Langsung ke konten utama

Postingan

Jalan Penghubung Sempong dan Morasen

Akhmad Jasimul Ahyak (Foto: Yant Kaiy) Apoymadura, Sumenep – Jalan yang menghubungkan Dusun Morasen dan Dusun Sempong Barat Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura saat ini rusak parah. Beberapa komentar bernada miring banyak bermunculan ke permukaan. Salah satunya dari pemerhati kebijakan publik Pasongsongan, Akhmad Jasimul Ahyak. “Jalan merupakan sarana urgen bagi seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya masyarakat setempat, tapi semua orang yang melintas di jalan tersebut. Rusaknya jalan penghubung Dusun Sempong Barat dan Morasen menjadi keprihatinan kita semua. Sejatinya jalan ini mendapat atensi lebih dari pemangku kebijakan desa,” papar Akhmad Jasimul Ahyak via sambungan telepon kepada apoymadura.com. Sabtu (22/8/2020). Lelaki yang berdomisili di Dusun Lebak Desa Pasongsongan ini menambahkan, kalau dirinya sering melintas di jalan rusak tersebut dan merasakan sendiri kalau perjalanannya amat merasa tidak nyaman. (Yant Kaiy)

Nasib Petani Tembakau, Siapa Peduli

Muhammad Amsu (Foto: Yant Kaiy) Apoymadura, Sumenep -   Di sisi selatan Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura, tepatnya di Dusun Sempong Barat dan Sempong Timur, mayoritas masyarakatnya bekerja bercocok tanam. Di samping itu, sebagian dari mereka bekerja di laut, menjadi nelayan. Setiap musim tanam tembakau kedua dusun ini tidak ketinggalan warganya menanam tembakau. Mereka mencoba mencari keberuntungan pada tanaman untuk konsumsi rokok ini, walau tahun kemarin harga tembakau rajang cukup murah. “Tahun ini saya menanam tembakau tidak lebih dari 4.000 pohon. Tapi karena harga tembakau rajang masih murah, terpaksa saya menunda dulu memanennya,” terang Muhammad Amsu, warga Dusun Sempong Barat kepada apoymadura.com. Sabtu (22/8/2020). Ketika ditanya tentang harga tembakau rajang per kilonya saat sekarang, ia mengatakan tidak lebih dari Rp 20.000,- “Kabarnya gudang pabrikan rokok masih belum buka. Saat ini yang membeli tembakau rajang adalah pedagang s

Karya Terbaru Gambar Literasi Jasimul

Lukisan dinding karya Akhmad Jasimul Ahyak di SDN Padangdangan II Kecamatan Pasongsongan Sumenep Apoymadura, Sumenep – Perupa dari Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura, Akhmad Jasimul Ahyak, dalam lukisan dinding literasi SDN Padangdangan II Kecamatan Pasongsongan Sumenep lebih banyak memilih tema alam dan lingkungan bersih. “Dalam gambar literasi dinding di SDN Padangdangan II ini, kali ini saya ingin memberikan pesan moral terhadap murid-murid di sini, bahwa lingkungan bersih itu sangat penting untuk tetap dijaga keberadaannya. Menanamkan pola hidup bersih bagian edukasi agar tidak membuang sampah sembarangan,” terang Jasimul kepada apoymadura.com. Jumat (21/8/2020). Ia menambahkan, kedisiplinan merupakan modal utama dalam banyak hal supaya kepribadian seorang anak mencintai lingkungannya seperti mencintai dirinya sendiri. (Yant Kaiy)

Terlanjur

Pentigraf: Yant Kaiy Kuakui dia cantik, muda, menggairahkan, penuh senyum menggoda. Tapi dia tetap menganggapku sebagai gurunya. Cintanya sebatas itu terhadap hasrat diri. Dan aku tak bisa mengelak ketika hujan cinta menyiksa malam-malam berhalimunku. Tatkala kupegang tangannya, dia menundukkan kepalanya. Ketika kuraih lehernya, dia bergeming hingga desah nafasnya menyentuh darah syahwatku. Setelah kubaui keperawanannya, kami tak menyesal dalam kenikmatan membuncah. Namun di dasar kalbuku, virus penyesalan membombardir alam sadarku. Dia seperti darah dagingku.[] Pasongsongan, 27/8/2020

Kiai Haji Ismail Macan Madura

Catatan: Yant Kaiy Sebelumnya saya mengucapkan banyak terima kasih atas respons netizen terhadap video yang saya unggah di salah satu sosial media. Dalam video itu berisi ceramah Kia Haji Ismail Macan Madura tentang Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Respons para netizen bukan terhadap kandungan ceramah da’i yang berasal dari Desa Paberasan Kecamatan Kota Sumenep tersebut, melainkan atensi mereka terhadap imbuhan nama ‘Macan Madura’. Mayoritas orang di Pulau Garam Madura sudah pernah menyaksikan aksi panggung ceramah Kiai Haji Ismail. Dalam siraman rohani beliau seringkali menyisipkan tembang-tembang Macapat Madura yang diambil dari petuah bijak Wali Songo terhadap para santrinya. Maka wajar pula kalau para pengagum (penggemar) beliau kemudian menyisipkan imbuhan ‘Tembang Pamungkas’ di belakang namanya. Beliau tidak keberatan. Baru-baru ini Kiai Haji Ismail mendapat label baru di belakang namanya, ‘Macan Madura’ setelah seringkali beliau diundang mengisi pengajian agam