Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Puisi

Antologi Puisi “Kemarau Hati” (2)

Puisi: Yant Kaiy Kampung Kemarau terik menyengat tanah kelahiran udara garing berhembus bawa debu rumput liar terbakar api iri sesama tersudut impian hijau kampungku bergeming menyongsong hari tak bermega sejumput hikmah teronggok di altar jiwa   kidung Sandur mengalun lirih mengembara terbawa angin merenda impian musim tak menentu memilih bangkit ketimbang sakit mencari setetes air di sumur kering di sela-sela batu kapur kambing pun dahaga di sana meratap parau memanggil nafasnya kembang-kempis ini salah siapa, tentu ulah manusia rakus, tak becus menjaga alam   hewan penjaga keseimbangan musim senantiasa mengutuk kita murka Tuhan memang tidak seketika belum cukupkah bencana melanda pelajaran buat manusia   di tengah dahaga menerkam tidur kerontang segala lamunan tembang Macapat menggauli langit berharap hujan segera tercurah diantara madah merayap menyempurnakan nuansa hati menyatu kembali ke mayapada   teringat k

Tembang Kemarau

Puisi: Yant Kaiy Arah jitu kemarau semakin tidak menentu. Sesekali tercurah hujan diantara elegi kemarau. Menjerit petani tembakau dan garam. Acapkali tanpa sadar kufur pun ternatal pada hati mereka yang kerontang embun iman. Tangis, tawa… Sudah biasa menjadi milik makhluk bernyawa. Mereka terbius gemerlap dunia, lupa akan ayat-ayat Tuhan tentang syukur.   Pada panas menyengat terhampar impian hujan segera datang. Kerinduan itu seolah mengalahkan uang dan jabatan. Dari sudut-sudut tempat ibadah bergema lantunan doa, barharap khusyuk tetapi melupakan sejati insyaf penyembuh angkara murka. Tidak cukupkah dosa-dosa kita dalam memperkosa alam ini? Sehingga keseimbangan musim tersamarkan bahwa bencana bukanlah ulah manusia semata. Lalu siapa?   Ketika tetes air terakhir habis. Sumur, sungai dan laut mengering. Tatkala tumbuh-tumbuhan tak lagi hidup. Akankah uang dan jabatan menolongnya?   Pasongsongan, 3/9/2021

Antologi Puisi Fragmen Nasib (41)

Karya: Yant Kaiy Jalan Pagi embun membasahi kelopak s ang gembala pada bajunya saat kuberang k at sekolah menempuh angan s emu di mayapada tergeletak, kubentangkan hasrat membuncah tak karuan b erdiri m enatap panorama indah seiring kemesraan jiwa l ukisan jati diri membuai bola mata serentang usia begitu pahit s elalu kubawa bekal hidup penyambung nyawa menenteng keletihan menampar harapan mengharu biru m e lapuk mimp i pembawa malapetaka, kehidupan pun tak karuan bersandar lenyapkan lara diantara detak jantung b ukankah pagi masih terlalu hijau dipenantian menggali tunpahan animo di petak - petak sawahku   menyusuri la m unan tanpa m akna berarti mengapuri kehangatan kasih ketika saling berdekatan darimu , seorang dara berparas ayu pembawa malam rindu m emacu langkah diri diayun har i- hari melelahkan lumpuhkan selera beraneka gerak tak bergairah kubacok rembulan dala m keterasingan menentang ma ut tak ayal raga bermandi darah berkolam-kolam melanda jiwa, merekayasa keo

Antologi Puisi Fragmen Nasib (40)

Karya: Yant Kaiy Akhir Agustus 1 pr oblema meng g unca ng gunung keyakinan silih-berganti menyerang tanpa ampun setelah di lapangan volly ball tawa dan canda menghiasi liku hidup   2 teman sekolah mulai berdatangan tanya sini tanya sana akrablah s uasana, bersahaja kupolesi beragam cerita pembawa b e rita berlomba menaklukkan puing kemelaratan mengeram sulit terelakkan   3 asmara mencam buk k eraguan -k eraguan ku me rawat beraneka halusinasi terbawa halimun mengembara, menyusuri rimba kenistaan dengan bahtera diombang-a m bingkan angin musin ke nadi - nadi kehidupanku . p agi sampai sore buah kenangan beg i tu mulus bergelinding kesebuah slogan asa merenda semangat tersisa. tanpa bisa dihindari t angis sesekali menetaskan lamunan diantara rimba mengubur kelaknatan memberondong raga terus menyobek tanpa ampun lagi. telah t ertata kegamangan lenyapkan permusuhan dan berkobarlah rindu menyiksa tidur beralaskan kabut mimpi terteror putus ta

