Langsung ke konten utama

Bongkar Pasongsongan di Zona Merah Covid-19


 Opini: Yant Kaiy

Dengan beredarnya kabar yang menghentakkan perhatian publik kalau ada salah satu warga Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep yang terpapar virus corona. Kabar ini membuat banyak orang di lingkungan pasien menjadi khawatir. Bahkan ada diantara mereka sempat panik. Terbayang di benak para warga tetangganya tentang dekatnya ajal seseorang bila divonis positif Covid-19.

Memang kewaspadaan itu sangat penting agar kita berperilaku sesuai dengan anjuran ahli medis dan pemerintah yang tertuang dalam protokol kesehatan. Supaya penyebaran virus terkutuk itu tidak semakin merajalela keberadaannya di bumi pertiwi.

Namun ketika saya mencoba menghubungi beberapa tetangga pasien Covid-19 di Desa Panaongan Pasongsongan, menurut mereka ada beberapa poin kejanggalan terjadi. Tidak sesuai dengan pemberitaan yang beredar selama ini. Pihak nara sumber keberatan namanya dipublikasikan. Ia menulis via sosial media kepada saya. Begini:

1. Ada pemberitahuan pada Kepala Desa Panaongan, bahwa tanggal 27/6 ada seorang anak remaja positif corona. Hasil swabnya tanggal 26/6.
2. Keterangan pers dari Humas Satgas Kabupaten Sumenep, bahwa pasien sudah dirapid tes tanggal 18/6, padahal dirapid tes dan swabnya tanggal 25/6 di Pondok Pesantren Al-Karimiyah Desa Beraji Kecamatan Gapura-Sumenep.
3. Dalam laporannya menerangkan bahwa rumah pasien telah disemprot disinfektan, padahal tidak sama sekali.
4. Yang menjemput pasien hanya satu orang sopir dengan mengenakan APD, bukan tim.
5. Dari pihak Puskesmas tidak ada yang ikut.
6. Pasien duduk di mobil berkumpul dengan ayah dan ibunya.
7. Swab seharusnynya diadakan 2 kali (2 hari berturut-turut). Tapi pasien hanya 1 kali dan 1 hari tatkala di pondok pesantrennya.

Kalau memang demikian faktanya, tidak menutup kemungkinan rakyat tidak percaya lagi terhadap informasi Humas Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Sumenep. Mereka melakukan kesewenang-wenangan penyebaran informasi keliru sehingga melahirkan keresahan begitu berarti di tengah-tengah masyarakat.[]


Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p