Langsung ke konten utama

Postingan

Antologi Puisi “Tawa Terperosok Duka” (5)

Karya: Yant Kaiy Se n yum Kepal s uan bukan segelas kopi pahit yang membuat diamku betah   bukan seb a tang rokok yang membu a t arah bicara k u beraturan   bu k an yang kau s uguhkan kue - kue pada setiap t a mu bu k an itu sahabatku tapi adalah tamu kau su n ggingkan s e utas senyum   yang jelas bukan sembarang senyum t a pi senyum tulus ternatal dari nuranimu   coba camkan s a tu kali saj a jika kau j a di a ku bet apa menyakitkan kau letakkan di mana wajahmu   atau k a u memang tak pern a h ter s enyum untuk dirimu sendiri? Pa songsong an, 18/12/95   Mengapa Harus Du s ta J adi Senjatamu? bu a t s ahab a tku, l aila su s anti   c and a mu renyah mengundang senyum pelipur lara menghapus duka tersisa aku b angga padamu , d a ra   g erakanmu gemulai membuat rindu berkobar dengan perasaan meng g ebu lalu kuterpaku seorang diri   ketik a kuingin kejujuran hatimu kau men g hindar s angat ja u h

Antologi Puisi “Tawa Terperosok Duka” (4)

Karya: Yant Kaiy Cinta Di a mmu kekasih , s esu n gguhnya apa yang kau inginkan dariku? jujur sajalah! biar persahabatan kit a abadi jangan k a u si s ipkan naf su-nafsu a gar semu anya tak jadi salju   kekasih , tak usah kau terjemahkan lain kebaikanku p ada mu sebatas s a habat tidak lebih dari itu   jangan kau kacaukan se kali lagi kuberharap agar tak berujung kecewa apalagi sampai terluka   pengertianmu adalah penawar lara percayalah ! Pa songsong an, 05/12/95   Ob ses i kutak m am pu menghindari t erpaa n angin hasrat meruah di permukaan dinding kalbu, menyatu dalam g e lap lamunanku tak tentu kiblatnya. adakalanya m e nyentak me m eras kering a t p ikiranku. lalu aku ambruk p a da re a lita diri s ebelum hanyut terbawa pad a penge m bar aa n menyesatkan.   jauh hari aku telah menorehkan animo tak k a ruan karena sunyi dan kesendirian terlalu abadi meny a tu kuat pada mal am lelahku. tak perlu kiranya aku menyalahkan

Antologi Puisi “Tawa Terperosok Duka” (3)

Karya: Yant Kaiy Dialog Dia m Yang Mah a Pencipta, mengap a aku kadang bimbang menghadapi fitn a h yang membawaku p a da a m arah tak ber pantai sehingga ketenang a n rumah tanggaku goyah kendati tidak tenggelam dala m neraka jahanam namun c ukup mengecew a kan bagi liku hidup kami   Yang Maha Pengasih, ketik a mereka menjebloskanku pada kebusuk a n-kebusukan yang disengaja ken apa mulutku k au kun c i terlalu rapat sehingga aku kal a h di depan mereka walau hakikatnya menang dal am peluk - Mu limpahk a nlah maha kasih-Mu agar la u tku t a k kering atas ulah mereka   Yang Maha Penyayang, mengape tek j ar a ng ga m ang aku mel a ngkah di j al an-Mu akibat terlalu kuat mereka mendorongku p a da fatamorgana kesenang a n fana a d aka h senyu m -Mu kelak ma m pu mengusir resahku atau justru aku nanti terbuang? Pa songsong an, 02/12/95   M enjelang S e nja tatkal a k u teriakkan ber agam kece wa di sudut- sudut k ampung

Antologi Puisi “Tawa Terperosok Duka” (2)

Karya: Yant Kaiy Basa-Basi B i sa Bisu k au tak pernah diam c elotehmu mengandung ta w a, lepas tingkahmu tak berlebihan tak menjemukan di dekatnya aku suka semu a itu   s aa t kuungkapkan kejujuran hati seketika k au terpaku, bisu kucoba sekali lagi k a u justru membeku tidak ub a hnya batu. Pa songsong an, 19/11/95   Dalam Kesunyian kuterkurung ber s ama luk a pedih s enantias a kur a sakan s ekali lagi ku c oba mengai s asa ditengah keter a singan yang menyiksa ji wa mendera seluruh gairahku mungkinkah kutemukan ujung da m ai itu at au mungkin hanya pemoles bibir pengobat h a ti kian r a puh? Pa songsongan , 21/11/95

Antologi Puisi “Tawa Terperosok Duka” (1)

Karya: Yant Kaiy Persembahan Say a persembahkan antologi p u isi “Tawa Terperosok Duka” ini buat A y ah ter c inta, dimana belia u telah memb a n g kitkan ani m o untu k senantias a berkiprah dibidang sa s tra, sehingga perjuangan saya terus terpupuk dengan baik. P erjuan ga n tanpa kenal lelah itu menjadi kebulatan tekad untuk s elalu ber karya tanpa ada kalimat menyerah . Aku cinta Ayah.[]   P rolog A da s emacam keraguan, kebimb a ng a n, ketakutan, keresahan, kerunyaman, kekalutan, kebingungan dan entah apa lagi yang me m en u hi ruang pikiran s aya ketika w akt u demi wa k tu saya s peci a lkan hanya untuk mengumpulkan p uisi-puisi ini. N a mun s aya tak dap a t berdi a m diri t erus-menerus menekuri ob s esi yang berantak a n . Pa ling tidak saya harus bisa membagi -b agikan "kado" ini bagi s iapa sa ja yang mau mengerti tentang jeritan, kelepak, derita , luka menganga, kungkung a n yang menyembelit sesamany a .   Perlu digaris-bawahi, bahw