Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Opini

Mengamati Ruang Kosong Sepeda Motor Dibawah 100 cc di Indonesia

Catatan: Yant Kaiy Sudah sebelas tahun lebih saya kemana-mana mengendarai sepeda motor rantai 110 cc. Paling banter melarikan sepeda motor 60 Km/jam. Walau di speedo meter kendaraan tertulis 160 Km/jam. Intinya, bagi saya mubazir mesin motor besar kalau kebutuhan melarikan kendaraan kecepatannya tidak lebih dari angka 60 Km/jam. Sedangkan saat ini perusahaan kendaraan roda dua cc-nya semakin tinggi. Seiring itu pula konsumsi bahan bakar minyak, bayar pajak, ganti suku cadang makin membengkak biayanya. Baik secara langsung dan tidak, pabrik kendaraan itu telah menjadi penyebab utama habisnya cadangan bahan bakar minyak bumi sebelum waktunya. Berbanding terbalik dengan kampanye perusahaan kendaraan, bahwa jenis produk kendaraannya yang teririt di kelasnya dan paling ramah lingkungan. Semuanya gombal. Perusahaan lebih mengutamakan keuntungan dari pada kepentingan hidup penduduk di negeri ini. Sementara di negara asal perusahaan kendaraan tersebut, produk kendaraan roda dua mer

Modifikasi SO Pemkab Sumenep

Catatan: Yant Kaiy Bupati Sumenep Achmad Fauzi di awal 2022 melaksanakan amanat undang-undang dengan merombak Struktur Organisasi (SO) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep. Ada dua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) selama Januari mendapat sorotan masyarakat luas dengan adanya unjuk rasa. DPMD (Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa) yang belum kelar menyelesaikan kasus sengketa Pilkades Matanair Kecamatan Rubaru. Dinas Pendidikan (Disdik) Sumenep yang dipertanyakan keseriusan dan komitmennya menyelesaikan permasalahan pendidikan. Adanya disparitas (ketimpangan) mencolok antara wilayah daratan dan kepulauan. Baik dari infrastruktur, sarana-prasarana, termasuk guru. Urgensi kedua demontrasi itu memang berbeda. Namun sisi baiknya dapat ditarik garis lurus, bahwa warga masyarakat Kota Keris Sumenep menghendaki kebijakan berkeadilan dari semua pimpinan OPD. Dibutuhkan rencana kerja sistematis sehingga memperoleh capaian sukses membanggakan bagi seluruh lapisan masyarakat. Kit

Mencermati Aneka Warna Bantuan Pemerintah

Catatan: Yant Kaiy Membantu orang miskin pahalanya luar biasa. Tak ada satu pun orang membantah. Garansinya surga. Dosa-dosa luntur karenanya. Semua kitab agama manapun telah mencatatnya. Sejak kekuasaan Indonesia ada di tangan Presiden Joko Widodo, warna-warni bantuan deras mengalir pada masyarakat. Tumpang-tindih namanya. Semua berlabel: “Bantuan”. Sistem politik ini sah-sah saja diaplikasikan oleh penguasa manapun. Lantaran itu bukan jalan sesat dimurkai Tuhan. Tidak menyalahi perundang-undangan negara. Dari sikap dermawan ini akan menatalkan cinta-kasih terhadap pemberi bantuan. Fakta di lapangan, warga masyarakat yang tercover bantuan pemerintah tersebut senang bukan kepalang. Girang luar biasa. Terutama bagi mereka yang satu kepala keluarga menerima lebih dari satu label bantuan. Berbanding terbalik dengan mereka yang tidak tersentuh bantuan pemerintah. Padahal diantara mereka ada yang lebih pantas menerima manfaat. Kelompok ini kecewa, pasrah. Benih-benih tidak simpa

Siap-siap Didepak: Nasib Guru Honorer Tua

Catatan: Yant Kaiy Mengabdi jadi guru honorer puluhan tahun. Usia hampir mencapai kepala lima. Uban di kepala mulai terlihat. Gigi banyak yang tanggal. Baju, celana dan sepatu lusuh. Mafhum. Mereka dibayar tidak lebih Rp 300.000,- tiap bulan. Mungkinkah elegi guru honorer tua tidak terpotret oleh pemilik kebijakan negeri ini? Dedikasi mereka menguap terbawa angin lalu. Harapan menggantung di langit angan-angan. Buktinya, seleksi PPPK kemarin banyak diantara mereka tidak tercover. Padahal itu merupakan jalan satu-satunya bagi guru tua tersebut terangkis dari lembah kemiskinan. Rupanya kemampuan berpikir mereka kalah bersaing dengan guru honorer yang lebih muda. Mereka pun mempersiapkan diri terdepak dari posisinya. Karena ada penggantinya, yakni guru PNS dan PPPK 2021. Semoga tangis tak darah mereka ada yang mendengarnya. Guru honorer tua adalah putra bangsa berjasa besar bagi kemajuan dunia pendidikan kita.[]

Dua Potensi Sumber Daya Alam Pasongsongan

Catatan: Yant Kaiy Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep memiliki 10 desa. Sisi barat kecamatan ini berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Pamekasan. Ada dua potensi sumber daya alam menonjol yang tidak mendapat sentuhan atensi dan proyeksi dari Pemerintah Kabupaten Sumenep. Yakni hasil tangkap ikan nelayan dan tembakau rajang berkualitas super. Dari dulu hingga kini, hasil tangkap ikan nelayan Desa Pasongsongan terbilang besar. Ikan-ikan segar itu dijual kebeberapa daerah di Pulau Madura dan Jawa. Tak ayal puluhan ribu tenaga kerja terserap, menggantungkan hidup dari hasil tangkap ikan. Melihat realita ini sejatinya Pemkab Sumenep bisa memproyeksikan sebuah jurus jitu untuk lebih memakmurkan kehidupan para nelayan. Misalnya saat ini masyarakat nelayan membutuhkan cold storage dan pabrik pengemasan ikan siap konsumsi. Begitu pula hasil panen tembakau di sisi selatan wilayah Kecamatan Pasongsongan. Kualitas super tembakau Pasongsongan sudah terkenal dan banyak diminat

Bergiat di Dunia Tulis-menulis

Catatan: Yant Kaiy Panggilan jiwa. Begitu kira-kira jawaban saya terhadap sekian banyak pertanyaan para sahabat. Mereka menanyakan pendapatan saya dari dunia tulis-menulis saat ini. Saya bilang sejujurnya. Bahwa, dulu menulis di koran atau majalah honornya pasti ada. Media massa cetak membayar semua tulisan terpublis. Tapi kini berbeda. Dunia internet memberi kebebasan terhadap semua penulis dalam hal berkarya. Mereka dituntut berjuang keras mempromosikan sendiri hasil karyanya ke berbagai sosial media. Kalau personal itu sukses menggaet pembaca sebanyak-banyaknya, duit pun akan menghampiri. Ketika seseorang gagal mendapat massa, ia akan membutuhkan jangka waktu lama menggapai impian. Bagi mereka yang bukan panggilan jiwa akan tumbang dengan sendirinya. Mungkin mereka akan pindah ke dunia lain; meninggalkan dunia tulis-menulis.[]