Langsung ke konten utama

Postingan

Kesaksian untuk Therapy Banyu Urip Pasongsongan

MS.Arifin (kiri) dan Muhammad Ali Hasan. (Foto: Yant Kaiy) Apoymadura, Sumenep – Salah seorang pasien mata katarak dari Desa Ambunten Barat Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep, Muhammad Ali Hasan menjalani pengobatan di Therapy Banyu Urip Pasongsongan. Ketika hendak pulang, dia diminta komentarnya tentang teknik pengobatan alternatif tersebut. “Cespleng. Saya ditetes mata, agak perih memang. Tapi saya akhirnya sembuh total dari katarak dan tidak pakai kaca mata lagi. Saya kembali ke sini membawa para tetangga yang sakit. Ramuannya begitu manjur,” ucap lelaki berprofesi LSM dan jurnalis meniscaya. Jumat (22/1/2021). Dirinya sangat mengapresiasi kepedulian Therapy Banyu Urip Pasongsongan terhadap semua pasien dalam hal berbagi ramuan terhadap sesama . (Yant Kaiy)

Pasien Therapy Banyu Urip Pasongsongan Membludak

MS.Arifin (kiri) memberi penjelasan pada para pasien. (Foto: Yant Kaiy) Apoymadura, Sumenep – Kehadiran Therapy Banyu Urip International di Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep ternyata diluar ekspektasi MS Arifin. Saban hari, mulai pagi sampai malam, pasien membludak. Tidak hanya dari Kabupaten Sumenep saja, tapi juga dari Kabupaten Pamekasan, Sampang, dan Bangkalan. “Dahsyat. Jujur, saya tak menyangka kalau pengobatan alternatif Therapy Banyu Urip di Pasongsongan ini akan mendapat sambutan antusias dari masyarakat luas,” tegas CEO Therapy Banyu Urip International, MS Arifin kemarin. Kamis (21/1/2021). Penulis menyaksikan dengan mata kepala sendiri, kendaraan roda empat memenuhi lahan parkir yang disediakan, bahkan meluber keluar. (Yant Kaiy)

Pertemuan Topan

Pentigraf: Yant Kaiy Sekian lama aku tak bertemu dengannya di forum kajian agama di gedung elite. Aku susah beradaptasi dengan mereka para kaum intelektual, apalagi aku telah tahu banyak sepak terjangnya di arena kompetisi pemuja kaum berduit. Bukan aku membencinya. Tujuanku tak ingin larut akan permainan mereka di kehidupan nyata. Dulu aku mengaguminya, lantaran segudang prestasi pernah disandangnya ketika kami masih di bangku SMP. Tapi dikala acara ramah tamah di salah satu ruangan tergelar, tak ada sepotong kata terluncur dari bibirnya. Aku menjaga jarak. Dari ekor mata kuketahui, kalau dia sedang bersama suaminya. Aku tahu kalau ia menjaga penampilan agar terlihat anggun,   penuh pesona.[] Pasongsongan, 20/1/2021

Pintu Maaf

Pentigraf: Yant Kaiy (1998) Ketika kematian mengancam jiwa kami sekeluarga, sontak kami pun menghindar. Tak ada segelintir manusia peduli. Kami tak ubahnya debu yang wajib disingkirkan dari kaca kemunafikan. Tokoh masyarakat, aparatur desa, lebih-lebih pimpinan lembaga pemerintah kecamatan turut serta memobilisasi masyarakat mengepung kami. Menguliti harga diri kami tanpa iba. Memberangus impian hidup rukun di tanah kelahiran tercinta. Berderai air mata perpisahan. (2000) Disalah satu sisi memang ada yang prihatin atas ketidakadilan itu. Kami terima dengan lapang dada, memetik hikmah dari kebencian mereka di tanah pengasingan. (2008) Mempersunting dara di desa kelahiran berbeda dusun. Kenangan hitam itu tetap terus dibawa sampai mati. Susah dibumihanguskan. Bibir mungkin masih bisa melepaskan senyum dan bermanis-manis kata terhadap mereka. Tapi pintu maaf di hati takkan terbuka selamanya.[] Pasongsongan, 20/1/2021

Rapat Konsolidasi MWC NU Pasongsongan

Apoymadura, Sumenep – Untuk pertama kalinya Ketua MWC NU Pasongsongan, Ach Riyadi, M.Pd.I, melaksanakan rapat konsolidasi dengan beberapa lembaga NU di bawah naungannya. Seperti LDNU, LP Ma’arif NU, LPNU, LP2NU, Lakpesdam, Lesbumi, LAZISNU, dan lainnya. Menurutnya ini penting dilaksanakan karena telah diamanatkan dalam konferensi untuk membentuk kepengurusan dari lembaga-lembaga tersebut. Disamping itu, Ach Riyadi juga mengakomodir program kerja dari semua lembaga. “Saya yakin dengan kebersamaan dalam berkhidmat untuk umat, MWC NU Pasongsongan akan lebih baik. Sehingga kehadiran NU akan begitu berarti. Tidak sekadar ada, tapi bisa mewarnai seluruh sendi kehidupan manusia,” tegas Ach Riyadi dalam sambutannya. Rabu (20/1/2021). Dirinya sengaja meletakkan kegiatan rapat tersebut di salah satu pondok pesantren di Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan karena memang menjadi program kerja MWC NU Pasongsongan. “Jadi saya harapkan, setiap kegiatan apa pun yang berkaitan NU harus di l

Macapat: Perspektif Kearifan Budaya Lokal Pasongsongan

  Catatan: Yant Kaiy Seiring industri musik yang terus mengalami metamorfosis karena mengikuti kebutuhan pasar universal, seni musik pun stabil keberadaannya. Tak goyah oleh terpaan badai seni lain, justru ia bisa mengintimidasi dan menciptakan neo musik tersendiri serta fleksibel mengadopsi sen lain. Tak ayal musik pun berkembang tanpa terkendali. Ditambah para seniman musik yang senantiasa mengolaborasikan unsur-unsur budaya daerah setempat. Ada musik beraliran Melayu, dangdut, pop rock, band, keroncong, orkestra, dan lainnya. Realita ini mengakibatkan kearifan budaya lokal tergerus dengan sendirinya. Apalagi pakem budaya tetap dipertahankan oleh generasi selanjutnya, sehingga pelan tapi pasti budaya luhur peninggalan nenek moyang itu sedikit peminatnya. Ketua Lesbumi (Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesai) Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep, Akhmad Jasimul Ahyak akan mencoba membentuk perkumpulan macapat supaya kembali bergairah. Paling tidak bisa menambah

Melestarikan Macapat Pasongsongan

  Catatan: Yant Kaiy Lesbumi (Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia) Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep berencana akan menghidupkan perkumpulan macapat. Sebuah kesenian tempo dulu yang sempat merajai kebudayaan lokal dan bertengger sekian lama di pelataran seni. Apalagi keseniaan macapat tidak bertentangan dengan syariat Islam. Di dalamnya ada etika luhur, kisah hikmah bernada moral, pesan akhlak mulia untuk bersosial dengan lingkungan, dan lain-lain. Ketua Lesbumi Pasongsongan, Akhmad Jasimul Ahyak, banyak berharap agar keseniaan macapat tetap ada sampai kapan pun.[] Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura, com