Langsung ke konten utama

Biografi Hairul Anwar Masa Kecil (Bagian 7 dari 8 Tulisan)

Hairul Anwar, owner Goa Soekarno Pasongsongan-Sumenep

Catatan: Yant Kaiy

Ayah Hairul Anwar bernama Salim Muhni. Orang tua  Salim Muhni bernama Kiai Abdul Muhni. Sedangkan Kiai Abdul Muhni keturunan Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin (trah Arab). Biasanya ciri-ciri keturunan Syek Ali Akbar adalah berkulit kuning, rambut ikal bergelombang, dan tubuh gagah. Keturunan beliau banyak menempati Dusun Pakotan Desa/Kecamatan Pasongsongan.

Perlu diketahui, Salim Muhni mengenyam pendidikan agama Islam di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Ia seorang tokoh Nahdatul Ulama kharismatik yang punya banyak pengikut. Berjuang untuk kepentingan syiar Islam bagi Salim Muhni lebih utama dari pada sebuah jabatan. Haluan dari buah perjuangannya menjadikan nuansa keagamaan di Kecamatan Pasongsongan semakin kokoh tak terbantahkan seiring perjalanan waktu.

Berbeda jauh dengan jaman sekarang. Perjuangan para tokoh agama dan tokoh masyarakat mengalami metamorfose signifikan, bukan untuk kepentingan umat, melainkan kepentingan diri sendiri dan kelompok serta golongannya saja. Mereka manfaatkan kepercayaan khalayak umum untuk sebuah jabatan, pangkat, karier yang ujung-ujungnya duit sebagai tujuan akhir, sengaja dilapisi performan tulus memperjuangkan nasib umat. Penuh pura-pura, tipu-tipu. Hilanglah wibawa dari mereka.

Memang tidak semuanya, mereka berbuat begitu, sebagian para tokoh itu ada yang tetap berpegang teguh pada falsafah ikhlas berjuang buat umat. Sebagian lagi mereka yang berlabel pemimpin keagamaan hanyut terseret ke lembah nista karena ikut berpolitik juga. Dengan dalih tidak ada figur yang mempunyai falsafah agama kuat dan itu sangat berbahaya. Maka dicarilah dalil yang bisa menggiring opini publik bahwa figur terbaik adalah orang yang punya landasa agama dan ditokohkan oleh banyak pihak. Tetapi setelah terpilih jadi pemimpin, ia justru terlibat kasus penggelapan uang negara. Akhirnya masuk bui.

Syekh Ali Akbar tokoh penyebar agama Islam di pesisir pantura Pulau Madura pada abad XV dan beliau adalah paman Raja Sumenep ke-29, yakni Raja Bindara Saod. Ibunda Raja Bindara Saod, Nyai Nurima saudara sepupu Syekh Ali Akbar.

Syekh Ali Akbar meninggal dunia pada tanggal 14 Jumadil Akhir 1000 Hijriah atau bertepatan dengan Sabtu, 28 Maret 1592 Masehi. Kuburan Syekh Ali Akbar ada di Dusun Pakotan Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep.

Sementara itu, ibu Hairul Anwar bernama Hajah Subaidah. Ibunda Hajah Subaidah bernama Nyai Absa. Sedangkan orang tua Nyai Absa adalah Nyai Sitti. Nyai Sitti anak dari Ken Lian. Dan, Ken Lian berdarah peranakan Cina keturunan King. King berasal dari Tiongkok Tibet beragama Islam, masuk ke Pasongsongan pada abad XVIII.

King meninggal dunia di Surabaya setelah pulang dari tanah suci Mekkah, melaksanakan rukun Islam yang kelima, melaksanakan ibadah haji. King kemudian dikebumikan di kawasan pemakaman Sunan Ampel Surabaya.

Mencermati bibit, bebet, bobot Hairul Anwar memang tidak diragukan lagi. Ia keturunan orang hebat yang pernah mewarnai sejarah Islam di bumi Pasongsongan Sumenep. Kendati demikian, Hairul Anwar tak pernah membanggakan diri dalam hal itu. Menurutnya, manusia bergantung pada akhlak dan kepribadiannya sendiri. Manusia bergantung pada kecakapannya membangun segala apa yang dimiliki. Semua akan kembali terhadap diri manusia itu sendiri. 

Ketika manusia itu berbuat baik, maka kebaikan pula yang bakal didapatkannya. Sebaliknya, bila berperilaku jahat, maka keburukan pula yang didapatkannya. Walau keturunan raja sekalipun tapi tidak mau belajar ketika duduk di bangku sekolah, maka ia tidak akan menjadi penerus kekuasaan orang tuanya.

Begitu pula dengan anak seorang kiai, kalau ia tidak mau belajar tentu pondok pesantrennya akan tinggal puing-puing saja karena santrinya akan pindah ke pondok pesantren lain. Sama juga dengan anak seorang pengusaha, kalau tidak dipersiapkan sedini mungkin anaknya menguasai ilmu perniagaan, maka tinggal menunggu bom waktu  saja, kerajaan bisnisnya akan hancur berkeping-keping seiring waktu.
Membentengi ilmu kepada anak-anak sebagai generasi penerus merupakan tindakan bijaksana. Imbas kebajikannya akan kembali pada lingkungan sekitar, khususnya pada keluarganya sendiri.

Memang ada sebagian pendapat yang mengatakan kalau nasab itu cukup kuat dalam mempengaruhi perjalanan hidup manusia di alam semesta ini. Tapi semua itu kembali pada tingkah laku orang tersebut. Apabila semasa hidupnya selalu menebar kebaikan, tentu ia akan mendapat banyak kebaikan pula. Sebaliknya, kalau ia menebar keburukan maka tidak sampai meninggalkan dunia ini, ia akan mendapatkan balasan setimpal dari apa yang diperbuatnya.


Hal itu selaras dengan pepatah lama: “Buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”. Maksud pepatah ini, bahwa orang tua yang berakhlak dan bermoral baik secara manusiawi akan menular alami kepada anaknya. Walau ini bukan hukum mutlak, tapi beberapa kajian sejarah orang-orang terdahulu menunjukkan bahwa pepatah tersebut ada benarnya.

Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p