Langsung ke konten utama

Senja Tak Bergairah


 

Senja Tak Bergairah

Puisi: Yant Kaiy

 

semangat juang terpatri ke sekeliling ruang lingkup bola mataku

segala yang tertangkap, segala yang terjebak

mengisahkan kepedihan tertangkis di benak berkecamuk resah

merenda perjalanan menendang kesombongan bergelut

jadi milik pribadi, hingga kita pun terbiasa dengan adat tak sopan

kendati secuil bias senja menua namun layar masih terkembang 

mengarungi kebimbangan tiada hentinya menghantam diri

menampar ke sekujur bulu-bulu bumi tanpa asa

sampai peradaban selaksa asing bagi pori tubuh

menelanjangi luka menganga, tiada orang tahu pasti

menggerogoti ulat-ulat memangsa daging tubuhku

tak berarti apa kubayangkan sebelumnya

hanya tinggal penantian panjang menuruni terjal bukit jatidiri

barangkali setelah picu kutekan nanti akan mendapatkan pelor 

kepastian itu hanya halusinasi tak tentu rimba, yang

terkadang melenceng jauh dari sasaran semula

 

tak bergairah senja ini

perjuanganku seolah percuma saja

keberhasilan semata membayangkan cita, kabur

tertelan kabut senja

menuntun… menapaki jalan berbatu, berdebu

lumpur-lumpur di sekitarku

mencabik kebersemangatanku satu demi satu

 

terkadang hadir kenistaan membayangi langkah-langkah pasti 

menggeleparkan sayap memikul beban, kurasa

sungguh berat tiada sahabat menemani pengembaraan ini

melingkup kebimbangan, memerangi kasar kesadaranku.

 

Madura, 20/11/92

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p