisi Karya Yant Kaiy Cemburu I apabila ada seujung kesetiaan melekat berbagai prasangka mengikutinya dari balik layar khayal terpancang mengitari liku perjuangan asmara pun tak pernah padam tertiup badai II selayaknya manusia punya sekeping cinta lantaran kodrat tak dapat tertolak biar bagaimana pun 'kan kubiarkan cemburu itu bersemi. Sumenep, 11/02/90   Nyanyian Malam kesepian begitu mendera tak berselera menggalau halusinasiku seketika berceloteh tentang mimpi aku hanya bisa melontarkan penyesalan meski kuharus menyadari akan kebodohan ini barangkali takkan menuntun jalanku sampai kapan kutersiksa begini ? berjuta tanya melepuh di antara gelombang tersesatnya ilusi melayang hasrat tak tentu rimba kusandarkan perjuangan tak berdosa lalu terbuang di tong sampah oh, nasib burukkah ini? betapa menyesatkan! Sumenep, 11/02/90  

Antologi Puisi “Lazuardi Asa” (4)

Puisi Karya Yant Kaiy Kegagalan luruh bersama patahnya semangatku keresahan menyusup ke benak kubangkitkan demi perjuangan selayaknya kegagalan terlahir termiliki umat Allah di atas bumi fana ini. Sumenep, 10/02/90   Kebodohanku tak pintar aku menguasi ilmu cuma kutampak tak bersemangat lagi barangkali inilah termasuk kebodohanku ilham semalam selepas surutnya matahari pelangi menghantarkan kegelisahan kesepian tiada duanya dari kegamangan kutunggu dalam pekatnya halimun belajar dari rasa haus serta lapar yang senantiasa menghimpit jalanku merasa tertipu dari gerahnya suasana belajarku berulangkali kutakberserah menenteng hasrat namun di situ keraguan merayu telaga hati kusesali sepenuhnya akan ketololanku tak dapat menguasai jalan pikiran aliran darah selaksa berhenti seketika dan selebihnya beragam penyesalan menggerogoti kebimbangan. Sumenep, 10/02/90

Antologi Puisi “Lazuardi Asa” (3)

Puisi Karya Yant Kaiy Merajut Mimpi mengembara angan ke pelosok negeri angin meniup dedaunan kehidupanku ternatal senja kebimbangan sejuta tanya termiliki detak jantung adalah kesia - siaan saja te lah berlalu dari ingatan prahara asmaraku berujung derita menyakitkan, sulit terobati biarlah jadi beban mengurung nasib kumemang terbiasa menyusuri halusinasi terlena oleh beragam kemewahan semata lalu selebihnya mimpi belaka untaian puisi hanyalah dian langkahku tak berlebihan mencari kepuasan bathin. Sumenep, 08/02/90   Jalan Berde bu sekian lama kuterpuruk di ujung penantian mengharap dan berharap selalu sen y am p an g kabut tak menutupi se ku jur penglihatanku tak masalah men c ambuki cita mulia B erb a ur meluruskan ketegangan yang ada menjembatan i bermacam kegagalan diantara berkepingnya lamunan deras melumuri kedengkian dalam dada selebihnya debu melekat erat sekali aku sadar semua adalah coba di ambang sesal dan terba