Langsung ke konten utama

Kiai Haji Ismail Macan Madura


Catatan: Yant Kaiy

Sebelumnya saya mengucapkan banyak terima kasih atas respons netizen terhadap video yang saya unggah di salah satu sosial media. Dalam video itu berisi ceramah Kia Haji Ismail Macan Madura tentang Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Respons para netizen bukan terhadap kandungan ceramah da’i yang berasal dari Desa Paberasan Kecamatan Kota Sumenep tersebut, melainkan atensi mereka terhadap imbuhan nama ‘Macan Madura’.

Mayoritas orang di Pulau Garam Madura sudah pernah menyaksikan aksi panggung ceramah Kiai Haji Ismail. Dalam siraman rohani beliau seringkali menyisipkan tembang-tembang Macapat Madura yang diambil dari petuah bijak Wali Songo terhadap para santrinya. Maka wajar pula kalau para pengagum (penggemar) beliau kemudian menyisipkan imbuhan ‘Tembang Pamungkas’ di belakang namanya. Beliau tidak keberatan.
Baru-baru ini Kiai Haji Ismail mendapat label baru di belakang namanya, ‘Macan Madura’ setelah seringkali beliau diundang mengisi pengajian agama di eks-Keresidenan Besuki dan beberapa kota lain di Jawa Timur. Beliau enjoy saja, menerima dengan lapang dada atas imbuhan nama tersebut.

Bahkan ketika saya sowan pada beliau di kediamannya beberapa bulan lalu, Kiai Haji Ismail justru tersenyum manis seraya menunjukkan jempolnya tatkala saya menyebutkan ‘Macan Madura’ di belakang namanya. Maka cukup aneh kalau ada orang yang merasa risih terhadap penambahan merk ‘Macan Madura’ di belakang nama beliau.

Kita ambil contoh saja. Presiden Direktur dalam sebuah jabatan di perusahaan. Toh, tidak akan menyalahi (mengganggu) tatanan sosial dan budaya salah kaprah tentang jabatan dari Presiden Republik Indonesia sebagai Kepala Negara. Apakah juga harus diamputasi nama Muhammad Bla-bla menjadi Bla-bla saja karena orang tersebut terlibat skandal mega korupsi. Maksudnya, nama Muhammad dihilangkan saja karena mencoreng wajah umat Islam di seluruh dunia.[]

Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p