Langsung ke konten utama

Postingan

Harga Air mata

Get Google Pentigraf: Yant Kaiy Tonah tak mampu menyembunyikan kesedihannya. Orang yang dicintainya telah berpulang ke hadirat Allah SWT. Ia mengiringi kepergiannya dengan doa dan air mata membanjir di pipinya. Walau ia diwarisi harta berlimpah dan dua anak darinya, namun itu takkan bisa mengobati lara di hatinya. Para pelayat laki-laki ketika pulang dari kuburan ada yang berseloroh, Tonah takkan lama menjanda. Setelah masa iddah akan mendapat suami baru. Prakiraan itu ternyata benar, ada beberapa lelaki yang melamarnya. Ada duda, bujangan, dan ada pula sudah punya istri, mau menjadikan Tonah sebagai selirnya. Tonah bingung. Ia perlu bermunajat kepada-Nya. Pasongsongan, 1/4/2020

Asap Racun

Get Google Pentigraf: Yant Kaiy Ketika Tonah menyapu di halaman belakang rumahnya, sampah plastik dan daun kering diletakkan pada tumpukan sampah kemarin. Lalu ia membakarnya. Setelah itu ia keluar rumah menjemput suaminya mengendarai sepeda motor ke terminal bis. Suaminya kebetulan pergi ke luar kota mengantar anaknya ke pondok pesantren. Cukup lama Tonah menunggu di terminal. Ia menghubungi suaminya lewat hape. Ternyata bisnya mogok. Ketika Tonah hendak pulang, suaminya mengabarkan kalau bisnya sudah berangkat lagi. Tatkala mereka pulang, orang-orang banyak yang dibawa lari ke rumah sakit. Kata dokter, mereka keracunan asap pembakaran sampah Tonah. Suaminya bilang kalau ia menyimpan racun serangga di tempat sampah. Celaka! Pasongsongan, 1/4/2020

Pergunu Move On? (Refleksi 68 Perjalanan Pergunu)

Oleh: M Nurul Hajar Andai tidak ada wabah Covid 19, mungkin Harla Pergunu ke 68 di Kab. Sumenep bakalan ramai dan meriah dengan berbagai kegiatan. Virus itu telah menahan bahkan menghentikan mobilitas orang untuk berkumpul dan melakukan kegiatan  bersama sama. Kegiatan pembelajaran pindah ke kelas virtual. Rapat kepala sekolah/ madrasah pindah juga ke ruang virtual. Termasuk rapat dinas para pejabat harus diselenggarakan di ruang virtual. Tetapi sayangnya tidak semua aktifitas kumpul kumpul bisa diselenggarakan di ruang virtual. Misalnya acara mantenan atau resipsi pernikahan. Ini termasuk contoh yang tidak bisa. Andai bisa di ruang virtual mungkin yang punyak hajat tidak gigit jari. Tidak merasa kecewa karena kepala Desa tidak mengijinkan untuk melakukan resipsi pernikahan. Kalau bisa, bagaimana acara makan makannya? Mungkin virtual juga. Tetapi dalam suasana yang serba sulit seperti itu,  teman teman PC Pergunu Kab. Sumenep mampu menyelenggarakan khotmil Al Qur'an dalam

Puisi: Akhmad Jasimul Ahyak

Get Google Kerut Waktu Sang Tuah Keriput wajah senjamu Serupa usia dedauanan lepas Rambut sewarna kapas Tumbuh... sebunga layu Tumbuh... satu-satu Tiap kali detik usiamu Gugur dari pohon yang ranggas Menuju ke tanah kubur Kau adalah sang tuah Tergurat kerut waktu di wajahmu Dalam dawai malam yang rimba Lantunan suara dzikirmu Laa ilaaha illallah... Astaghfirullah... Subhanallah... Alhamdulillah... Allahhu akbar... Menyebar aroma wangi Di sela rukuk dan hamparan tawarruk Menyatu dalam sujud Pada telaga AlifM u.

Covid-19 Efek : Bakul Dawet Ayu Pasrah Meski Dicekam Wabah

Foto Dok.Pribadi   Catatan : Herry Santoso Sari(25) memang  tak pernah mengenyam pendidikan tinggi. Cukup SMA, tetapi dalam menghadapi terjangan badai Covid 19 tak pernah gundah. Terbukti, meski kabut masih membalut pagi ia sudah bekerja meramu menu dawet ayu .         "Entah, sampai kapan Om, saya bertahan action di dawet ayu seperti ini, " ucapnya datar saat ditemui apoymadura.com di rumahnya Desa Jatilengger, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar.     Bagi desa yang letaknya 5 km sebelah barat kota.Blitar itu, dawet ayu memang cukup ironis . lantaran ada sekitar 14 stand yang berjajar di pinggir jalan provinsi (sekarang jalan nasional B, Red ) Blitar - Kediri. "Sehari dapat berapa ?" tanya penulis pada gadis cantik bersahaja itu. Ia pun mengaku jika rame mampu mengantongi Rp 300 ribu. "Tapi sekarang sepi. Dapat seratus saja ngoyo ," akunya setengah mendesah.   Foto Dok. Pribadi Image Buruk Sari Hapsari (begitu