Langsung ke konten utama

Postingan

SDN: Rekreasi atau Haflatul Imtihan

Catatan: Yant Kaiy Sebagian besar Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kota Keris Sumenep cenderung memilih berwisata pada masa libur sekolah. Terutama pada waktu memasuki musim libur kelulusan bagi kelas VI. Kegiatan rekreasi ini dinilai positif bagi banyak tenaga kependidikan untuk mengenal wisata dan budaya daerah lain. Tapi sisi lainnya, wali murid terbebani soal anggaran. Lantaran biaya transportasi dan tiket masuk tempat wisata, plus uang jajan anak didik tidak sedikit. Berbeda dengan Lembaga Pendidikan Islam (LPI), mereka lebih memilih Haflatul Imtihan sebagai bentuk lepas-pisah peserta didiknya. Pada dasarnya Haflatul Imtihan diisi oleh kegiatan lomba-lomba, mengasah kecerdasan dan ketangkasan para siswa. Biasanya penutupan Haflatul Imtihan diisi acara doa bersama dan pengajian. Seluruh komponen tenaga kependidikan dilibatkan, termasuk komite sekolah, tokoh masyarakat setempat dan wali murid. Mereka lebur jadi satu, bersuka-cita. Jurus ini ternyata signifikan dalam menja

Segera: Sikat Habis Tambak Udang Ilegal

Moh Ramli, Ketua Tim Penanganan Tambak Udang Pemkab Sumenep. Catatan: Yant Kaiy Menjamurnya tambak udang di Kabupaten Sumenep mendapat atensi dari Moh Ramli selaku ketua tim penanganan tambak udang Pemkab Sumenep. Seperti diberitakan banyak media online di Kota Keris Sumenep, Kamis (12/5/2022), bahwa ada sebanyak 700 lebih tambak udang ilegal yang beroperasi. Sedangkan yang mengantongi izin dari Pemkab Sumenep ada 26 tambak udang. Ini tentu sangat ironis. Masyarakat awam hanya bisa menanti action tim penanganan tambak udang Pemkab Sumenep. Mampukah tim bekerja maksimal untuk menertibkannya? Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

Gempa Berkekuatan 3,9 M Guncang Batuputih Sumenep

SUMENEP – Gempa bumi mengguncang Kabupaten Sumenep Madura Jawa Timur dengan kekuatan 3.9 Magnitudo. Kamis dini hari (12/5/2022). Salah tokoh masyarakat Desa Badur Kecamatan Batuputih, Atnawi menyampaikan melalui WhatsApp, bahwa getaran gempa dengan kekuatan 3.9 magnitudo sangat dirasakan sekali di warga masyarakat di wilayah Desa Badur.  “Getaran gempa sampai 2 kali secara beruntun dan cukup keras dirasakan masyarakat Desa Badur. Tak ayal masyarakat yang sedang tidur sontak terjaga. Mereka banyak keluar rumah,“ terangnya. Lebih lanjut, Atnawi menyampaikan, ”Kalau korban jiwa insya Allah tidak ada. Saya hanya bisa mengimbau para Kadus untuk mengkroscek keadaan di setiap dusun agar mendata, barangkali ada kerusakan bangunan," pungkasnya. Sebelumnya, melansir dari Twitter Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan, pusat gempa berada di 21 kilometer arah timur laut Sumenep pada kedalaman 10 kilometer. Lokasi gempa ada di koordinat 6.89 Lintang Selatan

Desa Pasongsongan Bakal Miliki Pengolahan Sampah

Kades Pasongsongan, Ahmad Saleh Harianto. (Foto: Yant Kaiy) SUMENEP – Informasi kalau Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep bakal memiliki sarana pengolahan sampah terlontar dari Kades Pasongsongan, Ahmad Saleh Harianto. Sabtu (7/5/2022). “Kami telah melakukan studi banding di Kediri dan Malang tentang pengolahan sampah masyarakat. Sampah tersebut nantinya dimanfaatkan menjadi pupuk,” terang Harianto dikediamannya. Tindakan peduli lingkungan Kades Pasongsongan ini akan menjawab kekhawatiran warga setempat. Karena sungai di Pasongsongan sudah lama menjadi tempat pembuangan sampah. “Selama ini sampah di daerah padat penduduk menjadi keprihatinan semua pihak. Tidak terkecuali di Desa Pasongsongan,” ujar Harianto lebih jauh. Impian seluruh warga untuk memiliki pengolahan sampah bakal menjadi kenyataan dalam tempo yang tak terlalu lama. Hal itu seiring adanya keterlibatan Pemerintah Kabupaten Sumenep dan dinas terkait. (Kay)

Penipuan: Tutup Pencatat Meter PLN

Alat pencatat meter PLN milik salah seorang warga Desa/Kecamatan Pasongsongan. (Foto: Yant Kaiy) SUMENEP – Sikap meyakinkan dari oknum yang mengatasnamakan mitra PLN telah banyak meresahkan warga masyarakat Dusun Sempong Barat Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Sabtu (5/5/2022). “Dia langsung main pasang tutup pencatat meter PLN tanpa persetujuan harga. Setelah terpasang oknum tersebut minta duit Rp 50 ribu,” cerita Supiya (56 tahun), janda cerai mati. Memang ada tetangga Supiya yang menolak untuk dipasangi tutup pencatat meter. Bahkan ada yang terpasang, lalu dibuka lagi dengan alasan tidak punya uang. “Oknum mitra PLN itu terlihat kecewa dan nada suaranya tinggi ketika saya menolaknya mentah-mentah,” terang Sundari (41 tahun), tetangga Supiya. Sundari berpikir kalau dirinya berhak menentukan pilihan. Lagi pula pencatat meter PLN miliknya tidak bermasalah. Kalaupun ada gangguan, perempuan ini langsung menelpon call center PLN. “Saya harap oknum mitra PLN itu m