Langsung ke konten utama

Postingan

Netizen Menghujat Pembunuh Indah Ambunten

Pelaku pembunuhan bocah berusia 4 tahun diapit oleh petugas kepolisian. Catatan: Yant Kaiy Terungkapnya kasus pembunuhan bocah 4 tahun bernama Selvy Nur Indah Sari, warga Desa Tambaagung Ares Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep, membuat heboh segenap warga Madura.   Berawal hilangnya Indah (panggilan korban) pada Ahad (18/4/2021). Mayat Indah baru ditemukan Rabu (21/4/2021) dalam kondisi terbungkus karung di sebuah sumur tua di Dusun Pandan Desa Ambunten Tengah Kecamatan Ambunten.   Dalam waktu sekejap, berita penemuan mayat Indah itu tersebar ke berbagai sosial media. Tanggapan netizen berseliweran di dunia maya. Sebagian besar dari mereka menghujat pelaku pembunuhan tersebut.   Diketahui pelakunya adalah tetangga dekat korban. Seorang perempuan berinisial SL (30 tahun). Sekarang pelakunya telah ditetapkan sebagai tersangka dan meringkuk di balik jeruji besi.   Atas perbuatan keji tersebut, rumah pelaku banyak didatangi warga dengan sikap geram.   Dari balik p

Antologi Puisi “Lazuardi Asa” (33)

Puisi Karya Yant Kaiy Pelita Malamku hujan berjatuhan ke kamar tidurku sebagian gentingnya terlalu tua diterjang badai asmar a pelita di hatiku k ini redup kadang ditiup angin nakal hingga hampir saja gelap   hujan tak mau berhenti menyerang ketentraman abadiku terlukis sepotong kemiskinan mengembara ke sekujur pori raga letih kumenghindar dari terpaan hujan di kamar sampai termimpi seiring malam. Sumenep, 15/04/90   Kaulah Yang Maha S uci kar e na - Mu aku dapat hidup berikanlah kekuatan iman di dadaku! aku hanya dapat berserah diri Engkaulah Yang Maha Mendengar segala doa yang terlantun berikanlah tongkat ketabahan pada kedua tanganku ! Sumenep, 15/04/90   B iodata P enulis : Yant Kaiy lahir di Kecamatan Pasongsongan- Sumenep,1971. Kumpulan puisi "Wajah Malam" dituli s saat saya akan keluar dari bangku SMA serta menginjak bangku SM A. Semoga kehadiran antologi puisi ini bisa menghiasi kehidupan anak-anak say

Antologi Puisi “Lazuardi Asa” (32)

Puisi Karya Yant Kaiy Setetes Riang sudah datang pagi ini s etetes embun ceria pagiku membasahi jingganya hati yang membeku ditelan kebencian memanggang emosi berarti kuterdiam lantaran kutak berhasrat menumbangkan duka biarlah duka tetap milik insani riang adalah arena bagi keberlangsungan kehidupan merombak berkecamuknya galau di kalbu sarat nan tersulam benang- benang bahagia menanti uluran tangan dari sesama senasib dan seperjuangan. Sumenep, 13/04/90   Bangkitlah Jiwa yang Mati terus kutelusuri jalanan berbatu itu terbentang di bola mataku samudera membiru dalam dadaku , menyaksikannya tercambuk angan ku membangkitkan gairah dari kematian jiwa tak berdosa. Sumenep, 14/04/90

Antologi Puisi “Lazuardi Asa” (31)

Puisi K arya Yant Kaiy Bidadariku parasmu melintas di benakku kucari titik terang jalan nasib semata tertuang khayal terpesona ke dalam gelas kupeluk erat tubuh rampingmu kukecup mesra bibir merahmu, namun itu semua hanya dalam mimpi melelahkan...   kuingin s e lalu dekatmu maka di taman hatiku penuh sonata asmara merangkai hari - hari jadi ceria men eli sik kebimbanganku dengan kasihmu. Sumenep, 13/04/90   Mengaji Kegagalan tertanam gairah hidup diri di bumi ger s ang tak bertuan kukian peduli mengarungi s ejuta coba terlahir kegagalan demi kegagalan t e lah mengeratku ke lembah lar a terangsang rasaku menendang kecewa berlarut - larut mengeram di lintasan bianglalaku gerahnya suasana keluargaku membuat kut ertanam di timbunan asa menguraikan kalimat penyesalan yang amat berharga lucu memang, tapi itulah sebuah kenyataan pahit y ang kuteguk bersama nasib   kini kuberjalan tanpa i lus i lagi. Sumenep, 13/0

Antologi Puisi “Lazuardi Asa” (30)

Puisi Karya Yant Kaiy Prahara Cinta Semusi m seringkali kumemahami tingkahmu menelanjangi senja menjingga bianglala asmaraku seakan terpasung kini kutak mampu lagi bangkit seorang diri tanpa keinsyafanmu menyirami duka luka menggerogoti sekujur bumiku   ternyata harus kuakui betapa pun berat meninggalkan tapak kaki cintamu di rerumputan menghijau hatiku menanti kasihmu kembali namun buat apa? bah, percuma saja menyesali ! Sumenep, 10/04/90   Air M ata menetes ke lembah tak berdosa bermacam penyesalan silih - berganti kubiarkan halusinasi mengembara terlelap di derasnya doa nyanyianku seolah tak bersuara menepis kegamangan ternatal kebencian berbuah dendam pancaroba yang memuai bersama badai emosi ke sekitar gubukku berteduh mencari kebajikan di lubang kehidupan berbaur dengan kelam ot a kku tak pernah terbayangkan selama i ni peristiwa menyakitkan mataku memang tetap a kan kuba wa selama nyawa jadi sahabat seti a ku b