Antologi Puisi Fragmen Nasib (39)

Karya: Yant Kaiy Masa Lalu banyak yang ingin kul u ki s kan pada kertas tentang kebodohanku ketika di sekolah dasar ditipu, ditodong sa m pai lahirlah sesal rasanya aku ingin membalas dendam biar tahu rasa, b i ar aku bangga menunjukkan kemanpuanku kini   berulangkali ku tamatkan cerita masa lalu namun tak bisa lantaran hati masih luka s ebenarnya aku tak mau dendam menjadi penggerak dalam kehidupanku berbalut derita kumau   sewajarnya bersosial kar e na penyakit itu sembuh oleh sabar   teman tetaplah sehat diperga u lan tak ada untungnya melaknat walau tetap ada segelintir kebencian menghiasi kemana langkah kakí aku tak peduli lagi. Sumenep, 27/08/ 19 89

Antologi Puisi Fragmen Nasib (38)

Karya: Yant Kaiy Jalan Gelap s eringkali kakí terantuk b atu di jalan kampung ta nah becek tetap kulalui begitu menyik s a tanpa selera lepaskan gamang dar i kulit kepastian naluri merangka k bentuk mimpi melambung ke awang -aw ang ternatal serpihan asa membanjiri halusinasi dikesepian jiwa acapkali melebar kekecewaan ketika bersamanya sebab tak selamanya khayal selaras kenyataan ada beda diantara keinginan kami berdua   b erderai dendam dalan selimut tatkala kalbu tersakiti merebut kemenangan tersusun kata sukar terurai kedalam sebiji protes c ukup lama kumenunggu berhenti darah mun c rat terkuliti daging benak melukiskan penyesalan tertutup kata - kata maaf yang sering terdengar berd osakah segala perilaku ?   menantan g keping kepahitan terurai mele m par jangkar keinginan dihempas gelombang meski aku sudah muak rayu manisnya t erlanjur mengutuki diri serba t a k mengerti apakah memang suatu kebajikan yang disuguhkan? mus

Antologi Puisi Fragmen Nasib (37)

Karya: Yant Kaiy Kutulis Apa Adanya perjalanan melelahkan tanpa bekal mengopeni, menyela m i jurang derita kupetik buah hikmah berserakan merenda hakikat kekecewaan menguak bulat tekad merah saga tertancap halusinasi di pinggiran kali kejernihan hasratku rasanya tak tertandingi hanya kehidupan abadi dengan iba di hati   selalu bersabar atas beragam coba tak terelakkan melebar l uka terbacok kesombongan kedengkian itu terus mengiris lembut jiwa tergambar bentuk bayangan wajah dara tercinta mengguncang hati layu diantara mimpi kureguk asmara derita menganga di bebatuan kutulis beraneka sengketa bersuara tak bermakna, menjerit tiada arti   kututup misteri menggoyahkan bahter a terlantun rindu tak terbalas atas kemunafikannya lepas dari sarang kepastianku melangkah membuncah kebencian tanpa arah diketerasingan kuberteriak panggil insan mereka tidak terketuk , bergeming dalam sunyi kubasuh tangan dari kotoran menelanjangi malam

Antologi Puisi Fragmen Nasib (36)

Karya: Yant Kaiy Meroko k dalam S unyi halimun acapkali mengembarakan ilusi mengurung asa di bilik bambu sempit me mbawa gairah hidup lebih jauh terkulai, tumpah emosi meniti wajah malam ke s unyian mendera tanpa i ba pada gelap kusulut sebatang r o kok di pengembaraan jiwa   berkobarlah insp i rasi mene n tang dingin s uasana kutak b erkutik diantara gersang puisi terbakar bulu - bulu jati diri di lumpur tak bertepi memandang sekitar menelanjangi susut amarah bintang pun be rkidung menyusuri tebing jiwa menara kebebasanku gemakan nuraní cucurkan luka begitu lamban jalan menuju puncak sukses   kubuang jauh segala nista kendati meronta diantara tangis melebar m alam dala m gengga m an mimpi asap nikotin terus menembus resah kuberanjak me mahat lorong gulita mengaburkan tatapan semua mata insan tak peduli hati atas derita mendera tiap detak jantung mengalir ai r mata tak darah polusi diri mencengkeram benak tak terelakkan