Postingan

Antologi Puisi “Tawa Terperosok Duka” (19)

Gambar
Karya: Yant Kaiy Wajah -w ajah kau ketuk juga pintu hati ini dari sekian kebisuan dari sekian kegamangan dari seki a n ketid a kpastian karena aku sudah tahu banyak meski hanya sebatas cerita   entah meng apa aku begitu sulit memberi nilai perc aya cukup beralas a n memang sebab aku tak ingin terjeb a k duk a y a , luk a ku masih belum pulih   salahk a h bil a itu j a di keberatanku? kurasa tidak, kekasih mungkin hanya w a ktu temp a t dimana kit a menghormatinya   kumasih mau ber c ermin buat mu akan kuhormati penanti a nmu. P a songsong a n, 27/12/95   Aku lah Rumput masih belum puaskah ? kau meny a kitiku kau menginjak harga diriku   masih belum pua s k a h? terlalu sering aku mengalah terlalu sering aku tersiks a seb a b bagimu aku ru m put makan a n binatang   masih belum puaskah ? ka u men a mparku kau menfitnahku kau koyak semua yang ada pad a ku   masih belum...

Antologi Puisi “Tawa Terperosok Duka” (18)

Gambar
Karya: Yant Kaiy Di Bawah Rindang Bambu teruntuk, endang   seng a ja kuh a dir tanpa memberi kabar sengaj a pul a kutak berdandan rapi sebab tak punya baju dan celana baru namun bukan alasan jitu kau menolakku atau kau telah m enyu m pahi dirimu? har a m lantaimu terinjak kakiku   sungguh terlalu k a u ciptakan api permusuhan hanya demí gengsi bar a ngk a li   sebelu m nya tak terbayangkan olehku keb a ika n mu ternyata racun mem atikan kau jebak d iri ku   kuharap kita berju m pa lagi d alam waktu yang tak kau kehend a ki. Pa songsong an, 26/12/95   Penyiar Idola ras a penasaranku terobati kini kala kau menjawab si m patiku begitu transparan   aku pun membatasi diri kau punya banyak p engagum   s uar a mu terdeng a r dimana - mana dala m sebuah rumah di k a mar mandi di ruang w c di l a utan luas di k a mpung - kampung kumuh t a k sadarkah dirimu jik a a da yang terg...

Antologi Puisi “Tawa Terperosok Duka” (17)

Gambar
Karya: Yant Kaiy Gelor a t ak Sampai buat adikku, ho   telah kuukir kalimat manis untukmu ungkapan suara hatiku sebenarnya tapi kau terlalu jauh, dan sangat kecil kau m endengark a nnya dari sik a p m u s udah bis a kutangkap kuskets a kan pada nad a bic a r a mereka mana m ungkin semuanya berj a lan sesu a i arah m a t a a ngin   pernah terlintas dal am benak barangkali kita ta k kan sang g up berd a mping a n m emadu kasih tulus sesuai h a rapan mereka betap a kecewany a nanti bukan hany a kit a, tapi mereka jua   kit a renungkan kembali j a ngan terlalu menuruti kehendak hati agar tidak menjadi golongan orang merugi. Pasongsongan , 25/12/95   I m pian Semalam terlalu b a ny a k ingin kuungkapkan d a ri sakian ribu perjal a nan usi a tak jar a ng hany a isapan jempol belak a untuk mengi m bangi a rah bicar a mereka sementara kau ki a n tak peduli   pada kesempatan ketiga kali tata p mu...

