Pentigraf: Yant Kaiy
Mendapatkan cintanya ternyata tidak sulit bagiku. Setelah
melewati berbagai seleksi dan shalat istikharah akhirnya cintaku berlabuh pada
Syifana. Padahal sebelumnya terlalu berliku jalan jodoh yang kulalui. Banyak sekali
pengorbanan waktu, biaya, dan harga diri karena harus ditampik oleh mereka yang
menghendaki kriteria pria harus begini-begitu. Tapi itu hak mereka. Tuhan itu
Maha Bijaksana dalam menentukan pilihan istri terbaik bagi hamba-Nya yang
sungguh-sungguh.
Menikah itu gampang-gampang susah lantaran banyak perbedaan
diantara kami. Perbedaan meruncing pada satu titik dan lebur pada pijakan setia.
Biduk rumah tangga kami pun tak lepas dari sembelit ujian (mungkin juga rumah
tangga Anda). Kurangnya pengertian dari keluarga istriku telah menjauhkan aku
dan anakku dari kumpulan perhatian mereka. Selalu salah dan salah setiapkali
kami melakukan apapun. Salahkah jika aku muak terhadap mereka yang semestinya
aku junjung setinggi langit sebagai kehormatannya? Aku tipe orang sederhana.
Aku tak membutuhkan sanjungan atau semacam pengakuan. Yang kudambakan laut pengertian
agar aku bisa berlayar mengarungi hidup bersama istri dan anak-anakku.
Sekarang aku kian jauh dari mereka. Ibarat hikayat orang
tua, anaknya, dan keledai. Ketika keledai dinaiki salah, tidak dinaiki
dikatakan bodoh. Hanya kesetiaan istriku yang mengurungku dalam persimpangan
tentang tujuan hidup berumah tangga. Apapun alasannya, barangkali aku akan
menentukan takdir bersamanya, selama-lamanya.
Pasongsongan, 19/2/2020
Apoiy Madura mantep😁
BalasHapus