Langsung ke konten utama

Covid-19: Ancaman Maut dan Kebohongan

Grafis: Akhmad Jasimul Ahyak

Opini: Yant Kaiy

Ditetapkannya Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura sebagai daerah yang berada di lingkaran zona merah, memunculkan banyak argumen dari para tokoh publik. Pro-kontra dari komentar mereka menatalkan kisruh yang berimbas pada metamorfosa tatanan sosial budaya kehidupan masyarakat di sekitar tempat tinggal pasien Covid-19.

Pada Minggu (28/6) Humas Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumenep, Ferdiansyah Tetrajaya dalam konferensi pers menyatakan, ada seorang remaja perempuan berasal dari Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Sumenep berusia 15 tahun dinyatakan positif terpapar virus corona.

Otomatis masyarakat luas percaya dengan pernyataan Ferdiansyah Tetrajaya lantaran sebagai corong pemerintah. Sontak kabar tersebut mendapat perhatian publik, utamanya para tetangga pasien Covid-19. Kegemparan itu tiba-tiba drastis senyap seiring adanya “kebohongan” dan kejanggalan dalam perlakuan terhadap pasien.

Kronologi “kebohongan” dan kejanggalan yang ditangkap tetangga pasien antara lain:
1. Ada pemberitahuan kepada Kepala Desa Panaongan pada Sabtu (27/6) bahwa ada salah satu warganya positif Covid-19. Hasil swabnya pada Jum’at (26/6).
2. Keterangan pers dari Humas Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumenep, bahwa pasien sudah dirapid tes pada Kamis (18/6). Padahal dirapid tes Kamis (25/6) sekaligus swabnya di Pondok Pesantren Al-Karimiyah Braji Kecamatan Gapura Sumenep.
3. Di rumah pasien dilaporkan oleh Humas Satgas Sumenep telah dilakukan penyemprotan disinfektan, namun kenyataannya tidak ada penyemprotan.
4. Yang menjemput pasien ternyata hanya satu orang, yakni sopir kendaraan yang mengenakan APD. Bukan sebuah tim, sedangkan personil dari Puskesmas Pasongsongan tidak ada yang ikut.
5. Pasien duduk di dalam mobil berkumpul dengan kedua orang tuanya.
6. Swab sejatinya dilakukan 2 kali (2 hari berturut-turut), akan tetapi pasien hanya satu kali diswab dan satu hari tatkala di pondok pesantrennya.

Masyarakat luas di tempat tinggal pasien mulai bertanya-tanya dengan kejanggalan-kejanggalan tersebut. Ada apa gerangan maksud dan tujuan dibalik itu semua.

Sebenarnya mereka paham dengan itu semua. Tapi mereka enggan untuk mengatakannya karena bukan ahlinya. Siapa yang berani menantang pernyataan resmi dari pemerintah yang berkekuatan hukum tetap. Sebab mereka tahu akan risiko yang bakal ditanggung dari apa yang diucapkannya.

Mereka hanya bisa berharap suasana ‘new normal’ cepat terealisasi.[]

Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p