Langsung ke konten utama

Setia itu Mahal

apoymadura.yant-kaiy/foto keluarga bahagia dunia akhirat


Pentigraf: Yant Kaiy

Mendapatkan cintanya ternyata tidak sulit bagiku. Setelah melewati berbagai seleksi dan shalat istikharah akhirnya cintaku berlabuh pada Syifana. Padahal sebelumnya terlalu berliku jalan jodoh yang kulalui. Banyak sekali pengorbanan waktu, biaya, dan harga diri karena harus ditampik oleh mereka yang menghendaki kriteria pria harus begini-begitu. Tapi itu hak mereka. Tuhan itu Maha Bijaksana dalam menentukan pilihan istri terbaik bagi hamba-Nya yang sungguh-sungguh.

Menikah itu gampang-gampang susah lantaran banyak perbedaan diantara kami. Perbedaan meruncing pada satu titik dan lebur pada pijakan setia. Biduk rumah tangga kami pun tak lepas dari sembelit ujian (mungkin juga rumah tangga Anda). Kurangnya pengertian dari keluarga istriku telah menjauhkan aku dan anakku dari kumpulan perhatian mereka. Selalu salah dan salah setiapkali kami melakukan apapun. Salahkah jika aku muak terhadap mereka yang semestinya aku junjung setinggi langit sebagai kehormatannya? Aku tipe orang sederhana. Aku tak membutuhkan sanjungan atau semacam pengakuan. Yang kudambakan laut pengertian agar aku bisa berlayar mengarungi hidup bersama istri dan anak-anakku.

Sekarang aku kian jauh dari mereka. Ibarat hikayat orang tua, anaknya, dan keledai. Ketika keledai dinaiki salah, tidak dinaiki dikatakan bodoh. Hanya kesetiaan istriku yang mengurungku dalam persimpangan tentang tujuan hidup berumah tangga. Apapun alasannya, barangkali aku akan menentukan takdir bersamanya, selama-lamanya.


Pasongsongan, 19/2/2020

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p