Antologi Puisi “Tawa Terperosok Duka” (16)

Gambar
Karya: Yant Kaiy Bukit putar a n rod a becak pelan telah membawaku diantara bukit jalan berlubang tidak bersahab a t tak membuat lelah berkepanjangan kerena sebenarnya disini tempat damai bisik hatiku paling dalam sembari menik m ati udara sejuk. Pasongsongan , 25/12/95   Selepas Tidur kadang aku harus bertanya kembali akan makna sebuah perj a lanan diri cukup banyak uang kuh a mburkan demi nilai persah a batan hati kecilku berontak pada keny a t a an   kepergianku mem a ng spontanitas tak terkonsep jauh sebelumny a tapi m eng a pa harus ada penyesalan mengg am bari pagiku nan ind a h dihi a si k a but dan kokok ayam   sering kudituntut untuk bi cara mas a depan perkawinan dan pekerjaan na m un aku masih belum sanggup masih banyak harus kuselesaik a n buk an aku munafik aku justru iri pad a sah a batku yang tel a h mampu m andiri. Pasongsongan , 25/12/95

Antologi Puisi “Tawa Terperosok Duka” (15)

Gambar
Karya: Yant Kaiy Mata Nakal pertam a kumen a tapmu aku telah menangkap aroma nakalmu menggodaku tanpa b a tasan l a gi l a ntas aku menggebu terlalu seru   lalu tidak hanya itu k a u se m akin menggil a sengaj a kau menyingk a p rokmu wow, p a h a mulus itu di depanku d a rahku terb a k a r habis p a ndang a nku nan a r tak karuan aku hanyut dal a m ira ma mu   rup a ny a bukan usia yang membu atm u sadar seutuhnya hingg a kapan kau mohon ampunan-Nya? Pasongsongan , 24/12/95   C a nda da n Kekecewaan buat mulya   kau puisikan perjalanan kita ad a desah n a fas keke c ewaan terpantul menukik pad a langkah - langk a h lelah dan tidak bergairah namun kita beru s ah a untuk tersenyu m diant a r a keringat mengalir deras   kemudian kit a catat tempat pariwisata ser a y a menggali peninggalan sil a m dari sumur ke kol a m ren a ng tapi tak ada perempu a n menghibur kit a kecu a li s...

Antologi Puisi “Tawa Terperosok Duka” (14)

Gambar
Karya: Yant Kaiy J a tuh d al a m Pelukan buat lia   keluguanmu menghanyutkan pesonaku seakan mend a p a t sebutir permata walau kecil di mata mereka toh, kau telah mengobati kecewaku d a lam perjalanan yang kugariskan sebelum rintik berhenti di pengembaraan mengidungk a n kegundahan mencabik   sentuh a n gemulaimu di jiwa bahwa senyum lepasmu membuat lebur segal a ny a bahkan, kau sen a nti a sa menemaniku p a da seujung kes em patan sempit   s impanlah rindumu aku pasti d a tang kemb a li. Pasongsongan , 24/12/95   Sungai Air Mata bukan kemiskinan siksa itu ternatal tapi fitnah menghancurkan asa kami ketika mereka memvonis biadab terhadap tingkah kesalahan yang belum pernah kami perbuat   semua orang tahu kau telah melanggar dosa hanya terselematkan baju kekayaanmu atas kuasa dipaksakan pada kaum awam pengertian dangkal mudah disusupkan pada alam pikir mereka haus harta   kami teru...

Antologi Puisi “Tawa Terperosok Duka” (13)

Gambar
Karya: Yant Kaiy Sung a i Senja k a u lebih banyak diam aku tahu itu bagian s ikapmu tak pantas aku memak sa kehendak u a palagi status kita masih belu m pasti   sungai kasihku mengalirkan asamu aku sendiri juga tak tahu harus berkat a ap a di depanmu gerakanku jug a begitu kaku hasratku lalu cair tanpa sebab mengkristal di a ntar a b atu- batu sungai temp a t b a ju, kutang dan celan a dita m b a tkan   kita tingg a lkan senj a p a da sungai m eng a lirlah dengan ten a ng seiring l a ngkah k a ki d a n b e nak   dian m a tamu t iba- tiba mengusikku kukecup dala m inpi a n kau tersenyum penuh arti kini kutak mengerti dibalik senyummu sungguh . Pasongsongan , 23/12/95   Perjalanan Hasrat kususun kembali kolase a ng a n a da bayangmu mencubit musim kuterjag a sebelum mel a ngk a h perasaan berat telah mengu a sai pribadiku kuserahkan pada situasi malam beribu - ribu tangan m emintaku aku a...

