Langsung ke konten utama

Postingan

Senja Tak Bergairah

  Senja Tak Bergairah Puisi: Yant Kaiy   semangat juang terpatri ke sekeliling ruang lingkup bola mataku segala yang tertangkap, segala yang terjebak mengisahkan kepedihan tertangkis di benak berkecamuk resah merenda perjalanan menendang kesombongan bergelut jadi milik pribadi, hingga kita pun terbiasa dengan adat tak sopan kendati secuil bias senja menua namun layar masih terkembang  mengarungi kebimbangan tiada hentinya menghantam diri menampar ke sekujur bulu-bulu bumi tanpa asa sampai peradaban selaksa asing bagi pori tubuh menelanjangi luka menganga, tiada orang tahu pasti menggerogoti ulat-ulat memangsa daging tubuhku tak berarti apa kubayangkan sebelumnya hanya tinggal penantian panjang menuruni terjal bukit jatidiri barangkali setelah picu kutekan nanti akan mendapatkan pelor  kepastian itu hanya halusinasi tak tentu rimba, yang terkadang melenceng jauh dari sasaran semula   tak bergairah senja ini perjuanganku seolah percuma saja keberha

Nuansa Kebimbangan

Nuansa Kebimbangan Puisi: Yant Kaiy   kabut tebal mengganggu langkahku menyibak pelangi hilang keteguhan diri menggapai citra-cita ketabahan mengibas debu permata, berterbangan di pikiranku… merayu telinga tak tuli   menggoda mata ini, tak pernah silau membujuk imanku terbawa arus nafsu hampir saja bugil persendianku menatap kelakuan sendiri lantaran terbius kalimat-kalimat penjual obat di pinggiran trotoar mereka beryel-yel menawarkan jasanya, meski harus meniup tipuan mengeruk keuntungan sebesar gunung tak menyadari akan muntahan lahar dosa, seakan terbiasa membudaya pada ruhnya   kutancapkan kaki ini pada pijakan semula biar kebimbangan tak muncul mendera tubuh letih tertatih, walau kuharus melangkah terseok karena jalan becek berbatu patah arang hanyalah aral menjerumuskan naluri hingga hujan noda milik diri tak berdaya meski menelan impian   hanya luapan nafsu? yah… hasratlah yang bangkitkan ceria tiada peduli hujan,

Kepasrahan

  Kepasrahan Puisi: Yant Kaiy   telah lama bumi bergelut kemarau mengelupasi mata manusia bulat-bulat naluri mengayak keinsyafan pasrah di doa menjelang lelap malam.   Madura, 21/11/92

Haruskah Aku Terus Mengalah

Haruskah Aku Terus Mengalah Puisi: Yant Kaiy   memang terbiasa kubersikap demikian mengalah dalam berbicara mengalah untuk dapatkan sesuatu karna persaingan terlalu bunuh-membunuh terhadap sesama   banyak diantara temanku katanya, diri ini banci terlalu merendah terlalu sering diinjak-injak bagai sampah saja   kudisuruh melawannya tapi kutidak terbiasa bertengkar terhadap sesama sejak kecil, kupenakut sering menangis banyak temanku bilang aku cengeng, bermental kerupuk   kumemang lebih suka dicap demikian tak tahu mengapa kuharus memiliki sifat demikian terlalu sering mengalah sebagian besar, banyak orang bijak memuji kemuliaan hatiku   namun di sisi lain ada yang menyalahkan sikapku selama ini manakah yang harus kupilih ?!   Madura, 20/11/92

Asa Berbunga Duka

Asa Berbunga Duka Puisi: Yant Kaiy   hanya Tuhan yang tahu aku sungguh mencintainya tapi dia lari   menjauh dariku.   Madura, 20/11/92