Antologi Puisi “Bahtera Janji Dusta” (7)
Karya: Yant Kaiy
Peluru Terakhir
kuledakkan
semua kejujuran yang tersisa
sama
sekali tak bersisa, ya
demi
keselamatan jiwa terlupa
dan
senanti asa terancam bahaya
sementara
kau masih tak mau bicara
sekian
lama kuterbalut kecewa
peda
laut penantian di tengah pengembaraan
justru
semakin jauh kau berlari
meninggalkan
kebersamaan pancaroba jiwa
bagai
kemunafikan diri terkunci
rapat
dan tiada berarti lagi
dalam
menyusuri kemesraan
dalam
neniknati hari yang tiada sepi
walaupun
peuh gejolak masih tertahankan
masih
bisa terkendalikan secara pasti
namun
sebaliknya yang kamu alami
tak
ingin berbagi duka pada cuaca tertentu
kesulitan
yang kuperoleh untuk mengimbangimu
sedang
peluru keterusteranganku tak kau hiraukan
kuharus
begaimana legi menjamahmu
akankah
berarti pengorbanan pedih hatiku?
Pasongaongen,
21/01/92
Keselarasan Yang
Tercerai
tak
mampu kupertahankan lagi
pada
kenyataan pahit mengiris sukma
kau
pun tak merasakan apa adanya
karena
darah liarmu, atau
kebangsatarmu
yang menyeretku
sampai
kucetuskan ujung langkah terakhir
biarpun
kau mengiba penuh harap
seluas
samudera hasrat itu menggoda
tapi
hati kurasa cukup terluka
atas
tingkah semaumu
biarlah
tercerai....
Pasongsongan,
22/01/92
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.