Langsung ke konten utama

Postingan

Setajam Pisau

Pentigraf: Yant Kaiy Kata-katanya telah menghancurkan kesabaranku. Tapi aku bertekad untuk tetap bertahan karena tak mungkin bisa aku mencelakainya. Imankulah yang menghentikan keinginan berlaku buruk terhadapnya. Bukankah dia juga makhluk-Nya. Tuhan Maha Adil. Seminggu kemudian aku mendengar kabar kalau dia terjatuh dari kendaraan roda dua sehingga menyebabkan kakinya patah. Menurut dokter dia akan cacat seumur hidup karena tulangnya hancur. Terima kasih ya Allah, bisikku dalam doa. Bukan karena dia mengalami kecelakaan. Tapi karena hatiku tidak terkontaminasi hal-hal buruk melontarkan sumpah-serapah.[] Pasongsongan, 13/2/2021  

Sedikit Bicara

Pentigraf: Yant Kaiy Jujur, aku mengaguminya walau dia bukanlah tipe lelaki yang kuidamkan. Dari kemampuan menyerap pelajaran di bangku sekolah, dia salah seorang siswa terbodoh. Wajahnya lumayan ganteng dengan postur tubuh gempal. Kulit sawo matang. Mata lebar dan teduh dipandang. Setelah dua puluh tiga tahun tak bersua karena kami berada di kota berbeda, Tuhan menakdirkan kami berjumpa di tanah kelahiran. Penampilannya rupawan dengan rambut dipotong tipis. Ia bersama istri dan dua anaknya. Kudengar selentingan kalau dia menjadi pengusaha sukses. Aku bersama suami dan anakku beranjangsana ke rumahnya. Dalam hati, terlintas iri kepada dia. Ternyata istrinya lebih cantik dariku.[] Pasongsongan, 13/2/2021

Dara Tua

Pentigraf: Yant Kaiy Tak pernah terlintas secuil pun kalau aku akan menjadi pendamping hidupnya. Debur adalah sahabatku masa kecil hingga kami berpisah karena ia mendapat istri bule dari Australia. Debur kembali ke tanah kelahirannya bersama dua buah hatinya. Suatu ketika orang tua Debur datang menjumpai orang tuaku. Mereka melamarku. Kukatakan pada mereka, aku masih butuh waktu dua hari untuk memberi jawaban. Apalagi usiaku hampir mencapai kepala empat. Pas dua hari Debur menelponku, menagih janjinya. Lama sekali kami berbicara sampai pada kesimpulan tentang lampu hijau, aku bersedia.[] Pasongsongan, 13/2/2021

Bangga dan Benci

Pentigraf: Yant Kaiy Cita-citanya sedari kecil ingin menguasai dunia. Dalam baris doa, ia senantiasa menggemakan sukses perjalanan hidupnya kelak. Tapi teman-temannya, termasuk diriku, itu hanyalah bunga-bunga mimpi. Kenapa begitu? Sebab didalam pelajaran sekolah dari SD hingga SMA dia ada diurutan belakang. Mustahil. Apalagi dia dari keluarga tidak mampu. Ayahnya meninggal sejak ia masih di bangku SD kelas tiga. Saudaranya lima orang. Ibunya menjadi pembantu rumah tangga tidak tetap sebagai pencuci baju. Jadi untuk makannya saja sudah susah. Tapi Allah menakdirkan dia jadi orang kaya karena punya suara emas. Namanya jadi masyhur. Terkabul mimpinya. Aku dan teman-teman sekolahnya bangga pada prestasi dia. Tapi di sisi lain, kami membencinya lantaran sikapnya tak mau kenal dengan asal-usulnya.[] Pasongsongan, 13/2/2021

Menulis Kebenaran

Pentigraf: Yant Kaiy Debur adalah seorang wartawan online yang mengelola media massa miliknya sendiri. Hari-harinya lebih banyak di luar rumah, memburu berita terbaik. Tantangannya tidak ada yang membayar dia. Ketika kebenaran yang akan diangkat ke media, ia terbentur dapur takut tidak mengepul. Kalau ia memberitakan kepalsuan sesuai pesanan, amplop pun akan ia dapat. Persimpangan jalan itu baginya terasa mencekik leher saja. Sisi lainnya Debur akan berhadapan fisik dengan orang-orang yang membela kepalsuan. Tak pelak jiwanya ikut terancam.[] Pasongsongan, 12/2/2021