Antologi Puisi “Tawa Terperosok Duka” (12)

Gambar
Karya: Yant Kaiy Elegi Rindu Semusim sama sekali tak ada niat aku menutup tentang jati diri sesungguhnya tentang suasana tanah kelahiran tentang keluargaku yang teraniaya tentang duka mendera raga tak berdaya hidup seperti dalam jurang neraka   kukupas hingga tak bersisa kau terbawa pada iramaku air mata pun tumpah ke permukaan nurani tiada yang mau ambil peduli sejumput pun tidak ada perasaan senasib dari kawan lama dari vonis berat sebelah pada keluarga memenuhi ruang hidupku   kalaupun kau bangga terhadap kami itu sesungguhnya hanya pemanis bibir tak mungkin lagi aku terlena bukankah begitu orang tua mengajariku masih kuingat itu semua   setelah sekian lama kita merajut impian dalam satu arah, menuju kejujuran menuju arah fantasi beraromakan senyum kita dipertemukan kembali detik ini apakah kau merasakan nikmatnya? Pasongsongan, 28/08/95   Perjump a an buat lilik   kutelusuri sekitar rumah it...

Antologi Puisi “Tawa Terperosok Duka” (11)

Gambar
Karya: Yant Kaiy Cemburu dan Benci rasa bersalahku kian membuncah menjerat sekujur persendian padamu sebelum meninggalkanku merana seorang diri menyesali takdir di kamar dalam keterasingan berbaur cemooh acapkali terhempas lamunan   kusadari sepenuhnya sekian lama pelitamu cukup menerangi gelap kalbuku aku jadi membenci diri sendiri mengapa kusikapkan satu kesalahan tanpa ada satu pertimbangan sebelumnya. Pasongsongan, 29/08/95   Jalan Malam malam ini mengingatkanku pada masa dua tahun lalu tidak banyak berubah kasihmu terlalu tulus kunikmati membuatku teduh di kotamu aku tak mampu membalas semuanya kecuali hanya bisa mengimbangi opinimu dan membawaku pada realita dimana kita pernah berjuang penuh harap dimana kita pernah menangis bersama jika hati teriris kecewa lalu kita geliatkan harapan terpendam pada gelombang samudra menggunung yang berkecamuk tiada peduli topanpun berhenti dikehangatan usia tatkala kita a...

“Sang Penyair” di Lesehan Sastra Lesbumi Pasongsongan

Gambar
Catatan: Yant Kaiy Malam ini (Selasa, 1/6/2021), di Kantor MWC NU Pasongsongan-Sumenep digelar Lesehan Sastra Lesbumi Pasongsongan dengan membedah cerpen “Sang Penyair” karya saya. Hadir sebagai pembanding Maniro AF, salah seorang wartawan media online Yogyakarta. Sedangkan moderator Ebi Langkung, penyair nasional yang karya-karyanya bertebaran di mass media.   “Sang Penyair” dipublikasikan pertama kali disalah satu koran terbitan Jakarta, Swadesi (edisi Minggu, 4/8/1991). Cerpen ini terinspirasi dari kedekatan saya dengan seorang sahabat. Dia sering berkunjung ke gubuk saya di Dusun Pakotan Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Dia belajar menulis sastra pada saya, terutama puisi.   Karena guncangan permasalahan dan pertentangan pribadinya sama kedua orang tuanya, teman saya ini akhirnya menjadi orang gila. Sungguh kasihan. Lebih tragis lagi, dia harus meninggal dunia dalam pemasungan.   Demikian sekelumit tentang cerpen “Sang Penyair”.[] ...