Langsung ke konten utama

Postingan

Pendopo MS Arifin Menjawab Kebutuhan Masyarakat

Pendopo MS Arifin Pasongsongan-Sumenep. (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy Gagasan brilian MS Arifin (CEO Therapy Banyu Urip International) membangun Pendopo MS Arifin merupakan bentuk kepedulian terhadap tanah kelahirannya. Karena beliau adalah putra Pasongsongan; lahir dan besar di kecamatan ujung barat-utara Kota Keris Sumenep. Kepedulian disini maksudnya, bahwa MS Arifin telah membaca kebutuhan masyarakat akan tersedianya tempat untuk melaksanakan kegiatan yang melibatkan orang banyak. Pendopo ini berlokasi di Jalan Kiai Abubakar Sidik Dusun Lebak Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Pendopo MS Arifin bisa menampung kurang lebih 2000 orang undangan. Jadi sangat cocok untuk event-event berskala besar. Sedangkan tarif sewa pendopo akan lebih murah harganya dibanding tempat kegiatan yang ada di daerah lain. Menurut keterangan MS Arifin, pendopo tersebut diproyeksikan sebagai tempat pusat pelatihan Therapy Banyu Urip International. Tidak menutup kemungkinan juga p

Elegi Nasib GTKH PAI Sumenep Terkatung-katung

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen GTKH (Guru dan Tenaga Kependidikan Honorer) khusus Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar Negeri (PAI SDN) merupakan preseden buruk pada lingkungan dunia pendidikan di Kota Keris Sumenep tahun ini. Sedangkan ajang uji kompetensi PPPK bagi rekan-rekannya non guru PAI sudah dua tahap tergelar. Ini tentu sangat menyedihkan. Memang ada isu mengemuka, bahwa 2022 nanti akan ada seleksi PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) tahap III bagi guru berijazah S-1 PAI. Tapi hal itu hanyalah sebatas wacana. Hanya bunga-bunga tidur saja. Kepastiannya nihil. Karena pemangku kebijakan belum memberikan sinyal apa-apa. Menyikapi krisis berlarut inilah sebagian guru honorer PAI SDN ada yang memilih pasrah. Sebagian lagi ada yang menempuh pendidikan kembali, non S-1 PAI. Satu tujuannya, mengejar linearitas. Dengan begitu kans mereka akan terbuka lebar nantinya. Sebab lowongan guru PAI di SDN hanya satu. Dari sisi finansial kebanyakan guru honorer

Pelayanan Bagus Puskesmas Pasongsongan-Sumenep

Catatan: Yant Kaiy Bude menderita penyakit asma akut sejak masih muda hingga sekarang. Usianya sudah lebih kepala enam. Beliau punya anak satu, perempuan. Anak dan suami Bude tidak bisa mengendarai sepeda motor. Tatkala sesak nafasnya kambuh, selalu saya yang mengantarkannya berobat ke Puskesmas Pasongsongan. Biasanya dibonceng ganda oleh saya; Bude diapit anaknya di belakang. Banyak pengalaman pahit dan menegangkan dalam mengantarkan Bude. Disaat penyakit asmanya lagi menyerang, beliau seperti orang sakaratul maut. Pernah pula pingsan diatas kendaraan roda dua saya. Beruntung ada anaknya yang memegang dibelakangnya.   Jarak rumah Bude (Dusun Sempong Barat Desa/Kecamatan Pasongsongan) ke Puskesmas Pasongsongan kurang lebih 4 kilometer. Kami harus melewati jalan berbatu karena tidak beraspal dan sempit sekitar 1 kilometer. Jumat (24/12/2021), pukul 01.30 WIB  dini hari, asma Bude kambuh. Anaknya menelpon saya untuk segera diantarkan ke Puskesmas. Jalan licin berlumpur karena

Berserah Diri

Pentigraf: Yant Kaiy Setiap insan di alam fana ini tentu tidak ingin cintanya diduakan. Tidak terkecuali aku. Selalu berusaha menyembunyikan gejolak marah. Mungkin itu yang terbaik agar keharmonisan rumah tanggaku terpelihara. Aku mengimpikan ketiga anakku tumbuh sempurna. Tak terganggu lahar dendamku, mengalir deras ke sekujur raga. Tiada kehendak menanyakan tentang hubungan gelap suamiku. Walau kabar diluar santer menghias sudut-sudut perkampungan tempat tinggalku. Bahkan mulai banyak saran tersaji; ada yang baik, ada pula yang negatif. Terus saja aku bergeming. Tak goyah diterpa sakit hati dan kecewa membuncah. Setiku tak berbuah manis. Pengorbananku tersia-siakan.[] Pasongsongan, 23/12/2021

Takluk di Kakinya

Pentigraf: Yant Kaiy Aku dari keluarga terhormat. Kekayaan kedua orang tuaku dari jerih payahnya. Ketekunan, kegigihan dan kejujuran merupakan beberapa bagian penting dari mereka meraih sukses. Semua yang aku butuhkan tercapai, yakni bisa meraih gelar S-2 di salah satu negara di Eropa. Pulang ke tanah air, aku menjadi pengusaha muda. Kesibukanku tak terelakkan. Apalagi aku harus berani mengambil keputusan krusial dalam memenangkan persaingan. Tak jarang pula aku harus berani berspekulasi. Diusia kepala tiga lebih, hatiku terpikat pada seorang pemuda penjual bakso langganan ibuku di warung seberang jalan. Dia menggantikan ayahnya karena sudah berusia lanjut. Dia yang mengantarkan bakso ke rumah ketika kami membelinya. Yang membuatku terpesona padanya lantaran matanya tidak jelalatan meskipun aku mengenakan celana pendek dan T-shirt ketat. Pandangannya ditundukkan. Sikap hormatnya tidak berlebihan, tidak terkesan dibuat-buat.[] Pasongsongan, 22/12/2021